Wednesday, April 16, 2025

DEVI PERMATASARI SI WALET MERAH

 


DEVI PERMATASARI SI WALET MERAH. 

Di film Walet Merah, Devi Permatasari, untuk pertama kali memegang peran utama. Kendati selama ini cukup aktif bermain film, seperti dalam film Saur Sepuh IV berperan sebagai Garnis, Babad Tanah Leluhur II, Tutur Tinular III dan IV sebagai Luh Jinggan, namun Devi masih banyak meemui kesulitan dalam mengoptimalkan perannya. 

"Maklumlah saya sekali nggak punya bekal ilmu bela diri. Sementara saya selalu kebagian peran pendekar. Gimana nggak kerepotan? Anehnya setiap tawaran, ditodong peran yang gituan terus, "ucap Devi yang mengaku masuk dunia film lewat tangan Imam Tantowi. 

Sebenarnya Devi mengaku tidak punya obsesi khusus di jalur film. Namun wanita kelahiran Jakarta, 11 Juni 1974 ini akan tetap aktif berkarir. Kreatifitasnya bukan hanya di jalur layar lebar, tapi juga terjun ke lahan sinetron. Terbukti tiga sinetron telah di rampungkan dengan baik, masing-masing berjudul "Pahlawan Tak Dikenal, Mahkota Mayangkara dan Singgasana Brama Kumbara. 

Yang terkesan bagi Devi adalah kostum-kostum yang dia pakai. Pakaian kerajaan tersebut di satu sisi menambah pengetahuannya. Tapi di sisi lain, ternyata dirasakannya cukup merepotkan. "Susah gerak, nggak luwes. Jadi rasanya benar-benar di kekang. Padahal saya sama sekali nggak suka pakaian yang ribet karena memang saya condong ke yang praktis. Makanya, gondok banget deh kalau sudah kelar di dandani," ungkap anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Abdullah Musa dengan Sumiyati Abdullah yang berasal dari Palembang. 

Devi awalnya bercita-cita sebagai P.R (Public Relation). Devi yagn suka berenang, baca dan dengar musik ini pernah terjatuh dari punggung kuda ketika suting film Saur Sepuh IV. "Punggung saya sampai terkilir. Rasanya nyeri banget. Terpaksa sih di tunda, " Kenang Devi. 

Di film Walet Merah , Devi banyak dibantu Instruktur fighting, Eddy S Jonathan, dalam memerankan tokoh Walet Merah. Lokasi Suting di kawasan Pulo Mas Jakarta Timur, menyaksikan betapa konsentrasinya Devi mengikuti petunjuk-petunjuk Eddy S Jonathan dalam memainkan jurus-jurus bela diri. Devi nampak tidak gusar meski aktingnya harus di ulang berkali-kali untuk memperoleh adegan yang pas. 

"Sudah resiko kok. Saya suting sampai dini hari. Besok siang molor. Nggak boleh di ganggu, karena besok malam suting lagi. Kayak kalong, ya!" seloroh Devi. Selain kesibukan di film Walet Merah, Devi juga sedang merampungkan sinetron Singgasana Brama Kumbara. Dia berperan sebagai Dewi Roro Anggun Tias. 

"Saya harus selektif membagi waktu, karena sudah di jadwal dan ternyata nggak ada yang bentrok, makanya saya sanggup menerima keduanya sekaligus. Layar lebar Okey, sinetron Okey," ujar Devi.


~sumber MF No. 183/150/TH IX, 10 JULI -17 JULI 1993

BUDIATI ABIYOGA

 


BUDIATI ABIYOGA, PRODUSER PT. PRASIDI TETA FILM

Budiati Abiyoga sudah terkenal sebagai produser film yang idealis. Film-film produksinya diawali dengan "Hati Yang Perawan' dan "Kejarlah Daku Kau Kutangkap" keduanya di sutradarai oleh Chairul Umam , sampai ke "Noesa Penida" dan "Cinta Dalam Sepotong Roti", kendati tak selalu meraih sukses komersial, namun diakui mempunyai bobot artistik. 

