Wednesday, October 1, 2025

TUTUR TINULAR II, ETNIK JAWA BERGAYA MANDARIN

 


TUTUR TINULAR II, ETNIK JAWA BERGAYA MANDARIN

Hadirnya tenaga asing dalam pembuatan Film di Indonesia di satu sisi memang berdampak positif, tapi disisi lain juga sangat merugikan. Mekanisme kerja, ketrampilan dan pengenalan peralatan suting yang lebih modern, merupakan dampak positif yang kita peroleh.

Sisi lain, biasanya, tenaga asing itu memperoleh bayaran dan fasilitas lebih baik dibandingkan karyawan film dalam negeri sendiri. Hal semacam ini sering menimbulkan iri hati. Akibatnya hasil kerja maksimal tidak tercapai.
Contoh film buata Indonesia yang banyak melibatkan tenaga asing antara lain Babad Tanah Leluhur, tutur Tinular I dan Tutur Tinular II, yang merupakan produksi PT. Kanta Indah Film. Film tersebut melibatkan tenaga asing dari Hongkong.
Dengan Wewenangnya sebagai penata kelahi (fighting director), karyawan impor itu dapat leluasa menjejalkan gaya (budaya) negerinya. Kalau sebalam ini masyarakat mungkin terpengaruh dari film Mandarin yang dimainkan orang Hongkong, tapi sekarang budaya tersebut orang kita sendiri yang menampilkannya. Akibatnya lebih mudah di serap masyarakat (anak-anak) kita.
Tutur Tinular II yang seluruh lokasi sutingnya di kota Gudeng Yogyakarta, contoh etnik Jawa yang bergaya Mandarin. Kenapa? karena film tersebut penata kelahinya diperjayakan pada Lo Hua Keung, tenaga impor dari Hongkong.
Menurut beberapa karyawan yang terlibat dalam produksi tersebut, da kecenderungan pekerjaan - tugas sutradara kita dirampas tenaga asing itu. Namun demikian kata mereka pula, Abdul Kadir Sutradara Tutur Tinular II cukup bersabar menghadapi Lam Chitai (Stunt asisten fighting), Yu Kiutung (sling supervisor), Ho Hon Chow (special effect) Lo Hua Keung, Tong Puiching (lighting animasi supervisor) dan Cheng Yee (fighting Supervisor) yang akan merampas wewenangnya.
Kadir yang mengawali profesinya sebagai sutradara dengan film laga Pendekar Cabe Rawit, tetap berusaha menempatkan dirinya sebagai Komandan. Toleransi begitu menurutnya, kadang memang diberikan. Sebab para tenaga asing itu bekerja di bayar mahal oleh produser.
Sebagai orang yang paling bertanggungjawab atas apa yang muncul di layar perak nanti, Abdul Kadir tetap berusha menampilkan cerita secara utuh dengan etnik Jawa sebagai latar belakangnya. Namun demikian, iapun sadar kehadiran tenaga-tenaga asing tersebut akan mengurangi keutuhannya. - demikian dikutip dari MF No. 131/98 tanggal 6 Juli s/d 19 Juli 1991.

Tuesday, September 30, 2025

BRAM ADRIANTO, PEMERAN LETKOL UNTUNG DALAM FILM PENGKHIANATAN G 30 S PKI


BRAM ADRIANTO, adalah salah seorang yang mendukung film "Pengkhianatan G 30 S PKI" yang berperan sebagai LetKol Untung (mungkin wartawannya salah ketik) , salah seorang penggerak dari pengkhianatan tersebut. 

Bukan sebuah peran yang mudah, tetapi Arifin C Noer, sang sutradara mempercayakan peran ini pada Bram. Bagaimana suka dan dukanya membintangi film tersebut, Bram Adrianto memberikan kesan pada Ria Film. 

