Friday, January 5, 2024

LOKASI SYUTING SAUR SEPUH 1 SATRIA MADANGKARA DAN CERITA DI BALIKNYA - BAGIAN 1

Suasana Syuting Saur Sepuh di Sumba dengan Prajurit Warga lokal

Dalam sebuah film kadang-kadang kita sebagai penonton film penasaran dengan lokasi suting yang ada dalam film. Di beberapa film lokasi suting di tulis ketika film sedang di putar seperti dalam film Sumpah si pahit lidah. Memang sedikit menggangu sih tapi sebagai penonton film kita menjadi tahu lokasi yang sedang di tonton. 

Nah kali ini saya akan menulis lokasi-lokasi yang di gunakan untuk suting film Saur Sepuh 1 Satria Madangkara. Sebagaimana yang pernah saya tulis sebelumnya tentang  Saur Sepuh (Klik Disini) kalau film ini di angkat dari serial sandiwara radio yang di perdengarkan di nusantara tahun 80an dan menjadi salah satu sandiwara radio yang fenomenal dengan tokoh sentral Brama Kumbara, Mantili dan Lasmini karya Niki Kosasih. 

Dalam Sandiwara radio tokoh tersebut di perankan oleh Ferry Fadly, Elly Ermawatie dan Ivonne Rose, namun ketika di angkat ke layar lebar, Brama Kumbara di perankan oleh Fendy Pradana, Lasmini oleh Murtisaridewi dan Mantili tetap diperankan sesuai pemain dalam serial sandiwara radionya. 

Satria Madangkara sendiri tayang perdana pada 1 September 1988 artinya tahun 2024 menginjak 36 tahun pada September Mendatang. Pada September 2023 Satria Madangkara genap berusia 35 tahun seperti dalam artikel yang pernah saya tulis 35 Tahun Saur Sepuh.

Film Saur Sepuh sendiri merupakan film terlaris pada tahun 1988 dengan meraih penonton sebanyak 2.275.887 . Saur Sepuh film terlaris 1988 (Klik Di Sini).

Dari persiapannya memang film saur sepuh memiliki persiapan yang matang dengan pilihan-pilihan lokasi suting dan juga studio yang di gunakan untuk syuting film tersebut sehingga tak heran film kolosal dengan latar belakang runtuhnya kerajaan Majapahit ini menjadi film laris pada jamannya, disamping juga publikasi dari sponsor utama PT Kalbe Farma yang masif. 

Lokasi-lokasi syutingpun tidak melulu hanya di pulau jawa namun juga hingga menyeberang hingga Sumba.  Berikut adalah lokasi-lokasi yang di gunakan untuk syuting film Saur Sepuh 1 Satria Madangkara. 

1. Pulau Sumba : Adegan Peperangan dan Bulan Madu

2. Pangandaran : Dari Peperangan di laut sampai Pembakaran Mayat

3. Lampung : Pasukan Gajah

4. Studio Cengkareng Jakarta Barat

Di kutip dari Majalah Femina No. 36/XVI tanggal 15 - 21 September 1988 berikut ini petikannya yang dapat kita ambil manfaatnya .

1. Pulau Sumba : Adegan Peperangan dan bulan Madu

Pulau Sumba terkenal dengan padang rumputnya yang luas dan kuda-kudanya yang gagah. Karena itulah pulau Sumba dipilih untuk pengambilan adegan peperangan. Lokasi yang tepat adalah Desa Wanakoke dan Lamboya di Sumba Barat. Membawa puluhan pemain dan kru film beserta perlengkapan film (lampu-lampu, kamera, seragam prajurit termasuk tombak, tameng dan pedang) yang amat banyak dan berat tentu bukan pekerjaan yang mudah. 

Dari Jakarta pemain dan kru naik kereta api ke Surabaya sementara barang-barang diangkut truk. Dari Surabaya mereka naik kapal ke Waingapu, Sumba Timur. Perjalanan membutuhkan waktu sepekan, sebab kapal mesti mampir dulu ke Ujung Pandang. Pokoknya Syutung belum mulaipun rasanya badan sudah capek. 

Syuting di Sumba Barat menggambarkan peperangan  antara prajurit Kerajaan Majapahit di bawah  Raja Wikramawardhana melawan prajurit kerajaan Pamotan dengan Raja Bre Wirabumi. Raja Pamotan ini ingin merebut kekuasaan Majapahit. Prajurit-prajurit itu di perankan oleh 1200 figuran yang terdiri dari penduduk Sumba Barat. Mereka di kenal ahli menunggang kuda, termasuk bergelayut hanya dengan sebelah kaki. 