Kalau bicar hasil pemasarannya, memang yang paling berhasil adalah "Kejarlah Daku Kau Kutangkap" sedangkan "Hati Yang perawan" , "Ayahku" dan "Noesa Penida" terus terang merugi. Bahkan "Jawara Sok Kota" juga belum beredar (cat. juli tahun 1991).

Tapi tidak berarti Budiati lantas macet berproduksi. Tidak, justru ia merencanakan terobosan baru. Menjalin kerjasama dengan pihak Belanda untuk memproduksi sebuah film idealis lagi. 

Ceritanya diangkat dari novel berjudul "Oeroeg" karya Hella Hassa, Novelis wanita berkebangsaan Belanda yang pernah tinggal di Indonesia, sudah memberi persetujuan bahkan merasa gembira kalau kelak masih sempat menonton filmnya. 

Untuk merintis upaca ini, berangkatlah Budiati bersama sutradara Garin Nugroho ke Amsterdam Belanda di sambut oleh produser Paul Vorthuyasen yang menyiapkan sutradara Hans H. Problemnya "Siapakah Co Sutradara dari Indonesia yang berbakat mendampinginya?.

Semula memang di calonkan Garin, sayangnya ia sudah mulai terlibat proyek lain. Kemungkinan akan diminta Arifin C Noer, atau Chaerul Umam untuk bekerjasama dengan Hans.

Oeroeg menceritakan tentang nasib seorang blasteran yang beribu perempuan Jawa berayahkan pria Bellanda. dengan seting lokasi awal abad ini. Untuk keperluan ini, tengah di cari tokoh ibu yang dominan perempuan Jawa. Semula Budiati mengusulkan artis Rima Melati yang kebetulan masih berinteraksi di Belanda. Namun Vorthuyyesen menilainya kurang mewakili sosok wajah perempuan Jawa yang lugu. Suami Rima, Frans Tumbuan yang pernah bersekolah di Belanda masih ingat betul, "Pada dekade1950an novel Itu malah di jadikan bacaan sastra wajib di sekolah-sekolah. 

Sayangnya di Indonesia sendiri novel tersebut tak populer. 

ROBERT SANTOSO, PENATA LAGA INDONESIA


Barry Prima, Advent Bangun, Fendy Pradana atau siapapun orangnya boleh jadi menjadi jagoan dalam film Indonesia. Boleh mengalahkan puluhan lawan dalam satu gebrakan saja. Tapi untuk bisa menjadi jagoan seperti itu, kehadirang seorang Instructur Fighting agaknya tak pernah di perhatikan penonton. Padahal merekalah para instructur fighting itu orang yang paling menentukan bagi munculnya jagoan-jagoan tersebut. 

ROBERT SANTOSO, adalah salah satu dari sedikit penata kelahi dalam film Indonesia. Lahir di Tanjung Priok dari darah campuran Manado, Jawa Barat dan Cina, guru besar di Perguruan Silat 12 Naga ini memang mengawali karirnya dari stuntman dan pemain film. "Tapi kini saya lebih mengkhususkan diri jadi instructur fighting. Dan saya satu diantara 10 instructur fighting yang ada untuk film Indonesia", kata Robert Santoso. 

Dan berkat penangananyalah jago-jago film Indonesia bisa mengalahkan sepuluh atau seatus musuh. Caranya? Ya saya harus memberikan petunjuk dan gerakan yang harus mereka lakukan. Bagaimana mereka harus memukul bagaimana pula mereka harus menghindar," tuturnya. Tapi untuk itu, menurutnya seorang instructur fighting tak bisa bekerja sesukanya. "Selain harus punya feeling yang kuat, kejelian dan kemampuan menata perkelahian, iapun harus mengetahui angle camera. Jadi ia bisa menginstruksikan seorang pemain  kapan harus memkul atau menghindar dan kapan pula harus memainkan ekspresi wajahnya," jelas Robert. 

