Saturday, September 13, 2025

Warkop DKI : Bagi Bagi Dong, Dono Punya Tikus Sakti

 


WARKOP DKI : BAGI BAGI DONG, DONO PUNYA TIKUS SAKTI

Dono yang punya hobi nomor satu, gemar menjahili orang, datang ke rumah dukung beken. Tertarik bualan si dukun tetang tikus putih sakti, ia tak segan membelinya dengan harga mahal. 

"Wuah, pendeknya tikus ini sakti sekali, " cipoa si dukun dengan gayan meyakinkan. "Kalau di lepas bebas berkeliaran dalam rumahmu, maka kamu akan mendapat keberuntungan".

Dono percaya seratus persen . Tapi hal ini dirahasiakan dari dua sobatnya, Kasino dan Indro. Diam-diam dilepaskannya tikus putih 'sakti' itu dalam rumah kontrakan mereka. 

Padahal rumah itu di kontrak secara bergotong-royong antara mereka dengan dua gadis cantik, Yuke dan Kristine. Berkeliarannya si tikus, membuat kedua gadis berjingkrakan ketakutan. Mereka tak bisa tidur tenang, takut kalau malam-malam tikus naik ke ranjang.

Yuke meminta pacarnya, Indro , sedangkan Kristin memanggil Kasino  untuk mengusir binatang kecil itu dari kamar mereka. Celakanya, dua bujang kolot ini juga paling geli pada tikus. Dono berlagak pilon, pura-pura tak tahu menahu soal tersebut. Sikapnya ini membuat Kasino dan Indro curiga. Ketika di desak, Dono malah mengajukan syarat. "Baik, baik, nanti gue tangkep tikus itu, tapi kalian pergi dulu yangjauh. Pulangnya nanti, kalau sudah lewat jam sembilan,".

Apa boleh buat, Kasino dan Indro main setuju saja. Ini meman gyang diharapkan Dono, karena ia sudah mengundang pacar barunya, si cantik Donna untuk datang. 

Ini kesempatan bagus, sendirian dirumah tanpa di recoki, begitu pikirnya. Mendadak muncul Bella, pacar lama Dono, karuan disambut hangat. Selagi asyik ngobrol, pulanglah Yuke. Melihat munculnya gadis lain, karuan Bella curiga campur cemburu. Tapi bukan Dono kalau tak bisa bersandiwara, Dengan lagak marah-marah, ia mengusir Yuke. 

"Siapa Dia Don?" heran Bella. 

"Ah biasa, itu tukang minta sumbangan", kilah Dono. 

Yuke pergi, gantian muncul Kristine. Seperti biasa, terus saja nyelonong masuk ke kamarnya. Melihat sikap bebas gadis yang belum dikenalnya ini, Bella heran tak kepalang. Sikap plintat plintut Dono makin membuat Bella geram. Saking tersinggung, ia menampar pipi Dono, dan pergi meninggalkannya. 

Dono serba salah, marah-marah pada Yuke dan Kristine yang mengacaukan kemesraannya. Sebaliknya kedua gadis juga menuduh Dono melanggar perjanjian, karena berani menyembunyikan perempuan dalam kamar. 

Nyaris Dono frustasi, untung Indro dan Kasino bisa membujuk Bella untuk berbaikan lagi dengan Dono. Bukan main girangnya Dono. Tapi kemesraannya dengan Bella cuma sekejap karena munculnya Yuke dan kristine membuat Bella ngambek lagi. Susah payah Dono menjelaskan, bahwa mereka adalah pacar Indro dan Kasino. Eh muncul si Donna, Kali ini Dono kehabisan kilah, tak berdaya di siram mi kuah bawaan Donna, ditambah tamparan Bella. 

Masih tetap dengan motto trademarknya, "Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang", Warkop Dono Kasino Indro berbagi tawa dengan penggemarnya di penghujung tahun 1993. 

Sutradara Tjut Djalil memasang dua bintang remaja cantik Kiki Fatmala dan Inneke Koesherawati ditambah Yulieta Kulit, Diana Khan, Corrie Constantia serta si gundul plontos Ozy Syahputra dan si tonggos Diding Seta atau Diding Boneng. Warkop DKI selain mengumbar tingkah kocak juga dibumbui dengan adegan cewek-cewek berbikini ria yagn asyik bersenam Syur di pantai. 