Setahun Sekali di Sumba selalu diadakan upacara "Pasola" yakni semacam atraksi perang tanding di atas kuda. Maka begitu mendengar bahwa di butuhkan banyak penunggang kuda untuk Saur Sepuh penduduk pun berdatangan dari segenap pelosok desa. Ada yang puluhan kilometer jauhnya. Mereka datang dengan menunggang kuda milik masing-masing. 

Ratusan penunggang kuda itu pun menunjukkan kemahiran. Duduk di punggung kuda tanpa pelana, mereka bisa ngebut dalam kecepatan 60 kilometer per jam. Namun mengatur ratusan orang berkuda semacam itu tidaklah mudah. Sutradara Imam Tantowi bersama para asistennya kewalahan. Misalnya saja, mestinya para prajurit  itu membentuk formasi perang yang di sebut "Supit urang" Tapi sayang gagal. Semula Tantowi dan kawan-kawannya bingung. Mengapa orang-orang mahir berkuda, bahkan melempar tombak sekaligus menghindar tombak lawan itu tak bisa membentuk sebuah formasi? Lama-lama mereka sadar bahwa penduduk Sumba adalah penunggang kuda alam. Mereka jelas tak tahu apa itu formasi perang. Apalagi untuk memberi aba-aba, perlu di terjemahkan dulu oleh yang tahu bahasa Indonesia. Mungkin saja komando sutradara di terjemahkan lain oleh si penterjemah. Maklum sebagian dari mereka  tak mengerti bahasa Indonesia. 

Lucunya lagi, mereka pun tampak kikuk naik kuda dengan berpakaian prajurit Majapahit. BEgitu di dandani oleh make up man, mereka tertawa-tawa geli. Demikian pula ketika di komando untuk bertempur , mereka malah menari-nari, seperti layaknya melakukan upacara Pasola. Yang lebih sial lagi, jika mereka diminta memerankan prajurit yang terluka atau mati kena tombak lawan, mereka tak mau. Kok Mati, gengsi dong! Sekali lagi sutradara dan krunya cuma bisa mengelus dada, Gondok campur geli. 

Untuk merekam adegan hiruk pikuk itu sutradara menggunakan 3 camera sekaligus. Tentu saja kerja ini rumit. Terutama karena masih sangat awamnya masyarakat setempat. Tak jarang para figuran itu mendekati salah satu kamera, lalu menari-nari sambil tertawa-tawa. Selain itu, padang rumput tempat adegan peperangan itu berlangsung sangat terbuka, sehingga  menyulitkan penempatan kamera. Sebab kamera yang satu tak boleh terlihat oleh kamera yang lain. 

Untuk menyelesaikan syuting di Sumba hanya dua orang pemain utama yang pergi, yakni Elly Ermawatie yang memerankan Mantili dan Hengky Tornando yagn menjadi Patih Gotawa. Menurut Cerita, Gutawa dan Mantili yang pengantin baru ini melakukan perjalanan bulan madu. 

"Sebenarnya adegan ini bisa dilakukan di studio Jakarta", kata Imam tantowi. "Tapi saya pikir Sumba sangat ekstis untuk di pakai sebagai latar belakang perkampungan zaman Majapahit. Karena itu saya putuskan memboyong Gutawa dan Mantili ke Sumba," lanjutnya. 

Akhirnya setelah bersusah payah, adegan kolosal yang megah pun didapat juga. Para awak film cukup puas. Demikian pula para figuran yang mendapatkan honor Rp. 10.000,- perh hari. Termasuk sewa kuda. Tapi waktu kembali ke Jakarta, ratusan pasang pakaian dan peralatan terpaksa di tinggal. Untuk menghemat biaya angkutan dan tenaga, tentunya. 

Bersambung...........

Thursday, January 4, 2024

SINETRON "KETULUSAN KARTIKA", KETULUSAN SEORANG ISTRI PRAJURIT BAGIAN 2






Sambungan dari artikel sebelumnya..

Episode 4

Setelah Pelantikan, Satria dan teman-teman di tugaskan di luar Jawa. Ramalan orangtua angkat Kartika terbukti. Akan tetapi Kartika telah siap lahir batin. 

