Thursday, October 4, 2018

BERBURU SUNRISE DI PANTAI SELAKI LAMPUNG

Mengambil Sisi Curve Pantai Selaki

Pohon Galau idaman para landscaper
Nah ini masih dalam rangkaian perjalanan hunting ke Gigi Hiu nih. Setelah sebelumnya hunting foto sunset di pantai Gigi Hiu, untuk kemudian hari kedua sunrise di Dewi Mandapa, hari terakhir kami akhirnya memutuskan untuk berburu sunrise di Pantai Selaki. Kondisi badan masih capek setelah menempuh perjalanan dari Gigi Hiu dan hanya beristirahat sejenak. Paginya sebelum subuh harus berangkat lagi untuk mengejar matahari terbit. Bersama kawan-kawan Lalamper kami meluncur ke lokasi.

Pantai Selaki terletak di Lampung Selatan sekitar 45menit dari Bandar Lampung tempat di mana kami menginap. Sebenarnya pagi itu saya sendiri berasa capek dan tidak ada semangat untuk menjepret pagi itu, terlebih ini adalah pertama kali ke Selaki dan belum tahu point of interest atau pemandangan apa yang akan di potret. Dan sedikit pesimistis karena cuaca juga tidak sedang 'cetar'. Sesampai di lokasi ternyata langit menyemburatkan keindahannya dengan memerah di ufuk timur.

Agak buru-buru untuk mempersiapkan 'senjata' motret, tapi sebelum turun saya terlebih dahulu untuk menunaikan Sholat Subuh di mobil mengingat di sekitar kami berhenti tidak menemukan spot untuk dapat melaksanakan sholat. berbeda dengan di Dewi Mandapa yang terdapat mushola. Selepas subuh bergegas saya mempersiapkan tripod, kamera, filter holder Nisi, dan tentu saja siap siap dengan filter Nisinya jika di perlukan. Seperti sebelumnya saya ceritakan, saya merupakan salah satu pengguna filter Nisi dukungan dari @nisifiltersIndonesia dan @matrixcamera yang masih setia hingga saat ini. So yang pengin tahu lebih lanjut boleh lho nanya nanya tentang filter.
Inilah perahu perahu nelayan yang pagi itu gak bisa diam karena angin

The Landscaper

Pantai selaki ini terdapat dua bagian pantai yang di batasi oleh jalan. Pagi itu pertama kali saya mengambil sisi kiri menghadap sunrise. Namun sayangnya moment itu harus terlewat karena di sisi kiri terdapat banyak sekali perahu kecil nelayan yang tak bisa diam karena angin bertiup kencang sehinga kalau di foto objeknya akan berbayang sementara langit tidak dapat di kompromi semakin beranjak siang. Dengan latar belakang pegunungan yang indah akhirnya saya bergeser ke sisi kanan jalan. Terdapat spot pohon galau yang jadi rebutan.

Penulis menjepret dari sisi agak pinggir mengambil curve sehingga terlihat lebih indah. Dan akhirnya setelah proses jeprat jepret selesai sebelum pulang foto bersama dong bareng rombongan .

Pantai selaki cukup indah untuk di jadikan tempat memburu sunrise di lampung . Ada yang mau kesana?

Sisi lain dari Landscaper adalah selfi ala ala landscaper. Inframe Merdian Sigit yang tercyduk sedang selfi

Skuad Motret pagi itu dari teman2 Lalamper dan dari Jakarta

Monday, September 24, 2018

Dewi Mandapa, Keindahan Pantai yang Instagramable di Lampung





Spot Idaman bagi Landscaper




In Action lah minta tolong teman fotoin hehe
Kali ini saya mau melanjutkan tulisan edisi Lampung yang sebelumnya di tulis di https://totoandromeda.blogspot.com/2018/04/gigi-hiu-surga-eksotis-para-landscaper.html . Setelah sore itu kita sunset di pantai Gigi Hiu perjalanan di lanjutkan kembali pulang menuju Bandar Lampung. Agak sedikit capai di jalan sebenarnya namun karena kala itu kita mengikuti teman-teman di Lalamper akhirnya kita mengikuti jadwal mereka. Sempat kejadian ban bocor di tengah jalan setelah perjalanan sekitar 1 jam dari Gigi hiu hingga akhirnya sampai Bandar Lampung sudah larut malam jelang pagi. Setengah satu baru sampai penginapan. Bergegas menuju kamar masing-masing, mandi tengah malam, istirahat dan paginya jadwal selanjutnya adalah Sunrise di Pantai Dewi Mandapa.