"Orang lain bilang tidak perlu, tetapi saya merasa perlu melakukan observasi", bilang Bram yang berbadan tegap. Hal ini dikatakan sehubungan dengan banyak pendapat tentang perlu atau tidaknya melakukan pengamatan terhadap suatu peran. Lebih-lebih perannya sebagai Letkol Untung yang orangnya sudah tidak ada. Bagaimana cara Bram melakukan observasi terhadap peran ini tentu lebih sulit daripada ia berperan sebagai sopir taxi. Tetapi banyak jalan terbuka dan Bram melakukan dengan seksama. "Antara lain saya mendatangi museum sejarah ABRI. disana saya banyak tanya tentang pakaian atau tanda pangkat yang di pakai saat itu. Saya juga menghubungi bekas resimen Tjakrabirawa. Jadi saya tahu pakaiannya secara otentik. Menurutnya observasi semacam ini belum pernah di lakukan. Bram termasuk pemain dalam bayak film tapi  pengamatannya peran kali ini di lakukan secara khusus. 

Di akui, porsi perannya melebihi dari yang pernah di terima sebelumnya. Sehingga tidak jarang Bram mendiskusikan dengan pemain lain, atau pun rekan-rekannya. "Siapa sebenarnya pemeran utaman?", pertanyaan ini yang sering di lontarkan. Menurutnya posisi peran Letkol Untung di dalam film Pengkhianatan G 30 S PKI cenderung sebagai tokoh utama. Pada akhirnya Bram tidak mendapat jawaban yang pasti. Namun begitu, ia sangat bangga bahwa perannya kali ini betul-betul menjadi perhatian. Lebih-lebih banyak pendapat yang menyebutkan betama Bram Adrianto berkesempatan main dengan baik. Arifin C Noer seperti memberi kesempatan yang besar, sementara tokoh yang lain muncul dalam jalur yang semestinya. Ini pula yang memunculkan pertanyaan siapa sebenarnya peran utama. 

"Pengkhianatan G 30 S PKI dulunya berjudul S.O.B singkatan dari Sejarah Orde Baru. Dibuat dalam waktu cukup lama, sekitar dua tahun dengan biaya yang besar pula. Konon kabarnya Pusat Produksi Film Negara (PPFN) mengeluarkan biaya lebih dari setengah milyar rupiah. Berarti jumlah biaya yang sekian kali lipat dari biaya sebuah film biasa. Sekarang ini, sebuah drama sederhana bisa dibuat dengan biaya 150 juta rupiah. Bahkan ada pembuat film yang berani memproduksi di bawah jumlah biaya tersebut. 

Sejak tahun 1982 dimana karya Arifin C Noer sebelumnya (Serangan Fajar) mendapat Piala Citra pada FFI '82 di Jakarta, baru kali ini karyanya di lombakan lagi pada Festival Film Indonesia t984 di Jogya. Suara-suara menyebutkan "Pengkhianatan G 30 S PKI" merupakan film yang merajai festival. Tapi Bram Adrianto justru merasa gelisah. Begitu banyak yang memuji permaiannya sebagai kolonel untung tetapi mungkinkah ia bisa menerima piala Citra.

"Untung ini orang jahat bung, Kata Bram tentang perannya. Mungkinkah juri mau menilai tokoh antagonis?

Sumber : Ria Film No. 548 tanggal 31  Oktober sd 6 Nopember 1984

Sunday, September 28, 2025

ATUT AGUSTINANTO


 Masih Ingat Atut Agustinanto? salah satu perannya ada dalam film Siluman Srigala Putih bersama aktor laga Barry Prima.  Atut adalah seorang sarjana ekonomi, pengusaha, karateka DAN III (th 1988) yang telah beberapa kali mengikuti kejuaraan tingkat nasional maupun internasional. Setidaknya lebih dari 14 film sudah di bintangi pada tahun 1988 dan rata-rata adalah film aksi. Dengan bintang-bintang aksi lain yang pernah bekerjasama seperti Barry Prima, Advent Bangun, Avent Christie, George Rudy dan juga Harry Capri. 