Dengan segala ketulusan dan ketabahan, kartika membesarkan anak-anaknya, aktif di organisasi dan terlibat sepenuhnya untuk masa depan suaminya. Kartika telah berubah dari seorang remaja menjadi seorang istri dan Ibu. Menjadi istri prajurit. 

Suka duka, haru lucu silih berganti, dirasakan bersama, menunggu surat, atau antri lama menelpon suaminya secara bergantian, tenggelam dalam kenangan...., semua campur aduk jadi satu ketika pada saat yang sama para suami sedang berjuang antara hidup dan mati. Di hutan yang angker, sungai yang lebar, menghadapi pemberontak. Semua merupakan wujud nyata dari bentuk ketulusan dari pengabdian.

Di samping masalah lama yang kadang tak selesai..

Kartika masih harus menerima godaan, bahwa keluarga belum sepenuhnya menerima kehadiran Satrio. Dalam suatu adegan di gambarkan kekikukan Satrio menenangkan anaknya yang menangis. Tapi adalah Kartika, seorang istri prajurit dan sekaligus seorang ibu bisa mengatasi semua ini. 



Episode 5

Seiring dengan prestasi, karier Satrio naik. Artinya tanggungjawab yang lebih luas dan tugas yang lebih berat. Tugas di pelosok tanah air sudah menjadi bagian dari kesehariannya. Masa-masa yang berat justru dihadapi ketika salah seorang teman akrabnya gugur dalam tugas. 

Gemblengan semasa taruna menemukan manfaat disini. Lebih dari itu kearifan di lapangan. Satrio yang sejak kecil melihat arti perang, makna perjuangan dengan dukungan dan doa restu ibunya, meneruskan tugas... dan menyelesaikan. 

Gambaran pasangan suami istri prajurit mengental. Saling pengertian satu sama lain, saling mendorong semangat dan kepercayaan diri merupakan modal utama. 


Episode 6
Kartika yang aktif di organisasi Persit Kartika Candra Kirana, bersama para ibu yang lain menghadapi masa-masa sulit, menyampaikan kabar duka. Sedemikian trenyuh hatinya, seolah berbicara untuk diri sendiri. Sedemikian "mencemaskan" sehingga kehadirannya ke suatu anggota, disangka akan menyampaikan kabar duka. 

Kartika tetap Kartika. Dengan matanya yang bulat ia menyaksikan anak-anak prajurit yang menunggu kabar dari ayah yang bertugas, menyaksikan istri prajurit yang menyadari suaminya tak akan kembali, dan meneruskan kegiatan yang bermanfaat, makin memperteguh sosoknya. 

Tidak gampang, karena disana sini penuh konflik. 
Tidak ringan, karena disana sini kehadirannya tidak hanya untuk bersenang menerima pujian dan penghargaan. 

Namun setiap langkahnya tetap cerminan ketulusan pengabdian seorang wanita, seoran gibu dan seorang istri prajurit. 

Ada masa-masa berkumpul dengan ibu, dengan mertua, dengan anak tapi juga ada masa-masa penantian.


Episode 7

Kepindahan keluarga Kartika dan Satrio dari kota ke kota dari satu tempat ke tempat yang lain membawa konsekuensi tersendiri. Anak-nak lelaki Kartika harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan. Justru pada saat-saat pertumbuhan. 

Dalam Banyak Hal, Kartika mengganti peran "bapak" di rumah. Dialah yang menjaga keselamatan di rumah, dan sekaligus juga dalam organisasi. Hobi lama menjahit, bergaul akrab dengan sesama anggota Persit, Kadang menempatkan diri sampai jauh malam. 

Namun ujian dan kemantapan hati kartika semakin menemukan bentuknya. Keluarga menjadi inti tumpuan untuk kebahagiaan. Dalam keluarga, dalam karier dalam pengabdian. 



Episode 8

Dalam suatu pesta selamat sederhana namun hangat. Satrio kini menjadi jendral. Kartika, ibu Satrio, Ibu jenderal bukan saja makin sibuk tapi juga makin terbagi perhatiannya. Karea ia tetaplah seorang istri dari suami yang lebih luas tanggung jawabnya, juga seorang ibu yang anak-anaknya mulai tumbuh dan menemukan hakekat hidup. Konflik utama yang harus di selesaikan ibu Satrio justru ini : bagaimana menghibur istri prajurit yang suaminya ketika berjuang menghadapi masalah, bagaimana seluruh kegiatan bisa terpadukan, bagaimana menyaksikan dan mendengar anak-anak temannya dulu mulai memasuki masa pendidikan sebagai taruna. 