Sesuai kesepakatan pagi kita sudah berkumpul di lobi menunggu jemputan yang agak sedikit terlambat. Sekitar 45 menit dari hotel kita menginap sampailah kita di Pantai Dewi Mandapa, langit pagi itu hanya sedikit memerah namun lumayan untuk diambil. Selanjutnya sesampai di sana saya menyempatkan diri untuk sholat subuh di mushola yang tersedia. Setelah sholat bergegas saya menyiapkan peralatan, tripod, filter dan camera dan menyusul teman-teman lain yang sudah terlebih dahulu memasang tripod. Selanjutnya mengambil posisi masing-masing.

Berbeda dengan pantai lainnya, Dewi Mandapa memang lebih di kenal sebagai pantai dengan menikmati alam di sekitarnya tanpa harus mandi-mandi pada umumnya.  Terdapat jalan menuju ketengah sekitar 1 meter lebarnya. Disini pengunjung dapat menikmati suasana pantai sambil tentu saja selfi atau memotret keindahannya.Untuk mencapai tempat ini, sebenarnya cukup mudah tapi harus berhati-hati karena plangnya kecil. Dewi Mandapa terletak di Kabupaten Pesawaran tepatnya di Desa Gebang Kecamatan Teluk Pandan.

Gak usah lama-lama ya yuk nikmati keindahannya.
Kali ini saya tetap menggunakan filternya merek NISI supporting dari Nisi Filter Indonesia.
Cek fotonya, instagramable bukan? yuk yang belum pernah kesana di jadwalkan.
Sisi Lain

Di Samping pohon Bakau

View dari jauh

menuju daratan

Tiga 'Bujang heeh

Selamat pagi dari Dewi mandapa



Sunday, September 23, 2018

AN EXTRAORDINARY PLACE, YOGA YANG TIDAK BIASA

Ini yang saya maksud, berada di area pemakaman yang cukup lengang, yoga pun dapat dilakukan dimana saja
Judulnya mengundang ya? Yoga yang tidak biasa? an Extraordinary Yoga? terlalu hiperbola ya hehe, tapi gak juga. Extraordinary yang di maksud penulis disini adalah Yoga yang di lakukan secara luar biasa di tempat yang tidak biasa. Apapula itu tempat yang tidak biasa? Ya kali ini bersama salah Instruktur Yoga di Indonesia yang berdomisili di Jakarta  Paramitha Hioe mengunjungi suatu tempat pemakaman di Menteng Atas. Kali ini saya sih tidak akan membahas tentang yoga karena dalam tulisan sebelumnya https://totoandromeda.blogspot.com/2018/04/yoga-dalam-bidikan-kamera.html sudah di bahas apa itu Yoga, kali ini hanya berbagi cerita lewat sebuah lembaran foto.

Tempatnya dimana? Masih di Jakarta dan sengaja dibuat black and white agar kedalaman dalam meresapi sebuah foto dapat di rasakan. Moodnya, tastenya, dan kedalaman spiritual yang dirasakan. Kali ini saya ingin mengajak pembaca untuk jalan-jalan di area pemakaman di Menteng atas dengan background gedung bertingkat tapi dibaliknya terdapat makam dari korban-korban perang yang berasal dari para pendatang, ada kuburan Belanda, Inggris , Pakistan, Australia dan Juga India selain juga Indonesia sendiri di tempat yang terpisah.

Makam ini di kelola dan dirawat secara baik oleh pengelola makam baik rumputnya yang selalu hijau maupun batu batu nisan yang ada disana.
Yuk intip foto-fotonya.

Berada di tengah gedung bertingkat pemakaman ini berada, bersih dan rapi

Pemakaman ini juga di kelilingi oleh Masjid disampaing juga ada gereja, di belakang yang sedang yoga terdapat nama-nama yang sudah meninggal yang disimpan dalam lemari masing-masing setelah di perabukan

Mystic, erotic but not black magic

Sebuah Penghormatan

Area Pekuburan yang tertata rapi

Backgroundnya adalah gereja yang ada di areal pemakaman

Relaksasi

Wednesday, April 25, 2018

GIGI HIU SURGA EKSOTIS PARA LANDSCAPER

Pantai Gigi Hiu
Halo apa kabar ? Sebelumnya saya pernah nulis tentang Pantai Gigi Hiu juga ya di link ini Gigi Hiu Surga Tersembunyi yang di buru Landscaper
Mejeng dulu ah