Bertubuh tinggi 179cm , oleh sutradara memang sering diminta untuk menjadi seorang penjahat dalam film. Seperti dalam film SILUMAN SRIGALA PUTIH ia bermain sebagai kepala perampok yang licik. 

"Setelah film tersebut saya sering menerima teguran dari orang-orang yang saya temui dengan nada kebencian. Saudara dan family family juga menegur saya," ungkat Atut Agustinanto yang lahir di Jakarta pada 13 Agustus 1953. 

Atut mulai menapakkan kakinya di dunia film lewat "Rajawali Sakti" arahan sutradara Sisworo Gautama Putra. Juga film Permainan di Balik Tirai yang di sutradarai oleh Maman Firmansyah, Dalam film yang menceritakan kehidupan bajak laut itu, Atut menjadi kepala bajak lautnya. Sedangkan ia juga dalam proses produksi Saur Sepuh yang sutradaranya Imam Tantowi. Dalam film ini Atut bermain sebagai Senopati Gajah Lembana, merupakan salah seorang Senopati Majapahit. Atut juga pernah di tawari untuk main film namun kepalanya harus di gunduli. Atut pun menolak. "Enggak ah! kalau saya harus mengorbankan rambut, lebih baik saya nggak main film daripada harus digunduli " ujar Atut yang saat itu kerja di Universitas Trisakti, disamping punya pabrik pemecah batu di Sukabumi. 

Atut mengatakan, sebagai pemain film akan berusaha memainkan peranan yang disodorkan padanya. Kecuali yang digundul seperti diatas. Ia menolaknya. Ia pernah pula main sebagai dokter dalam film "Bilur Bilur Penyesalan? yang di sutradarai olh Nasri Cheppy. 

Atut dalam kehidupannya berusaha menyesuaikan diri dengan situasi dimana ia berada. Karena ia hidup dalam beberapa lingkungan pergaulan diantaranya lingkungan Universitas, Karate, Film dan juga lingkungan usaha. Atut pernah menjadi juara IV pada PON IX dan pernah pula 4x dikirim ke kejuaraan dunia Karate. Sementara di film ia lebih banyak berperan sebagai pemeran pembantu atau pemeran pembantu utama. 

Ada yang masih ingat film-film Atut Agustinanto?


~sumber : MF~

NOKTAH MERAH PERKAWINAN 2, Antara Ibu Kandung & Ibu Tiri


NOKTAH MERAH PERKAWINAN 2, Antara Ibu Kandung & Ibu Tiri

Pada saat episode akhir sinetron drama rumahtangga Noktah Merah Perkawinan , diceritakan Yulinar mati-matian menyelamatkan anak tirinya Ayu dari pondok yang terbakar. Akibatnya ia mengalami luka bakar yang parah. Dalam kondisi kritis Yulinar berharap agar suaminya Priambodo bisa rujuk kembali  dengan istri pertamanya Ambarwati. Kesan yang timbul bagi pemirsa tentu adalah Yulinar meninggal dan Pri pun bersatu kembali dengan Ambar. Benarkah demikian?

Setelah NMP berakhir maka karena ratingnya pun bagus, dilanjut dengan NMP 2. Kendati sempat mengalami masa kritis, kondisi Yulinar berangsur membaik. Ambar di tuduh oleh Ibu Pri sebagai penyebab malapetaka ini. Sementara kedua anak Ambar, Bagas dan Ayu tersentuh nuaninya oleh pengorbanan Tante Yulinar untuk pertama kalinya memanggil ibu tiri mereka dengan sebutan "Mama".

Ambar yang masygul, menemukan boneka yang selalu dibawa Ayu telah gosong terbakar. Hatinya merasa terpukul, ikut menyalahkan dirinya sendiri. 