#warkopdki

Tuesday, September 9, 2025

SI KABAYAN SABA KOTA


SI KABAYAN SABA KOTA

SI KABAYAN TURUN KOTA

Nama Perusahaan : PT. Kharisma Jabar Film

Penanggungjawab : Ir. Chand Parwez Servia

Penulis Cerita  :Eddy D Iskandar

Penulis Skenario : Eddy D Iskandar

Sutradara : H. Maman Firmansyah

Penaa Kamera : Lukman Hakim Naim

Penata Artistik : S. Parya

Penyunting :  E Muksin Hamzah

Penata Suara : Zakaria Rasyid

Pemeran Utama Wanita : Nurul Arifin, Paramitha Rusady

Pemeran Utama Pria : Didi Petet

Pemeran Pembantu Wanita : Taty Saleh, Tetty Rodiah

Pemeran Pembantu Pria : Rachmat Hidayat, Aom Kusman S.H, Usman Effendy


Cerita : 

Si Kabayan adalah figur manusia cerdik. Cintanya terhadap alam lingkungan sendiri tidak perlu di ragukan lagi. Hanya karena kena pengaruh temannya yang datang dari kota, dan situasi yang memaksa dia untuk meyakinkan calon mertuanya bahwa diapun serba tahu tentang kota, maka Si Kabayan turun ke kota. 

Dengan niat untuk mencari temannya Joni Kemod di kota dia menjadi bingung sendiri. Ternyata di kota yang begitu besar nama Joni tidak hanya satu. Puluhan , bahkan mungkin ratusan. 

Untunglah si Kabayan mendapat bantuan dari keluarga Pak Raksa yang pernah di tolong Si Kabayan ketika di hadang perampok. Sementara itu Saribanon, anak perempuan Pak Raksa  diam-diam jatuh hati pada Si Kabayan. Selama tinggal di rumahnya kemana saja pergi selalu minta di antar oleh Si Kabayan. Bahkan pakaiannya diatru sebagaimana layaknya orang kota. Namun Si Kabayan kurang menanggapi isi hati Saribanon, bahkan akhirnya gadis itu menyadari siapa sebenarnya si Kabayan. 

Lelaki lugu itu begitu mencintai Nyi Iteung gadis pujaanya di kampung yang dia temui sewaktu sama-sama nonton wayang Golek. Baginya kota terlalu menyiksa hidupnya. Sebaliknya didesa lebih terasa damai, nyaman dan bahagia bersama Nyi Iteung. 


~~

SINETRON KISAH TIGA DUDA


 LAKON TIGA DUDA merupakan sinetron yang pernah tayang di SCTV pada tahun 1994. 

Cerita ini gagasan murni dari Tio Pakusadewo yang inspirasinya didapat dari sebuah lukisan Cina yang dilihatnya ketika jalan-jalan di Hongkong. Lukisan tersebut kira-kira mempertanyakan, Apa jadinya bila satu turunan yang terdiri dari Bapak, Anak dan Cucu punya probel yang sama, yaitu menjadi duda. 

Cerita ini berawal dari kehidupan tiga orang duda di bawah satu atap. secara kebetulan tiga-tiganya ada hubungan darah. Mereka adalah Opa Ben (Benyamin S), Papa yo (Priyo S Winardi) dan Si Tong (Tio Pakusadewo).

Opa Ben karena usianya yang lebih tua dari dua duda lain, terpaksa di jadikan penasihat sekaligus sesepuh di cerita ini. Sementara Papa Yo sebagai anak tunggal dari Opa Ben, berdiri sebagai orang yang serba tanggung. Terutama juga lantaran, hubungan Papa Yo tidak sedekat dengan Si Tong. Karena si Tong tumbuh di lingkungan kota besar, membuatnya asyik dengan dirinya sendiri dan kurangbisa akrab dengan keluarganya. 