Sejarah seakan terulang
dalam kemajuan
Itulah pengabdian dan ketulusan Kartika. Potret istri prajurit, yang tetap berlangsung terus. Sejak zaman revolusi mempertahankan kemerdekaan, sampai dengan mengisi pembangunan. 

Ketika bersyukur bisa merasakan gelaran HUT ke 50 Persit Kartika Candra Kirana

Tamat


Begitulah ceritanya di kemas secara singkat . ada yang ingin bernostalgia?

SINETRON "KETULUSAN KARTIKA", KETULUSAN SEORANG ISTRI PRAJURIT

VCD Ketulusan Kartika

 KETULUSAN KARTIKA

Produksi : Persit Kartika Candra Kirana Pengurus Pusat

Skenario : Satmowi Atmowiloto

Sutradara : Dedi Setiadi

Pelaksana Produksi : PT. Atmochademas Persada

Produser : NY. Utari R. Hartono

Pemain : Novia Kolopaking, Derry Drajat, Linda Sulaeman, Deddy Mizwar, Gito Rollies, Him Damsyik, Lenny Marlina, Renny Djayusman, Eeng Saptahadi dll


Masih ingat dengan sinetron di akhir tahun 90an? Ketulusan Kartika? saat sinetron ini tayang di Indosiar, dulu tidak bisa ngikutin tiap hari meskipun jam tayangnya sore. Ketulusan Kartika bercerita tentang ketulusan seorang istri prajurit TNI yang di perankan oleh Novia Kolopaking. 

Ketulusan Kartika terdiri dari 8 episode yang bercerita tentang seorang gadis yang di perankan oleh Novia Kolopaking dalam perjalanan hidupnya di persunting oleh prajurit yang di perankan oleh Derry Drajat. Perjalanan dari masa-masa  bujang dan gadis hingga menikah dan menua bersama. Kita akan melihat kala Novia Kolopaking masih muda hingga saat beruban. 

Ke 8 epiosde tersebut dapat pula di saksikan melalui media VCD yang pernah beredar. 

Berikut Sinopsis dari Sinetron Ketulusan Kartika.

Episode 1

Jatuhnya bom atom di Hirosima mengakhiri penjajahan Jepang. Akan tetapi ternyata justru membuka peluang kembalinya penjajah Belanda yang membonceng Sekutu. Peperangan kembali terjadi dan kengerian merampas kehidupan. Terutama mereka yang tak bersalah, yang harus menjadi pengungsi.

Diantara puluhan ribu pengungsi yang terkocar kacir itu, Ibu Rahayu (Renny Djajusman) bersama si kecil Satrio ikut larut dalam keganasan perang yang membabi buta. Mereka di tampung oleh Ibu Astuti (Linda Sulaeman), pengantin muda yang mengambil inisiatif bersama istri prajurit yang lain, berjuang di garis eblakang. Secara tidak langsung mereka terancam, karena sebagai istri prajurit bisa setiap saat ditangkap. Itu artinya di periksa, disiksa, dihina dan bisa di tembak.

Hubungan Astuti dengan suaminya, Pratomo (Deddy Mizwar) terbatas lewat kurir Kadir (Gito Rollies), yang harus menghindar dari sergapan Belanda. Juga dari prajurit yang berkhianat, diantaranya yang di pimpin  oleh Kampret (Eeng Saptahadi).

Kemesraan, saat Astuti ngidam ayam goreng, menghadapi pengkhianatan dari dalam maupun serbuan dan dari luar, membuat Pratomo berhasil merumuskan bahwa sebenarnya masalah utama adalah perut. Siapa yang berani menahan lapar, menahan godaan hidup bergelimpang materi dari hasil "Menjual bangsa dan negara" adalah orang yang berani. Termasuk berani dan tegas kalapun harus memutuskan mengeksekusi keponakan atas bekas anak buahnya. 


Episode 2

Perjuangan Astuti dan istri prajurit yang lain, secara tidak langsung memberi pendidikan nyata pada Satrio Kecil. Ia bahkan ikut naik pohon mengawasi layang-layang yang bila layang-layang merah di naikkan, pertanda ada tentara Belanda Patroli. 