Problema lain timbul, Ibu Sugondo dengan kedok Arisan ternyata menjadi bandar perjudian terselubung dikalangan ibu-ibu. Dililit hutang rumahnya pun terancam disita. Ada lagi, Sukarni, adik Ambar yang terganggu jiwanya akibat diperko sa seorang penjahat. Mau tak mau Ambar mesti menitipkannya ke Rumah Sakit Jiwa. Ambar berusaha mencari keterangan tentang kekasih Sukarni lewat ibunya di Semarang. Ternyata lelaki itu telah pindah ke Kalimantan. 

Pri yang di sibukkan oleh pekerjaan dan mengurus Yulinar yang masih dirawat dengan menggunakan alat bangu pernapasan, kurang memperhatikan anak-anaknya. Bagas bergaul dengan anak-anak yang broken home. Ayu yang merasa sangat menyesal, meminta Pak Sakir memotong foto perkawinan Pri-Yulinar, dan memasnang foto Yulinar di kamarnya sendiri. Pri menjadi sangat marah pada Pak Sakir. 

Noktah Merah Perkawinan tayang tiap Rabu Malam di Indosiar pada tahun 1998. Teledrama seri kebanggaan PT Rapi Film sepanjang 26 episode ini tetap di sutradarai oleh Buce Malawau dengan tiga pemain inti Ayu Azhari sebagai Ambarwati yang setelah bercerai malah menjadi wanita karir sukses, Cok Simbara sebagai Priambodo, suami yang berwatak gampang jatuh cinta lagi pada wanita lain dan Berliana Febrianti sebagai Yulinar, ibu tiri yang budiwati, didukung oleh dua pemain anak Perdana Batang Taris dan Niken Ayu. Kematangan akting Ayu Azhari telah membuahkan Piala Vidia sebagai Aktris Terbaik pada Festival Sinetron Indonesia 1996.


#noktahmerahperkawinan 

Wednesday, September 24, 2025

SI KABAYAN KE PESANTREN, KENALAN DENGAN ANAK JIN


 SI KABAYAN KE PESANTREN, KENALAN DENGAN ANAK JIN

Desa Cilampang, Tasikmalaya di bakar Sinar mentari. Panasnya menyengat semua yang ada di permukaan bumi. Dalam keadaan seperti ini, kru film Si Kabayan dan Anak Jin bergelayut dengan kerjanya. Sesuai bagia masing-masing. Didi Petet, Salim Bungsu dan seorang figuran mencari blocking(posisi) mantap sebelum berakting. Sang sutradara, Hengky Solaiman memperhatikan setiap gerak, di samping Tantra Suryadi yang sedang mencari fokus kameranya. Sementara penata lampu mengatur pencahayaan. Nike Ardilla dan dua orang artis cewek Parfi Jawa Barat duduk di dekat para penonton yang menyaksikan jalannya suting, menunggu giliran di sut.

"Action..!" Teriak Hengky Solaiman. Spontan Didi Petet beraksi dengan akting boloonnya. Sebentar kemudian, Salim bungsu menyambar dialog Didi Petet. Adegan berlangsung begitu manis. Ketika suting berlangsung, pencatat skrip nyelonong masuk dalam frame kamera. Lalu, kru lain berteriak," heh, apa luh" makinya. Take (Pengambilan gambar) jadi gagal, Hengky Solaiman hanya bisa mengurut dada. Ada ketidakpuasan di wajah Salim Bungsu sebab dia sudah begitu mood. Take kedua dialog Salim Bungsu cacat, Artikulasi jelas tapi dialognya terbalik. "Tak apa, nanti bisa di tukar ketika di dubb" ujar Salim Bungsu seenaknya. Sutradara dapat memaklumi. 