Keasyikan Opa Ben yang hobi nonton film Kasandra agak terganggu dengan kehadiran Papa Yo yang  tiba-tiba mencari sesuatu yang tidak jelas dan langsung ngomel-ngomel. Belum selesai permasalahan yang dihadapi Papa Yo, persoalan lain muncul dengan deringan telepon yang berulang kali. Dan ternyata yang menelpon adalah Arimbi (Rina Hassim) mantan istri Papa Yo yang menanyakan barangnya yang hilang. 

Cerita yang di tamilkan secara komedi ini semakin lucu ketika tiba-tiba Bunga (Titi Dwijayati) mantan istri si Tong berkeluh kesah tentang hubungannya dengan Si Tong yang dirasakannya tidak seharomonis dulu. Bunga mengadukan hal itu kepada Opa Ben dengan mengatakan bahwa Si Tong telah berbuat serong dengan wanita yang tidak lain adalah teman Bunga sendiri. 

Kemudian juga menceritakan sewaktu mereka ribut masalah penyelewengan itu, Si Tong dengan entengnya mengatakan Talak Satu. 

Disnilah pesan moral mulai masuk. Opa Ben tidak hanya menjadi pendengar yang baik tapi juga bertindak sebagai penasehat. Karena yang menyampaikan bertitel Haji macam Benyamin S dan Muchsin Alatas, maka pesan-pesan moral yang di selipkan tidak terasa sebagai nasehat yang memuakkan. 

Sinetron ini tayang di SCTV tahun 1994 tiap hari Minggu jam 20.30 - 21.00WIB, tak hanya sebagai hiburan segar dan ingin tertawa lebar tapi juga penting bagi mereka yang membutuhkan siraman rohani. Toh status duda dengan persoalannya memang dekat dengan masyarakat kita. 

Ada yang pernah mengikutinya dulu?

~ sumber : MF 

Sunday, September 7, 2025

ASAL MULA NAMA DARTO HELM


Darto Helm, yang nama aslinya Sudarto, Kelahiran Purwokerto anak pengusaha wayang orang, suka main jadi Bagong. Kemudian main band dan jadi penyanyi. Akhirnya pindah profesi jadi pelawak. Gara-gara operasi helm di jaman Pak HOEGENG sebagai kepala Polisi, namanya jadi Darto Helm. Ini juga nama kecil pemberian orang tua jadi pas. 

"Dasarnya memang dari kecil suka melawak, walau hanya antara teman-teman. Pengagum Bob Hope, pelawak Amerika dan Norman Wisdom dari Inggris. Sudah gede ternyata jadi pelawak profesional bersama S. Bagio dan Diran. Awlnya saya diajak pak Bagio tahun 1973. Waktu itu kan saya suka jadi Bagong, Sutiah anggota wayang orang Bapak saya jadi Abimanyu. Yang kemana saja saya ikuti, sampai ke kamar tidur saya ikuti. Akhirnya jadilah bini saya, " ungkap Darto Helm yang main dalam film pertama "Buah Bibir". Lalu di susul Mawar Rimba, Putri Duyung, Tuyul, Tuyul Perempuan dll. Juga film Door to door atau Dari Pintu Ke Pintu dengan sutradara BZ Kadaryono. 

Sedangkan sinetron antara lain "Ada Ada Saja" dalam episode Pakde versus Om, main dalam dua episode. 

"Main film, bagi saya yang paling berkesan ketika main dalam film Tuyul dan Tuyul Perempuan, karena pertama kalinya saya main film sebagai pemeran utama dan lokasi sutingnya sebagian di Australia". Kalau melawak Darto biasanya bersama Pak Bagio dan S Diran. Darto mengaku mengagumi Tonny Curtis, Kirk Douglass, Sophia Loren, Elizabeth Tailor, Pat Bone dan Elvis Presley. Punya hobi nyanyi dan nonton film serta main sepakbola. Sehingga tak heran jika pernah melihat foto Darto bersama pelawak lain main bola. 



Saturday, September 6, 2025

GADIS METROPOLIS PRODUKSI KE 55 VIRGO PUTRA FILM

 


Gadis Metropolis di sutradarai oleh Slamet Riyadi , Produser dari Virgo  Putra Film Ferry Anggriawan. Gadis Metropolis mengambil lokasi suting di sekitar Jakarta dengan menelan biaya sekitar Rp. 300 Juta. Pada tahun 1992 PT Virgo Putra Film yang biasanya memproduksi 6 sd 8 film dalam setahun, hanya memproduksi 3 film yaitu Selembut Wajah Anggun, Three In One (3 Dalam 1) dan Gadis Metropolis.