Pemahaman seperti itulah yang kemudian coba di terapkan dalam banyak film yang memakai tenaganya sebagai penata kelahi. Di film "Saur Sepuh" atau "Misteri Dari Gunung Merapi" yang menggunakan puluhan orang pemain, pengetahuan itu juga yang ia terapkan. "Saya jadinya mengalami kesulitan, apalagi jika mereka yang jadi pemain sudah punya dasar ilmu beladiri," ujarnya. Cuma memang, menurutnya, kesulitan itu baru muncul bila harus menata kelahi pemain-pemain yang sama sekali tidak punya dasar beladiri. "Jadinya bagi sata tidak maslah apa dasar bela diri mereka. Biar karate, kungfu, Tae Kwon Do, Silat, yang penting adalah mengarahkan mereka untuk terlihat indah di film," ujarnya lagi. 

Tapi memang menurutnya beladiri silat lebih indah bila di pakai di film. Dan itulah yagn saya lakukan dalam film "Misteri dari gunung merapi" Malah disini saya mengabungkan 4 jenis silat di empat perguruan sekaligus,"kata Robert yang memang mempelajari semua aliran ilmu bela diri . "Tinggal kita harus melakukan sinkronisasi dengan gerakan kamera," tambahnya. Justru itulah menurutnya, instructur fighting sering di sebut sebagai gurunya jago kelahi dalam film," katanya sambil ketawa. 

Disinggung tentang prospek seorang instructur fighting, Robert menyebutkan sampai saat ini cukup baik, "Malah beberapa produser kita sudah melakukan asuransi untuk para instructur fighting dan stuntman serta pemain-pemain yang harus melakukan adegan berbahaya. Itu saya pikir satu kemajuan.


~Sumber : MF No. 88/56 /TahunVI, 11 - 24 November 1989

Monday, March 24, 2025

FARADILLA SANDY, ANAK TIRI YANG MENJADI IBU TIRI


Faradilla Sandy yang melejit lewat film "Ratapan Anak Tiri" sempat lama menghilang dari dunia film, dan kembali lagi setelah menjanda dan bermain film yang tetap diarahkan oleh ayahnya sendiri, Sandy Suardi Hassan yang sekaligus penulis cerita dan skenarionya dalam film Ratapan Anak Tiri 3. 

Kali ini peran Dilla, panggilan dari Faradilla bukan lagi sebagai anak tiri melainkan berbalik jadi ibu tiri. Bagaikan karma saja, cuma tentunya ia bukanlah tipe ibu tiri jahat tapi justru sebaliknya. Tapi kedua anak tirinya diperankan oleh Adam Sandy dan Lia sulit menerima sebagai pengganti Ibu kandung mereka. Sandy Suwardi Hassan bekerjasama dengan kamerawan Benhard Oloan serta penata musik Areng Widodo. Dibintangi antara lain Tyas Wahono, Firdha Razak, Bagus Santoso dan Nani Wijaya. 

Susi remaja berpacaran dengan Sumarli yang taruna penerbangan sipil. Sayang, Ibu Sumarli antipati pada Susi yang di ketahui yatim piatu. Bahkan Sumarli di jodohkan dengan adik sepupunya sendiri, Sri. Sutu musibah membuat susi gagal menghadiri upacara wisuda Sumarli. Kesempatan ini digunakan Ibu Sumarli untuk mempertunangkan puteranya dengan Sri. 

Beberapa tahun kemudian Sumarli-Sri telah mempunyai putera puteri. begitu pula halnya dengan Susi yang di nikahi Oskar mempunyai seorang puteri. Malang tak bisa di tolak, Sri meninggal saat hendak melahirkan anak ketiga. Berbarengan Oskar pun tewas dalam kecelakaan. 

Susi yang menjanda dan bekerja sebagai guru bertemu lagi dengan Sumarli yang menduda, pada saat pemakaman. Karma berjalan, Susi kawin dengan Sumarli dan menjadi Ibu tiri dari dua anak Sri. Tapi Ibu Sumarli yang selalu ikut campur serta kenakalan kedua anak tirinya membuat Susi tak pernah mengenyam kebahagiaan. Di tambah lagi dengan mertua yang selalu turut campur dan menghasut kedua anak tirinya. Hingga suatu kejadian yang akhirnya merenggut nyawa mertuanya akibat ulah anak-anak tirinya, dan menyadarkan mereka.