Hiburan gratis bagi masyarakat desa sangat mereka manfaatkan. Taklah begitu gampang untuk dapat menyksikan artis beken berakting secara langsung. Maka, mulai anak-anak sampai nenek-nenek berjubel. Ingin lebih dekat, tapi pihak keamanan begitu cekatan menghalau arus mereka yang kian mendekat. Terik matahari tidak mereka hiraukan. Sampai anak-anak terjepit disela-sela orang dewasa. 

Panas terik berganti mendung. Lokasi suting berpindah di Pondok Pesantren Nurul Huda. Ketika kru berbenah, hujan turun. Dari koridor pesantren, santri-santri sabar menunggu berlangsungnya suting. Tapi rinai gerimis memaksa suting harus break. Kesempatan ini dimanfaatkan santri untuk berphoto bersama Didi Petet dan artis lain. Hujan reda menjelang magrib tapi suting ditunda sampai esok harinya. 

Film ini, episode lain dari Si kabayan, tokoh legenda nyentrik dari Jawa Barat. Sambungan dari film Si Kabayan sebelumnya. Benang merahnya mengikat di film Si Kabayan dan Anak Jin dengan si Kabayan sebelumnya. Dan sutradaranya pun berganti dari Maman Firmansyah ke Hengky Solaiman. 

Film ini agak lain dari Si Kabayan sebelumnya. Si kabayan masuk pesantren. Dia berkenalan dengan seorang anak Jin. Kekocakan akan semakin mantap!" kata Hengky Solaiman dengan yakin. Dan tidak hanya materi cerita maupun pemain yagn mendukung, tapi juga anggaran yang cukup besar yaitu sebesar 450 juta Rupiah.

Film produksi KharismaJabar Film bekerjasama dengan Pemda Jawa Barat in  mengangkat kehidupan Si Kabayan dari Sisi Lain .  Kabayan jatuh cinta dengan Nyi Iteung, puteri Ajengan Abah pimpinan Pesantren di desanya. Karena itu dia menjadi santri, supaya bisa dekat Nyi Iteung, Kabayan berhasil berkenalan dengan Nyi Iteung dan mengantar kerumahnya. 

Ulah kabayan yang selalu menggonai Nyi iteung membuat Anak Jin marah, penghuni pesantren. Anak Jin kesal, lalu selalu mengganggu si Kabayan lagi tidur. Saat tidur, Anak Jin selalu memindahkan. Si Kabayan kedalam beduk atau kedalam kolam air. 

Anak Jin jatuh simpatik dengan perjuangan Kabayan yang ingin mempersunting Nyi Iteung. Apalagi Ajengan Abah melarang setiap pertemuan Nyi Iteung dengan Kabayan. Kabayan jadi murung, sebab Nyi Iteung harus meninggalkan pesantren dan bekerja di Yogyakarta, kabayan jadi pemurung, dia menjadi muak di Pesantren. Teman-teman Kabayan mengusulkan supaya menyusul Nyi Iteung ke kota. Usul ini diterima Kabayan. 

Tiba di stasiun Yogyakarta Kabayan dibuntuti seorang lelaki berkumis. Lelaki ini menduga Kabayan membawa uang banyak. Lalu lelaki itu pura-pura menawarkan jasa, mengajak Kabayan menginap di hotel. Rupanya lelaki berkumis ini mau menggarong Kabayan, untung ada Anak Jin datang membantu. 

Artis Pendukung film Si Kabayan dan Anak Jin di perkuat oleh Didi Petet Sebagai Si Kabayan, Nike Ardilla sebagai Nyi Iteung, Rachmat Hidayat sebagai Ajengan Abah, Salim Bungsu sebagai Ki Armasan, Sena A Utoyo sebagai Anak Jin serta didukung artis Jawa Barat dan Yogyakarta. 