Dalam film Gadis Metropolis, Virgo Pura Film memasang artis pendatang baru untuk mendampingi artis senior. Maksud produser supaya ada alih generasi di dunia keartisan. "Terkadang disiplin artis yang sudah beken suka ngaco. Di calling pukul 8 bisa datang pukul 12. Kenyataan ini sering terjadi, kilah sang produser. 

Untuk peran utama masih di percayakan kepada Sally Marcellina, serta didampingi Baby Zelvia, Piet Pagau, Pitrajaya Burnama, Artis mudanya Febby R Laurence, Inneke Koesherawati, Luthy Tambayong, James Sahertian dan Alex Kembar. Untuk kru dipercayakan kepada Partogi Simatupang (Kamerawan), Herman Suherman (Penata Artistik) dan Slemet Riyadi (sutradara).

Cerita dan Skenario yang di tulis Zara Zettira ZR ini diangkat dari novelnya sendiri. Kisahnya tentang Mitha, Seorang gadis yang hidup di Ibukota. Impiannya ingin menjadi penyanyi yang top. Tapi apa lacur, ketika ia ingin memasuki dunia tarik suara, namun oleh produsernya sendiri, ia di perkosa. Sejak itu Mitha dendam dengan sosok lelaki. 

Dalam keadaan kelimpungan seperti itu, Mitha berkenalan dengan Tante Mirna. Ternyata sang tante dendam pula pada lelaki. Melihat penampilan Mitha yang Seksi, tante Mirna jatuh hati. Keduanya terlibat cinta sejenis. Yan gmenjadi tantangan buat Mitha apakah bisa keluar dari dunia tersebut?

~ada yang nonton film ini di bioskop? yang tentunya lebih panjang dibanding versi VCDnya.

Thursday, September 4, 2025

PROSES SUTING SOERABAIA '45

 


Penginapan yang terletak di jalan Embong Kenongo Surabaya, pagi itu banyak di kerumuni orang, terutama pemuda pemudi Surabaya. Padahal waktu masih pagi betul. Ada puluhan orang sudah berkumpul di sana. Tiba-tiba ada aba-aba yang meminta mereka ngumpul jadi satu. Di teras penginapan itu sudah tersedia beberapa kursi. Kemudian satu persatu pemuda pemuda yang berumur sekitar 20 sampai 25 tahun itu harus melalui testing terlebih dahulu sebelum mereka dinyatakan ikut mendukung film Soerabaia '45 sebagai figuran. 

Ternyata test itu tidak menyangkut masalah akting atau pengetahuan tentang film, tapi tetap ada hubungannya dengan pelepasan baju atau kaos yang mereka kenakan. "Rambutnya harus dipangkas," jelas juru make up yang sudah memegang gunting. Benar juga. Pemuda-pemuda itu memang harus dipotong rambutna. Tentu, supaya sesuai dengan keadaan tahun 1945, " Saya kira ada operasi rambut. Saya tadi nggak berani masuk," sergah seorang kru yang rambutnya sudah sebahu panjangnya. 

Yang cewek-cewek ternyata juga terkena syarat. Mereka harus mengatur rambutnya. Ada yang di kuncir, ada yang di kelabang dan ada yang di kepang dua. Mirip sekali gadis-gadis tahun 45an. Mereka pun terus diboyong ke lokasi suting yang jaraknya cukup jauh dari penginapan para kru film. 

Di kampung Kali Sari, para pemuda-pemudi yang lebih beken disebut Arek Arek Suroboyo, bermunculan. Mereka bergerombol-gerombol, berbaris sambil membawa bendera merah putih, bambu runcing dan meneriakkan kata-kata MERDEKA!. Mereka lalu bergabung. Tapi tiba-tiba sutradara yang sedang menangani (Gatot Kusumo) adegan itu memberi aba-aba "Cut" "Ayo mbak yang itu jangan cengengesan!" teriaknya sambil menunjuk salah satu pemain (figuran) yang saat di sut masih juga ketawa-ketawa. Padahal dialah yang paling dekat dengan kamera. 