SITTI NOERBAJA, PENGORBANAN GADIS MALANG


Kisah terjadi pada 13 Maret 1897. Dan ketika itu sang penulis Marah Rusli berusia 8 tahun, masih bocah ingusan. Merupakan sebuah kisah sastra dan Dedi Setiadi memvisualkannya lewat sinetron TVRI. 

Pengambilan Gambar di studio alam TVRI Depok dan di Sumatera Barat. 

Di desa yang damai itu, dua insan saling cinta. Keduanya masih lugu. Merekalah Samsul Bahri dan Sitti Noerbaja. Tapi kebahagiaan itu tak bertahan, muncul petaka, Datuk Maringgih juragan kaya jatuh hati dengan Sitti Noerbaja. Datuk Maringgih yang tak tahu diri itu selalu cari perhatian. Lalu Datuk Maringgih menyewa lima pendekar untuk mengganggu bunga desa yang rupawan itu. 

Siasat Datuk maringgih tak berhasil. Cinta Sitti Noerbaja kepada pujaan hatinya semakin terpaku. Saat Samsul Bahri merantau ke Betawi, Datuk Maringgih punya siasat dengan kejinya dia membakar toko milik Baginda Sulaiman, ayah Sitti Noerbaja. Habislah harta orang tua Sitti Noerbaja. Datuk Maringgih tak puas. Lalu dia memboikot jual beli rotan, selanjutnya menenggelamkan kapal Baginda Sulaiman. Lalu Datuk Maringgih meracuni tanaman kebon kelapa keluarga Sitti Noerbaja. Baginda Sulaiman mengetahui kelicikan Datuk Maringgih. Karena Baginda Sulaiman tak mampu membayar hutangnya, Datuk maringgih menuntut agar Sitti Noerbaja menjadi istrinya, dan karena itu Datuk Maringgih menceraikan dua dari empat istrinya.

Melihat penderitaan ayahnya, Sitti menerima lamaran Datuk maringgih. Setelah menikah, Datuk Maringgih semakin angkuh dan congkak hingga lupa diri. Dari perantauan Samsul Bahri menjadi seorang dokter. Lalu bertemu kekasihnya tanpa peduli jalinan cinta Samsul Bahri dan Sitti Noerbaja bersemi kembali. Tapi Sitti Noerbaja dan Datuk maringgih selalu bertengkar. Sehingga akhirnya secara licik Datuk Maringgih meracuni Sitti Noerbaja sampai tewas. 

Hari yang bahagia, Samsul Bahri kini berpangkat letnan dan mendapat bintang kehormatan pada tahun 1907. Samsul Bahri dikirim Belanda ke Padang untuk memerangi pedagang yang tidak mau mengikuti blastik pajak, juga Datuk Maaringgih. Suatu hari Datuk Maringgih menebaskan pedangnya kepada Samsul Bahri, saat itu juga Samsul Bahri meletuskan pistolnya dan menembus jidat Dtuk Maringgih. Tewaslah Datuk Maringgih. Tapi saat malaikat  maut akan menjemput Samsul Bahri, sang ayah tiba disisinya. 

Sitti Noerbaja di lakoni oleh Novia kolopaking sebagai Sitti Noerbaja, Gursti Randa Sebagai Samsul Bahri, Remy Silado sebagai Baginda Sulaiman, Erni Tanjung sebagai Rangkayo (Ibu Sitti Noerbaja), Him Damsyik sebagai Datuk Maringgih, Rina Hasyim sebagai Rubiah dan Dian Hasri serta ratusan figuran. Sinetron tiga seri yang skenarionya di tulis oleh Asrul Sani dan tayang di TVRI tahun 1991.


NOSTALGIA SINETRON PERJALANAN

 


Bima adalah putra angkat konglomerat Iskandar. Sejak kecil telah yatim piatu dan memandang Iskandar sebagai ayahnya sendiri dan Exel anak Iskandar sebagai saudara kandungnya. Dalam upaya untuk hidup mandiri Bima berkongsi dengan dua sahabatnya, Abdi dan Hendi membuka usaha bengkel. Dengan ketrampilannya dalam ilmu bela diri, Bima menggagalkan penjambretan terhadap Kintan, gadis Solo yang baru hijrah ke Jakarta. Sama seperti Bima, Kintan juga yatim piatu dan di besarkan pamannya. 