Pasukan Belanda memang sedang menggasak habis, sebab kota Yogya di rebut oleh tentara Republik Indonesia. Perang, perpisahan, pengungsian terjadi lagi, lebih hebat dari sebelumnya. 

Pratomo dan prajurit lain membuktikan kegigihan di medan perang. Sementara Astuti dan para istri prajurit berjuang tulus di garis belakang, bahu membahu mereka semua mengorbankan apa saja yang bisa di korbankan. 

Termasuk pertemuan kecil, yang harus berpura-pura menjadi abdi dalem keraton. Hanya karena Astuti ingin memperlihatkan bayinya. Mengharukan!


Episode 3

Satrio (Derry Drajat) tumbuh sebagai remaja dan meneruskan cita-cita almarhum ayahnya yang gugur di medan perang. Masuk AMN, dan mulailah suasana pendidikan militer yang keras, penuh disiplin, tapi juga penuh harapan dan berseminya cinta. 

Satrio sebagai taruna, menyadari persahabatan dengan taruna lain dari berbagai daerah, yang mempunyai cita-cita yang sama. Satrio yang lebih lugu sering di permainkan oleh Alex, anak keluarga mampu, di candai Budi dan di besarkan hati oleh Marijo, anak keluarga miskin ayahnya penarik becak. 

Saat itulah Satrio mulai tertarik pada Kartika (Novia Kolopaking). Sampai mencuri pandang lewat koran di sebuah kantin. Sayang kedua orang tua angkat kartika (Di perankan oleh Him Damsyik dan Lenny Marlina) kurang menyetujuinya. Mereka berdua tak menginginkan putrinya menikah dengan tentara yang akan ditinggal tugas, di samping sudah ada calon lain. Sementara Kartika yang pintar menjahit itu, agaknya juga patah hati dengan taruna. 

Tetapi jika cinta tulus murni bicara, siapa yang bisa menghentikan?. Satriopun kalau perlu sebagai mayoret drum band, embawa anak buahnay muter-muter di depan rumah kartika. 


Bersambung ke bagian lain


Sunday, December 31, 2023

SELAMAT TINGGAL 2023 dan SELAMAT DATANG 2024

 Tahun 2023 akan segera berakhir dalam hitungan jam. Segala daya upaya dan kejadian selama tahun 2023 telah mewarnai kehidupan kita. Ada sedih, ada suka dan ada juga duka, semua menjadi bagian dari perjalanan hidup yang tak bisa di ulang kembali. 

Tahun 2023 tentu saja masih banyak hal-hal yang belum dapat kita capai dengan baik, atau bahkan masih jauh dari harapan namun demikian, ketika nafas ini masih bisa bertahan dan ketika denyut nadi kita masih terdapat gerakan maka kita bisa memulai kehidupan kembali.

Tak lupa saya memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang telah saya perbuat semoga di tahun depan kita bisa lebih baik lagi. 

Mari kita kubur segala kenangan buruk di tahun 2023 dan menyongsong tahun 2024 dengan harapan dan semangat baru, semoga tahun 2024 kita semua mendapatkan kemudahan dan keberkahan dalam kehidupan ini. 


Salam, 

Toto

Friday, December 22, 2023

MAJALAH FILM COVER YESSY GUSMAN

Cover depan dan belakang

 Majalah film pada edisi ini menghadirkan Yessy Gusman sebagai Sampul Majalahnya. Majalah Film No. 057/25 Tahun V, 3 September - 16 September 1988. Foto yang di ambil adalah saat Yessy Gusman sedang dalam pembuatan film Sumpah Pocong Lintang dan Bayu. Yessy Gusman kembali di pasangkan dengan Rano Karno, pasangan serasinya dari film Romi dan Yuli, kemudian Gita Cinta dari SMA dan Puspa Indah Taman Hati dan juga Selamat Tinggal Duka. Sebelum Film Romi dan Yuli, Yessy Gusman juga pernah bermain di film Rio Anakku meski sebagai figuran. Hingga akhirnya mereka di pertemukan kembali dalam film Sumpah Pocong Lintang Dan Bayu. 