Film Soerabaia '45 sudah dimulai sutingnya. Keseluruhan lokasi dilakukan di Surabaya, supaya kesan yang pernah ada dalam sejarah itu bisa divisualisasikan. Tak heran kalau kru film bagian artistik bekerja matimatian menyulap kembali gedung gedung, gang-gang, lorong-lorong, rumah-rumah dan lain-lain sehingga mengesankan waktu peristiwa itu terjadi. 

Soerabaia '45 mengisahkan perjuangan arek-arek Suroboyo merebut kembali kota Surabaya dari tangan penjajah. Film yang penuh dengan peristiwa sejarah ini juga diselipi adegan-adegan fiktif sebagai benang merah penyambung cerita. Bintang bintang pendukung antara lain Ade Irawan, Anneke Putri, S. Bono, Leo Kristi memegang peran sebagai Bung Tomo. 

Seperti film-film sejarah perjuangan yang telah beredar, tak lupa menampakkan tokoh proklamator kita. Film ini bahkan lebih lengkap memunculkan tokoh-tokoh perjuangan seperti Bung Karno Bung Hatta, Bung Tomo dan lain-lain. 

Selain bintang-bintang ibukota, film ini juga didukung oleh anggota Parfi Jawa Timur yang berjumlah sekitar 100 orang, pemuda pemudi dan masyarakat Surabayaberjumlah sekitar 3000 orang untuk adegan perangnya saat Jendral Malaby tewas di Gedung Internatio. Tak hanya itu film yang akan memakan waktu suting 6 sampai dengan 8 bulan ini mendapat dukungan dari Pemda setempat. Juga dari Angkatan Bersenjata wilayah jawa Timur. 

Sekitar 55 Kru Film diterjunkan ke Surabaya. Malah jauh-jauh sebelumnya untuk beberapa pemeran terpaksa dilombakan. Ini penting untuk mendapatkan tokoh-tokoh yang benar-benar mirip dengan tokoh asli yang terlibat dalam peristiwa bersejarah itu. Juga lomba kostum/pakaian yang di pakai para pejuang, tentara Belanda, tentara Jepang ikut dilombakan. 

Tak tanggung-tanggung penanganan film ini menggunakan dua orang sutradara dan empat kamerawan handal. Selain Gatot Kusumo sebagai sutradara juga sutradara spesial film-film akbar dan massal Imam Tantowi, sedangkan bertindak sebagai juru kamera adalah Max Pakasi yang berperan sebagai kamerawan utama yang akan di bantu oleh beberapa kamerawan yang lain. 


Sumber : MF No 100/68/Tahun VI, 28 April - 11 Mei 1990

HIDUP SEMAKIN PANAS, PRODUKSI PERDANA PT. RAVIMAN FILMS


 Pada awal era 1980an pernah berjaja PT. Sukma Jaya Film, sebuah kongsi film yang cukup produktif memproduksi film-film drama. Bahkan pada setiap te.lop filmnya berani pasang moto "Lambang film Bermutu" Untuk menyebutkan beberapa judul filmnya yang terkenal antara lain "Kabut Sutera Ungu" (Sjumandjaya), "Ponirah Terpidana" (Slamet Rahardjo), Di Balik Dinding Kelabu, Permainan Bulan Desember. 

Sayang kemudian terjadi perpecahan antara produser Manu Sukmajaya dengan kompanyonnya, Karsono Lukito. Yang menjadi pasal jelas masalah uang. Meskipun perkara tersebut kemudian di selesaikan, tak urung Sukmajaya Film stop produksi. 

Sesudah bertahun tahun Sukmajaya Film tutup, di akhir tahun 1989 kemudian lahirlah sebuah perusahaan baru yang merupakan reinkarnasi, PT. Raviman Films. Sebagai Produser dipasang nama Hanita Mahtani yang bukan lain daripada puteri kandung Manu sendiri. Dan sebenarnyalah masih tetap Manu yang mengendalikan segala kegiatan perusahaan baru tersebut. 