Sumber  MF 

#sikabayan #sikabayandananakjin #didipetet  #nikeardilla #filmindonesia 

PEDANG ULUNG "DI SUTRADARAI OLEH PENATA KELAHI"

 


"Sebuah film Silat tradisional yang tetap mengandalkan baku hantam dan adegan syurr, dengan dana Rp. 300juta, 100 juta diantaranya konon untuk honor Barry Prima. "

Sukses dengan film Walet Merah, PT. Elang Pekasa Film kembali memproduksi film jenis action. Masih dibintangi oleh Barry Prima. Film yang mengandalkan adu fisik, yang selalu dianggap angin berlalu dalam setiap Festival Film Indoneisa, di beri Pedang Ulung. Yopi Burnama selaku sutradara, tak banyak berfungsi dalam proses pembuatan di lapangan. Dia bak macan ompon, karena yang memegang kendali adalah Eddy S JOnathan sebagai fighting director. Maka tak heran bila Yopie Burnama jarang dilokasi suting. 

Tema yang disuguhkan masih berkisar adegan baku hantam dengan setting kerajaan antah brantah. Tidak ada yang istimewa dibanding produksi-produksi sebelumnya. Unsur kekerasan yang di balur dengan percintaan mewarnai film ini secara keseluruhan. Maka tak heran jiga para pemain dalam keadaan kumal, penuh bercak-bercak lumpur. Apalagi hujan dras kerap mengguyur kawasaan TMII tempat suting berlangsung. Beberapa kali pengambilan adegan tertunda. Para kru dan pemain berlarian ketenda serta gubuk yang sekaligus dijadikan background adegan. 

Namun Eddy S Yonathan yan gmenggantikan kedudukan Yopi Burnama, tidak kehabisan akal. "Saya pakai sistem jumping shoot, satu hari saya harus merampungkan 20 shot. 

Total menghabiskan dana 300juta, (Rp. 100juta diantaranya, konon khusus untuk bayar honor Barry Prima). Film Pedang Ulung yang ditulis oleh Tonny dan Amalia Yonathan ini beredar pada Januari 1994. Jurus-jurus yang dimainkan Barry Prima beserta pemain-pemain lainnya tidak terikat pada satu unsur seni bela diri, tapi juga diramu secara umum baik dalam maupun luar negeri oleh Eddy S Yonathan sebagai penata kelahi. Eddy mengapresiasi jurus-jurus menarik dari berbagai latar belakang ilmu bela diri. "Saya sendiri pemegang DAN II Ju Djitsu. Tapi saya tak terpengaruh oleh kepandaian sendiri. Saya harus menyesuaikan kepandaian para pemain, untuk menghindari kekakuan," tegas Eddy yang banyak memegang kendali produksi film-film action Nasional. 

Film yang direkam kameramen Suryo Susanto ini, menghadirkan konflik-konflik klasik yang terjadi pada jaman kerajaan. Pertentangan antar kelompok perguruan, dalam upaya mencari kebenaran, perlu pengorbanan dan keberanian. Hadir tokoh hero, memberantas kesewenang-wenangan yang berlaku dalam hukum rimba. 

Di Kisahkan, Raja Surya Pasir Kencana (Agus Kuncoro) dalam memerintah kerajaan dipengaruhi perdana menterinya yang bertabiat buruk (Mansyur Sadan). Akibatnyaseorang Perdana Menteri yang lain (Robby Sutara) jadi tersingkir. Padahal Perdana Menteri itu sangat setia pada Raja. Kerajaan jadi kacau balau. Penindasan, pemerkosaan dan kesewenang-wenanganpun merajalela. 

Maka hadir tokoh Jaka (Barry Prima) yang berupaya mempersatukan kembali kerajaan yang hampir di puncak kehancuran itu. Namun tugas itu tak mudah. Apalagi Perdana Mentri kerajaan yang bertabiat buruk mengajak teman seperguruan Jaka bergabung dengan mereka. 