Antara Rano Karno dan Yessy Gusman memang memiliki chemistry yang pas saat sedang berakting dalam film sehingga seolah-olah mereka memanglah pasangan yang sangat serasi hingga dunia nyata, namun demikian mereka sebenarnya sudah memiliki keluarga masing-masing pada saat film ini di produksi. Yessy Gusman setelah film terakhir selamat tinggal duka , ia melanjutkan pendidikan ke Amerika dan memperoleh gelar MBA kemudian nikah dengan pujaan hatinya Oki Tjakra sedangkan Rano Karno memiliki rumah produksinya Karnos Film dan Rano pun sudah menikah dengan perempuan pujaan hatinya bernama Dewi. 

Setelah vakum cukup lama, akhirnya Rano Karno dan Yessy Gusman di pertemukan kembali dalam sebuah film Sumpah Pocong Lintang dan Bayu.





Selain berita tentang Yessy Gusman, berita-berita lain dalam Majalah film ini juga sangat menarik, salah satunya adalah pada halaman belakang terdapat poster film Saur Sepuh -Satria Madangkara, sebuah film yang diangkat dari serial sandiwara radio yang sangat populer di seluruh nusantara. Poster Saur sepuh dengan bentuk lain karena official posternya ada di edisi lainnya. 

Selain poster Saur Sepuh yang menarik juga terdapat poster Komedi lawak 88 yang di perankan oleh Benyamin S. Komedi Lawak 88 dalam kepingan VCD yang beredar dengan judul Benyamin Koboi Insyaf. Selain juga berita-berita tentang artis film yang layak di baca.

Ada yang penasaran? selengkapnya bisa beli yang bekas biasanya ada yang jual di market place. 

Tuesday, December 19, 2023

MEI SHIN DAN LASMINI, DUA PENDEKAR WANITA JADI COVER MAJALAH FILM

 

Dua pendekar Wanita

Masih ingat dengan tokoh Lasmini dalam film saur sepuh yang di perankan oleh Murtisaridewi? atau masih ingatkah juga dengan Mei Shin, salah satu tokoh dalam film Tutur tinular? Meskipun Meishin di perankan orang berbeda dalam film tutur tinular yaitu oleh Elly Ermawatie dalam Tutur Tinular 1 dan Linda Yanoman dalam Tutur tinular 2 dan 4. Baik Murtisaridewi yang lekat sekali dengan tokoh Lasmini meskipun dalam film Tutur Tinular pun Murti turut main sebagai Sakawuni dalam Tutur Tinular 3 dan 4, maupun Linda Yanoman sebagai Mei Shin, keduanya tokoh tersebut menjadi sampul majalah Film. 

Unik karena kedua wanita tersebut menjadi sampul majalah dengan tetap berpakaian sebagai pendekar, meskipun di lain kesempatan Murtisaridewi juga menjadi sampul majalah film dengan pakaian kasual. Tentu saja Dua pendekar wanita ini menjadi sebuah daya tarik tersendiri karena sampul majalah tersebut menjadi lebih unik dan menarik dengan pakaian pendekarnya. 

Dua pendekar wanita menjadi sampul Majalah film dalam edisi yang berbeda. 

Linda Yanoman berperan sebagai Mei Shin, wanita yang terdampar ke tanah jawa dwipa yang berasal dari negeri China. Ia terdampar bersama Pendekar Lou suaminya, namun mereka harus berpisah karena pendekar Lou menemui ajalnya di tanah Jawa setelah menyerahkan pedang Naga Puspa. Akhirnya petualangan Mei Shin di mulai dengan kisah cinta yang tidaklah pernah berakhir bahagia hingga iapun di perkosa oleh arya Dwipangga kakak dari kekasihnya sendiri Arya Kamandanu. Penderitaan Mei Shin yang harus ditanggung sendiri. Hingga akhirnya Ia mengundurkan diri dari dunia persilatan dan mengabdikan dirinya sebagai tabib dengan nama samaran Nyai Paricara.

Sedangkan Murtisaridewi berperan sebagai Lasmini dalam film Saur Sepuh dan menjadi sosok yang sangat menarik. Kisah cinta Lasmini juga tidaklah mulus, namun ambisi dan dendam serta nafsu membuat Lasmini bisa berbuat semaunya karena Lasmini ditakdirkan sebagai Wanita penggoda meski ia sebenarnya menderita. Dendamnya pada Mantili tidak pernah berakhir. Lasmini sendiri sebenarnya digambarkan bukanlah sebagai tokoh jahat saja namun sisi baiknya juga ada. 