Sebagai produksi perdana disebut  "Hidup Semakin Panas" yang pembuatannya di percayakan kepada Henky Solaiman."Ini tetap merupakan sebuah film bertema drama, meskipun sarat dengan unsur-unsur action, kriminal dan pengadilan" tegas sang sutradara yang didampingi kamerawan Lukman Hakim Nain. 

Disini untuk pertama kalinya Deddy Mizwar harus berhadapan dengan Deddy Mizwar, dan Nurul Arifin kudu bersaing akting dengan Nurul Arifin juga. "Memang Deddy berperan sebagai saudara kembar, cuma yang satu tersesat jalan sehingga menjadi gembong kriminal, pembunuh bayaran dan penyelundup narkotik, sebaliknya yang lain malah berhasil menjadi Sarjana Hukum dan bertugas sebagai Hakim yang harus mengadili perkara kembarnya sendiri," ungkap Hengky Solaiman. 

Lalu, apakah Nurul Arifin juga bemain sebagai gadis kembar? "Oh tidak dijelaskan kalau Nurul adalah kembar, kemungkinan mereka cuma saudara, tapi memang berwajah sangat mirip, cuma saja berbeda perwatakan".

Dalam sejumlah adegan dua tokoh kembar ini dipertemukan untuk berdialog. "Hebat nggak tuh?" kata Deddy yang yakin dapat kemantapan aktingnya sebagai hakim yang memvonis hukuman mati atas kembarannya. 

Sebenarnya suting sudah cukup lama selesai, cuma prosessingnya baru berjalan sekarang. "Kami bermaksud bikin barang tiga empat film dulu, baru nanti mengedarkannya secara beruntun", promosi Manu. Sudah direncanakan untuk memproduksi " Ratapan Anak Tiri III & IV" "Kuantar Ke Gerbang" dan kelak ada juga lanjutan "Kabut Sutera Ungu".


~sumber : MF 100/68/Tahun VI, 28 April - 11 Mei 1990~

FILM JIPLAKAN ATAU PENGINDONESIAAN?


Jiplakan, gubahan, saduran atau diilhami dari sebuah film adalah sekedar kata lain untuk sejumlah film Indonesia yang ternyata memiliki cerita sama dengan film impor. Memang mau tak mau harus diakui salah satu sumber cerita film Indonesia adalah film impor baik itu barat, Mandarin maupun India. Biasanya Produser yang menonton sebuah film asing yang menarik minatnya, lalu berembuk dengan skenariowan untuk mengIndonesiakannya. 

Dulu ada produser yang khusus mengajak sutradara untuk menonton film-film di luar negeri. Tapi dengan adanya video membuat segalanya jauh lebih gampang. Film yagn sedang di putar di Amerika, dalam dua minggu saja sudah bisa di pastikn videonya beredar disini.

Membalik-balik buku catatan, cukup banyak jumlahnya film Indonesia yang bersumber dari film luar. Bahkan pernah dua film di buat berbarengan, sama-sama menjiplak dari sebuah film Mandarin. Believe It or Not, tapi ini benar-benar terjadi di tahun 1975, sutradara Ishak Iskandar menggarap "Surat Undangan" (dibintangi Christine Hakim, Ratno Timoer, Nano Riantiarno dan Titiek Sandhora), sedangkan BZ Kadaryono mengarahkan "Rahasia Gadis" dengan Jenny Rachman, Fadly, Roy Marten dan Ully Artha, Jebul, keduanya jiplakan dari karya Li Shing , "Behind the Pearly Curtain" yang dibintangi oleh Chen Chen, Charles Chin Shiang Lin dan Tang Lanhua. 

Contoh lain , Bruce Lee menggebrak lewat "The Big Boss", maka Le Son Bok dari Indonesia buru buru membuat "Tendangan Maut" dengan Eddy S Jonathan. Jalan ceritanya tentu saja mirip sekali. 

Film-film Mandarin, baik silat maupun drama merupakan film yang paling banyak ditiru. Kalau mau terus terang maka sebenarnya hampir semua film silat Indonesia adalah versi lain dari film silat mandarin. Tentu saja karena sebenarnya di bumi Nusantara tak dikenal rimba persilatan Kang Auw dengan pendekar-pendekar pedang pengelana seperti di daratan cina tempo dulu. 