Semula ibu Jaka (Chitra Dewi)tak mengijinkan untuk berjuang menegakkan kembali kebenaran yang hampir punah. Namun seelah diyakinkan, sang ibu merelakan juga anaknya berjuang merontokkan orang-orang yang telah tersesat itu. Kendala lainny ayang harus dihadapai Jaka adalah sang pacar, Ayu Chandra (Corry COnstantia) yang juga dicintai oleh Permadi (Rendy Recky) teman seperguruan Jaka yang berkhianat  dan bergabung dengan Perdana Mentri kerajaan yang Jahat. Terjadilah cinta segitiga, membuat Jaka kian bernafsu mempergunakan pedang ulungnya untuk menghajar Permadi dan orang-orang suruhan Perdana Menteri. Mungkinkah Jaka mampu membinasakan mereka? Adegan pertempuran mengucurkan darah, gemerincing pedang, jurus-jurus pukulan total mewarnai ambisi Jaka untuk menegakkan keadilan. 

Unsur percintaan dalam film ini dapat disaksikan lewat adegan perpisahan antara Jaka dengan Ayu Chandra. Dikemas secara halus dan romantis, nalau dibumbui dengan cumbuan yang cukup hot. Sementara adegan s e k s yang brutal dapat disaksikan lewat adegan-adegan per kosa an. Paha dan bentuk tubuh sensitif lainnya hadir tervisualisasi sebagai bumbu yang hingga kini tetap di gemari. "nggak usah munafiklah, bahwa unsur sadisme dan erotis punya daya tarik dan komersial. Terbukti film-film yang selama ini ditangani oleh Eddy S Yonathan menghadirkan kedua unsur itu cukup sukses dipasaran bioskop. 

Pedang Ulung dilakonkan hampir 60 pemain, rata-rata punya skill ilmu beladiri. Peran senral di pegang oleh Barry Prima yang menurut pihak Elang Perkasa telah di kontrak selama 1 tahun untuk 5 judul film. Pemain seperti Agus kuncoro yang terkenal lewat peran Jaya Negara dalam sinetron Mahkota Mayangkara, Corry Constantia, Rendy Recky, Chitra Dewi, Mansyur Sadang, Robby Sutara, Kubu Quimariz, Yacob Essad dan lain-lain dengan special effect dipegang oleh Sudharmono. 


~sumber : MF~

Tuesday, September 23, 2025

AYUNI SUKARMAN, Ingin Jadi Penerbang


AYUNI Sukarman Ingin Jadi Penerbang

Cempluk adalah perannya yang pertama dalam film "Suromenggolo" Entah karena apa tiba-tiba sutradara mempercayakan peran itu kepada gadis imut-imut yang saat itu masih duduk di bangku kelas 3 SMP Negeri IV Jakarta. Kedatangannya yang pertama dalam dunia film, ia langsung kebagian peran pembantu utama. 

Ayu Sukarman nama gadis yang cukup berbakat telah dipilih oleh Sutradara Dasri Yacob. Cewek kece yang satu ini ibarat bunga adalah melati di pagi hari atau bunga sedap malam dikala malam. Bunga yang baru mekar ini sangat murah senyum pada siapa saja. keramahannya ini tidak ada kaitannya dengan promosi wisata Visit Indonesia Year 91, tapi memang sudah dari sononya. 

Itulah sebabnya ia sangat di sayang oleh para pendukung film Suromenggolo yagn rata-rata usia mereka jauh diatasnya. Dan jangan coba-coba ganggu meskipun ia masih santa hijau, tapi ia berkawan akrab dengan bintang-bintang silat kita yang berbadan kuat seperti Benny G Rahardja, Johny Sitepu, Yongkie dan lain-lain. 

Ayuni paling suka ngunyah coklan dan meluncur dengan sepatu roda. Anak Sukarman ini mengaku tidak pernah merasa takut di tengah-tengah kawan mainnya di filmnya yang perdana ini, meski baru kenal meski rata-rata tampang mereka itu seram, tapi tidak menyeramkan bagi Ayuni yang masih polos, yang pernah jadi Ratu Top Jean (Lipstik) ini. 