Dari dua paparan tersebut tentu saja menjadi menarik ketika Lasmini dan Mei Shin menjadi sampul majalah Film. 

Mei Shin menjadi sampul Majalah Film No. 139/106 Tahun III/26 Oktober - 8 November 1991 dengan satu halaman full wawancara dengan Linda Yanoman alias Mei Shin sedangkan Lasmini menjadi Sampul Majalah Film pada edisi 171/138 TH. IX, 23 Januari - 5 Februari1993 dengan wawancara khusus MF dengan Murtisari Dewi yang berperan sebgai Lasmini. 

Linda Yanoman sebagai Mei Shin

Sampul Belakang

Artikel Ali Shahab dan Film Pengantin Remaja

Gosip

Linda Yanoman

Isi Artikel di dalam Majalah film tersebut tentu saja beraneka ragam yang di sajikan dalam dua Majalah tersebut. Sehingga menjadikan Dua Pendekar Wanita menjadi sampul Majalah merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi penikmat Majalah Film pada Khususnya. 

Dari Majalah Film dengan sampul Linda Yanoman, pada halaman pertama berisi artikel wawancara dengan Linda Yanoman, Kemudia Lembaran Gosip di halaman berikutnya, juga liputan tentan film Selir Seriti dan pada Sampul Belakang terdapat poster Pengantin Remaja dan Ekspedisi Harta Karun. 

Sementara itu dari Majalah Film dengan sampul depan Murtisaridewi , pada halaman pertama berisi artikel tentang Murtisaridewi, di sebalik sampul pertama terdapat kalender tahun 1993 dengan sampul Nike Ardilla, kemudian artikel berikutnya tentang Iwan Fals sebanyak 2 halaman dan juga artikel Saur Sepuh V Istana atap langit. 

Cover Murtisaridewi


Artikel Murtisaridewi
dan Kalender Nike Ardilla






Ada yang memiliki majalah tersebut? menarik untuk di baca sebagai nostalgia.

Wednesday, December 6, 2023

MAJALAH FILM COVER NIKE ARDILLA EDISI 23 JUNI - 6 JULI 1990


Majalah Film, Bacaan bergengsi penonton film, begitulah slogannya. Meski bentuknya Tabloid namun tetap menggunakan nama Majalah Film. Sebelum berbentuk Tabloid yang terbit 2 minggu sekali, Majalah Film memang berbentuk Majalah yang terbit secara bulanan atau di kenal dengan Majalah Bulanan Film. 

Namun setelah mengalami beberapa masa, majalah Film pun akhirnya harus tutup dan tidak beredar lagi. Kini hanya tinggal kenangan dan bernostalgia dengan barang cetakan dalam bentuk fisik yang sudah menjadi barang bekas namun  masih berharga di mata kolektor. 

Bernostalgia dengan Majalah film adalah bernostalgia dengan sebuah majalah yang biasanya memuat poster film yang sedang beredar atau akan beredar di halaman belakang secara penuh. Dari tahun 1987 pengiklan film biasanya memasang iklannya di majalah film baik sebagai iklan di halaman terakhir maupun di dalam majalahnya dan ada pula yang memasang iklannya dalam format hitam putih. Poster film menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta film tentunya. 

Artikel Wawancara Nike Ardilla

Secara keseluruhan isi dari Majalah film membahas tentang film, gosip artis dan juga ada tanya jawab dengan artis. Selain itu Majalah ini juga memiliki wadah bagi penggemar dan pembaca dalam  Film Club yang anggotanya juga di muat di Majalah. 

Kali ini saya akan membahas dengan majalah film yang terbit 23 Juni - 6 Juli 1990 dengan Cover Nike Ardilla. Ini merupakan satu-satunya cover Majalah Film dengan Cover Nike Ardilla karena setelahnya tidak ada lagi cover yang memuat Nike Ardilla hingga beliau wafat. Paramitha Rusady jadi salah satu artis yang menjadi cover Majalah Film paling banyak kalau menurut saya sih. 

Nike Ardilla merupakan rising star di tahun 90an setelah pada tahun 1989 berhasil menggebrak blantika musik Indonesia lewat lagunya Seberkas Sinar karya Deddy Dores, dan Tahun 1990 Album Nyalakan Api sebagai album dari Nike Ardilla makin menorehkan jejaknya. Langkah Nike Ardilla kian mantap selain menjadi model, bintang iklan juga bermain film.  Sebagai sosok yang hidup di jaman Nike mengawali karir, saya sih tidak ingin membahas tentang Nike Ardilla karena sudah banyak sekali media-media maupun penggemar Nike yang membahasnya. 