Sedangkan film-film melodrama yang bertujuan mengucurkan airmata penonton, secara diluar kepala saja bisa di sebutkan contoh-contoh sebagai berikut , "Hati Selembut Salju" (Jenny Rachman dan Herman Felani) samimawon dengan "Errant Love"nya Li Siu Ling dan Kenny Bee. 

"Kekasih"nya Bobby Sandy yang di bintangi Jenny Rachman, Roy Marten dan Deddy Mizwar, mirip dengan "A Cloud of Romance"nya Lin Ching Shia, Chin Shiang Lin dan Chin Han. Tak Ingin sendiri arahan Ida Farida dengan bintang Meriam Bellina dan Rano Karno sama dengan "Young Smilling Face" yang dimainkan Chen Chen dan Chin Han. 

"Patah Hati seorang Ibu "nya Agus Elias dengan Anna Tairas dan Pong Harjatmo, persis "My Mother" Chen Chen dan Kho Chun Siung.  "Malam Pengantin" arahan Lukman Hakim Nain dibintangi Tanty Yosepha Fadly dan lenny Marlina sama dengan "The Perplexity" (Silvia Chang Ai Chia, Chin Han dan Joan Lin Fung - Chiao). "Bercinta" Richie Ricardo dan Rani Soranya persis dengan "Espirit d'Amour" Alan Tam dan Ni Shu CHin. 

"Ketika Detik-detik CInta Menyentuh"nya Ali Shahab dengan Rano Karno dan Christine Panjaitan adalah "He Never Gives Up"nya Li Hsing dengan pasangan Chin Han-Joan Lin Fung-Chiao. Begitu pula halnya dengan film-film seperti "Busana Dalam Mimpi" "Satu Malam Dua Cinta", "Cinta Annisa", "Mutiara", "Satu Cinta Seribu Dusta", dan banyak lagi lainnya, tak bisa dipungkiri memiliki kesamaan dengan film-film melodrama Mandarin. 

Yang hebat justru beberapa film sejenis bisa lolos dari pengamatan Dewan Juri FFI. Pernah terjadi heboh gara-gara ketahuan bahwa film "Bercanda Dalam Duka"nya Ismail Soebardjo sama dengan film "Homicidenya Shaw Brothers. Padahal "Perempuan dalam Pasungan" juga ada versi Taiwannya "The Tragedy of An Insane Woman". Lalu "Perceraian" Hasmanan yang lolos sebagai film pilihan, ketahuan mirip dengan "A Married Affair"nya Dean Shek. 

Itulah contoh-contoh yang diambil dari film Mandarin. Contoh dari film Indiapun tak kurang banyaknya. Ada "Percintaan", "Rio Anakku" "Dimana Kau Ibu" dan "Rahasia Buronan". Sedangkan dari film Barat adalah "Bila Hati Perempuan Menjerit" ("Lipstick"), "Jangan Biarkan mereka Lapar" ("All Mine To Give"), "Pengantin Remaja" ("Love Story") dan "Pengantin Pantai Biru" ("The Blue Lagoon"). 

Ada yang secara blak-blakan menuliskan sumbernya seperti dilakukan Wahab Abdi "Jangan Kirimi Aku Bunga", dari  "Send Me No Flower", atau Sjumandjaja yang menyebutkan "Si Mamad" dan "Pinangan"  di ilhami cerpennya Anton Chekov, lalu "Laila Majenun" dari "West Side Story". Wim Umboh juga sebenarnya terpengaruh "Seven Samurai"nya Akira Kurosawa ketika menggarap "Sembilan" yang kolosal itu. Atau Teguh Karya ketika membuat "Kawin Lari" adalah pengindonesiaan dari "The Glass Menagerie" dan "November 1828" dari pentas "Montstratt". Sophan Sophian berterus terang "Saat Saat Yang Indah" memang dari novelnya Erich Segal "Man, Woman and Child" film versi Indianya berjudul "Masoom" dikembangkan lagi dengan judul "Ayu dan Ayu" dalam sebuah adegan terlihat Danny Dahlan sedang membaca novel karya Segal itu. 


~sumber : MF 057/25 tahun V, 3-16 September 1988