Mula-mula ia sama sekali tidak pernah tertarik dengan film. Nontonpun hampir tidak pernah, karena gedung bioskop jarang memutar film anak-anak. Maka ia lebih suka nongkrong depan televisi. Namun ketika Yuni begitu panggilan akrabnya mulai suka nonton Film Nasional, mulailah timbul hasrat untuk ikut main film. Ketika ia bertemu dengan Camelia Malik tantenya, disitulah Yuni diajak main film "Suromenggolo" padahal sejak kecil ingin jadi penerbang, karena orang tua Yuni sering memberi oleh-oleh mainan pesawat tempur. 


~sumber MF

RIO SANG JUARA, DARI TUKANG PARKIR KE TINJU


 RIO SANG JUARA, Dari Tukang Parkir ke TINJU

Sejak tiba di Ibukota, Rio berusaha kerja apa saja sebisanya. Termasuk jadi tukang parkir liar yang mengandalkan tinju untuk melabrak prokem pemeras. Sampai jadi sopir taksi serep. Disinilah ia berkenalan dengan Lia, gadis bingung yang bergadang semalaman di Ancol. 

Gara-gara mempertahankan mobil dari pembajak, taksi diminta kembali oleh pemiliknya. Rio nekad masuk ke sasana tinju Om Eddy yang pernah melihatnya. Mulailah ia digembleng jadi petinju. Rupanya inilah jalan hidup yang harus ditempuhnya. Sukses sebagai petinju yang memenangkan pertandingan demi pertandingan. Pertemuan kembali dengan Lia menyeretnya kehidupan cinta bebas. Padahal ada playboy Tony yang sudah lama mengincar Lia. Tukang-tukang pukul di kerahkan Tony untuk menghajar Rio. 

Merasa diri paling jago adalah kesombongan yang harus dihindari oleh setiap petinju. Tapi Rio malah mengabaikan program latihan Om Eddy. Akibatnya fatal! ia dirobohkan Joseph. Disusul bunuh dirinya Lia yang terlanjur hamil. Dilanda keputusasaan Rio pulang kampung. Menemuikekasih lama, Sinta yang setia. Sementara itu, Joseph gugur dihajar tinju maut Park Il Sung dari Korea. 

Berkat dorongan Sinta, Rio berlatih lagi di bawah bimbingan Om Eddy. Tibalah saatnya untuk menantang si buas Park. Pertarungan 15 ronde habis-habisan. Boleh dipuji koreografernya berhasil menyuguhkan "Rocky" versi Indonesia. 

Dibandingkan dengan film Barat seperti "Rocky", Raging Bull, (Robert De Niro), Kid Gallahad" (Elvisd Presley), The Champion (Kirk Dougles) dan Split Decision (Gene Harckman), film kita sangat jarang mengungkapkan kisah tentang petinju. "Opera Jakarta" karya Sjumandjaya yang menampilkan Ray Sahetapi sebagai petinju merupakan salah satu film yang mengangkat petinju meski kecil. 

Dan akhirnya Rio Sang Juara dengan sutradara Muchlis Raya mengangkat skenarionya Djasman Djakiman. Tokoh utama di perankan oleh Willy Dozan yang lebih dikenal sebagai bintang kungfu. Memang ia sudah berusaha keras menghidupkan perannya.

Dua bintang wanita sebagai pasangannya adalah Sophia Latjuba dan Ayu Azhari. Saingan asmaranya adalah Hengky Tornando. Sedangkan di dalam ring, Willy harus menghadapi Joseph Hungan dan Tanaka. 

Ikut mendukung Chitra Dewi sebagai ibu Rio, WD Mochtar sebagai Om Eddy, Syamsul Anwar Harahap sebagai komentantor pertandingan dan penampilan Chaidir Rachman sebagai Bos Promotor.