Poster Tutur Tinular sebagai cover belakang 

Namun kali ini saya ingin mengupas tentang Isi Majalah Film dengan Cover Nike Ardilla. Di halaman depan terpampang foto Nike Ardilla yang masih belia dengan rambut panjangnya. Kemudian di halaman Pertama artikel Nike Ardilla dan beberapa foto-foto Nike Ardilla. Di bagian isi terdapat info film di kota anda, artikel tentang artis dalam dan luar negeri. Tanya Jawab kali ini adalah bersama Kadir. Dan yang terpenting adalah di halaman paling belakang.

Willy Dozan Mencari Pemerkosa Adik artikel dalam film Rio Sang Juara, Juga ada Si Buta Dari Goa hantu, Ibu Subangun, Pendekar Cabe Rawit, artikel tentang film Kepingin sih Kepingin dan lain sebagainya. 

Sebagai halaman penutup, halaman palin gbelakang berisi  Poster Film Tutur Tinular yang masih baru Segera Beredar belum ditentukan kapan mulai beredarnya. 

Mari kita bernostalgia dengan Majalan Film





Tuesday, December 5, 2023

MANTILI BERNYANYI, DEDIKASI ELLY ERMAWATIE DI DUNIA TARIK SUARA SETELAH SAUR SEPUH SUKSES


 Elly Ermawatie, siapa yang tidak kenal dengan nama yang satu ini. Bagi generasi 80an hingga pertengahan 90an nama Elly Ermawatie sangat dominan terutama mengisi hati penggemar di seantero tanah air melalui serial sandiwara radio yang di perankan oleh Elly Ermawatie. Meski hanya mengenalnya melalui suara namun nama Elly sangat di kenal terutama bagi pecinta sandiwara radio terutama di daerah-daerah. 

Elly Ermawatie namanya mencuat setelah menjadi Mantil dalam serial sandiwara radio Saur Sepuh yang di perdengarkan hingga pelososk negeri. Sandiwara radio dengan durasi setengah jam ini di tulis oleh Niki Kosasih dengan menggaet bintang-bintang ternama sandiwara radio. Melalui Sanggar Prativi yang menaungi pemain-pemain sandiwara radio seperti Elly Ermawatie, Ferry Fadly sebagai Brama Kumbara hingga Ivonne Roose sebagai Lasmini musuh bebuyutan Mantili. Saur sepuh di siarkan di radio-radio dengan sponsor dari PT Kalbe Farma yang memproduksi obat-obatan dan  suplemen. 

Nama Mantili menjadi tidak asing di kalangan masyarakat karena begitu fenomenalnya sandiwara radio dan makin mencuatnya nama Elly Ermawatie, menjadi daya tarik tersendiri disamping juga banyaknya penggemar Elly Ermawatie. 

Sebuah Album Saur Sepuh Mantili Bernyanyi di persembahkan oleh Elly berpasangan dengan Erry Prima. Album Saur sepuh Mantili Bernyanyi juga di sponsori Oleh Procold Obat Flu Andalan produksi PT. Kalbe Farma. 

Terdapat 10 lagu yang dinyanyikan oleh Elly Ermawatie dan Erry Prima dalam kaset yang di produksi oleh Arco dengan menggunakan pita HDX. 

Lagu Indah Cinta Pertama dan Brama Kumbara menjadi 2 lagu yang paling sering di dengar di radio kala itu. 


Berikut isi lagu dari Kaset Saur Sepuh Mantili Bernyanyi : 

SIDE A

1. Indah Cinta Pertama - A Riyanto

2. Brama Kumbara - A Riyanto/Niki Kosasih

3. Yang Tua dan Yang Yang Muda - A Riyanto

4. Senandung Cinta - Ajie Indra

5. Ku Tak Mau Jatuh Cinta - Perry Pengging


SIDE B 

1. Kabut Dalam Hati - Johny/Nana

2. Hallo Bung - Ardiansyah

3. Bila Hati Sedang Rindu - Johny/Zally

4. Hari Ini - Harius

5. Asem Buah Manggis - Ade Putra