Justru Exel yang baru kembali dari studi di luar negeri, juga berkenalan dan tertarik dengan Kintan. Tapi Kintan telah menerima lamaran Bima. Akibatnya Exel membenci mereka bahkan tak sudi lagi mengakui Bima sebagai saudaranya. 

Cerita kemudian berkembang ketika adik ipar Iskandar, Roy memperalat Heri untuk membunuh Iskandar. Celakanya, Exel mengira Bima yang melakuan pembunuhan tersebut. Dengan gusar ia ingin membalas dendam. Tapi Bima dan Kintan lebih dulu mengungsi ke rumah Abdi di Bogor. Peristiwa pembunuhan terhadap Iskandar diikuti dengan Cermat oleh wartawati Silla yang punya obsesi untuk memecahkan dengan cara-cara Investigation Report.

Roy yang terus menghasuh Exel, diam-diam menyewa Gideon untuk melacak jejak Bima. Exel yang sudah terhasut mengikuti Gideon mencari Bima. Kesempatan ini digunakan Roy untuk menguasai seluruh perusahaan Iskandar. Kemelut bertambah dengan di culiknya Kintan oleh sebuah sindikat. Perburuan pun berlangsung dari Jakarta ke pelosok-pelosok Jawa Barat sampai jauh ke pedalaman Jawa Tengah dan Bali. 

PERJALANAN merupakan sinetron produksi Multivision Plus yang diarahkan duo sutradara Arturo dan Deni HW berdasarkan skenario Adi nugroho. Merupakan drama aksi yang bertabur adegan laga. Dibintangi Ari Wibowo, Tamara Bleszynski, Primus Yustisio, Eksanti, Feri Irawan, Gunawan Wibisono, Kaharuddin Syah dan Pong Harjatmo yang tayang di SCTV pada tahun 1998.

Thursday, March 6, 2025

NOSTALGIA DRAMA SERI TVRI


 Drama Seri TVRI merupakan drama seri yang ditunggu pemirsanya di era 80an hingga awal 90an sebelum akhirnya bermunculan stasiun tv swasta. Dalam sebuah artikel di di MF, drama seri Losmen merupakan drama seri yang mendapat sambutan luar biasa dari pemirsa TVRI. Merupakan sejarah bagi TVRI bila mau jujur, Losmen selalu di nanti, disimak bahkan didiskusikan. Tidak pernah terjadi drama seri apapun yang pernah di produksi TVRI sta Pusat Jakarta. Sampai saat ini (tahun 1991) belum satupun drama seri dapat menandingi 'keperkasaan' Losmen. Meski drama seri "Pondokan" mencoba mengimbanginya, namun tak bergaung. Tak merasuk dalam jiwa. 

Kekecewaan masyarakat begitu menyentakkan ketika awal tahun 1989 drama seri Losmen dinyatakan bubar. Banyak desas desus tentang kasus pembubaran drama Losmen. Tapi tidak ada menemui jawaban. Merupakan sebuah teka teki hingga sekarang. 

Mungkin Bu Broto sudah capek mengurus usaha losmennya dan Pak Broto telah bosan main ukulele, kabarnyapun ikut-ikutan jual pakaian. Jeng Sri sekarang tinggal di Bogor, sibuk mengurus Puskesmas dan tidak menyanyi lagi di Bar. Jarot tidak lagi seorang pelukis, yang identik dengan seniman konyol, kabar terakhir katanya menjadi jago silat. Mbak Pur lagi ngumpet di rumah terus, sesekali menjual busana muslim dan tak mau melepas jilbabnya. Tarjo, sudah melejit sekarang, pernah meraih Piala Citra, terakhir pawangnya gajah lewat film "Cintaku di Way Kambas".

Menurut TVRI bagian Perencana drama menggambarkan karena permintaan masyarakat, Losmen pun akan di putar ulang kembali. Mulai dari awal sampai akhir. Konon TVRI melayani pemirsanya. Padahal pemirsa TVRI sangat mengharapkan drama seri Losmen di lanjutkan kembali, meski bapak losmen, Wahyu Sihombing telah tiada. 

Kata yang empunya cerita, Tatiek Maliyati, WS, Losmen akan dilanjutkan kembali. Dan Drs. Ishadi SK, MSC telah pula memberi angin namun realisasinya tak kunjung tiba malahan tayangan ulang. 

Cerita seri tayangan TVRI telah langka, Keluarga Rahmat telah mati, Jendela Rumah Kita ikut-ikutan padam, Pondokan yang menjual tampang artis itupun telah tiada dan beberapa seri lainya di kategorikan dengan Sinetron Seri. Jelas dari deretan judul diatas Losmen masih terlalu unggul bahkan menjadi legendaris. 

"Saya sangat senagn sekali "Losmen" diputar ulang. Maka terjawab sudah surat-surat penggemar drama Losmen kepada saya. Alhamdulillah Penggemar Losmen tidak penasaran. Saya sendiri kaget dengarnya, " kata Mieke Widjaya pemeran Bu Broto. 

~ sumber MF 129/96 8-21 Juni 1991~

Kalau sekarang di TVRI masih ada Losmen Reborn dan Jendela Rumah Kita Reborn juga sih. Ada yang pernah nonton?


DRAMA SERI DOKTER SARTIKA , EPS HARI HARI TEDUH SARTIKA

 


Masih ingat drama seri TVRI yang satu ini? untuk bernostalgia sejenak, kita ambil episode saat Dr Sartika mencari Ketenangan di Lombok. 

Di ceritakan episode sebelumnya, rumah tangga dokter Imam dan Sartika mengalami kegoncangan dengan hadirnya Lestari, adik Imam yang selalu membuat keributan dengan suaminya, begitu juga kehadiran Arum, kakak perempuan dari tetangga Sartika yang selalu hadir ke tempat praktek Imam. Sehingga rumah tangga dokter Imam-Sartika mengalami dua batu sandungan yang belum tersingkirkan, namun mereka menyadari bahwa hal ini pasti akan terjadi dalam perjalanan hidup manusia. Untuk itu Sartika bertekad mencari ketenangan atau refereshing pergi ke Lombok, ingin melupakan hari-hari muramnya dengan mencari hawa dan suasana baru di daerah yang belum pernah dilihat. 

Kepergian Sartika bersama nenek Manis (tetangganya yang selalu memperhatikan Sartika-Imam) yang dianggapnya nenek sendiri, selama dua tiga hari, nenek Manis merasa senang hati mengingat ia juga akan pulang ke tanah kelahirannya sebab Mona (Sang Cucu) sudah melahirkan bayinya yang pertama. Namun sang suami doketer Imam tidak demikian, Imam merasa keberatan dan berusaha melarangnya. Tapi karena tidak ingin memperuncing keadaan rumah tangganya yang agak gawat, akhirnya dengan berat hati mengijinkan Sartika pergi bersama nenek Manis. 

Suasana di Lombok ternyata dapat memberikan hari-hari teduh sebab Sartika banyak melihat hal-hal yang menarik. Sementara itu dokter Imam di Bogor yang ditinggal sendirian mencoba menghindar dari gangguan Arum, namun tetap gagal. 

Sementara itu adik dan adik iparnya Arum menegur karena Arum sering datang ke tempat praktek dokter Imam. Arum marah dan ia segera mengambil anak bayinya yang dititipkan Arum dan dibawa ke Jakarta, tapi adik dan adik iparnya menjadi kalang kabut dan meminta pertolongan pada dokter Imam agar Arum mau mengembalikan sang bayi. Kasus akhirnya berbuntut panjang, Arum berani datang ke rumah Imam karena mendengar Sartika berada di Lombok. Imam bingung. Imam berusaha menghindari Arum, tapi makin gawat. 

Akhirnya Imam memutuskan menyusul sang isteri di samping ingin menikmati hari-hari teduh bersama isterinya di Lombok.

Tentu saja cerita makin panas dan makin penasaran ya. Cukup sekian bernostalgianya ya, next sambung lagi.