Nah kali ini saya akan menulis kembali cerita perjalanan ke Gigi Hiu kembali pada tanggal 13-15 April 2018 bersama teman teman dari @lalamper_basecamp, karena sebelumnya saya pernah menuliskan tentang gigi hiu di blog ini. Perjalanan kali ini bersama 10 orang terdiri 9 dari Bekasi dan Jakarta dan 1 orang dari Jogyakarta.  Lalamper artinya Landscape Lampung Photographer

Tepat tanggal 13 April 2018 dinihari, persiapan menuju pool damri menuju Airport terminal 3 Soekarno Hatta karena sudah janjian akan berangkat bersama rekan-rekan lainnya Alwani dan Sigit Merdian. Setengah 4 berangkat dari rumah lumayan ngebut dan hampir ketinggalan Damri karena saya adalah penumpang kedua terakhir sebelum damri berangkat. Sebenarnya menggunakan Damri berikutnya pun bisa namun otomatis tidak sebus bareng rekan lainnya. Selama dalam perjalanan menuju Bandara, kayaknya ada sesuatu yang kurang, dan betul saja ternyata saya ketinggalan Filter ND yang sebelumnya sudah dipisahkan . Rasanya badan lemas untuk kembali lagi jelas tidak mungkin, untung saja masih membawa filter lainnya seperti GND dan reverse dari sebuah merek ternama. Akhirnya terbersit ide untuk meminjam filter ke teman-teman di Lampung. Beres?  ya begitu kira kira.
Foto Bersama dulu
Sebelum prosesi motret foto bersama dengan kaos lalamper

Sampai bandara, cek in counter, sholat Subuh berjamaah untuk kemudian menuju ruang tunggu. Singkat cerita naik pesawat dan sampailah di lampung. Sekitar jam 09.00 WIB teman-teman dari Lalamper datang menjemput. Bersama Lukman, Novren dan kawan-kawan perjalanan di mulai menuju ke Gigi Hiu. Karena hari Jumat maka rombongan singgah untuk makan siang di sebuah warung Padang di daerah Hanura dan di Lanjutkan sholat Jumat . Setelah Sholat Jumat perjalanan di teruskan menuju Gigi Hiu yang terletak di Kelumbayan kabupaten Tanggamus. Untuk menuju ke lokasi, perjalanan kali ini lumayan mendapati jalan-jalan yang mulus dan beraspal hanya di beberapa bagian saja yang jalanannya masih jelek dan rusak.  Perjalanan kali ini ditempuh sekitar 4 jam perjalanan hingga ke spot yang kami tuju yaitu spot bagi Landscaper untuk memotret keindahan alam di Gigi Hiu.

Sebelum sampai ke spot, sekitar setengah hingga satukilometer dari lokasi, singgahlah dulu kerumah Kardi, salah satu personil dari teman-teman @lalamper_basecamp. Perjalanan dilanjutkan menuju spot. Hari masih sekitar setengah 5 waktu setempat, masih agak terang. Dari Lokasi Parkir mobil rombongan di jemput oleh porter yang sudah di persiapkan oleh teman2 Lalamper untuk mendampingi selama memotret.

Gak afdol rasanya kalau jauh-jauh memotret tanpa ada dokumentasi foto bersama, akhirnya jepret, sebelum memulai ritual memotret foto bersama untuk kemudian dilanjutkan motret dengan angle dan ide masing-masing. Tercatat ada 10 orang selain saya, ada Agus, Radix, Andri, Sigit, Alwani, Yuda, Tedy, Deny, dan Jerry serta dari lampung ada Novren, Lukman dll.

Bagaimana keindahan hari pertama? Lumayan cetar. Oh ya cerita mengenai pinjaman Filter ND akhirnya tidak bisa digunakan karena ternyata sulit untuk masuk di slot holder Filter yang saya miliki. Al hasil motret kali ini hanya mengandalkan filter Reverse saja. Bagaimana hasilnya? tidak mengecewakan kok hehe....liat saja hasilnya.
Inframe Andri

Angle lain dari Gigi Hiu

Menghadap arah Matahari

Dokumentasi diri

Spot Idaman

Bocor tempatnya oleh landscaper tapi tetap asik


Selesai motret perjalanan pulang setelah sebelumnya makan malam di rumah Kardi. Selepas Isya rombongan kembali menuju lampung karena kita nginepnya di hotel di tengah kota. Jauh? betuuul banget jauh namun mengingat dan mempertimbangkan banyak hal akhirnya diputuskan nginep di kota. Rombongan mobil yang saya tumpangi kali ini berada paling belakang, ketika berada pada sebuah tempat yang sepi naas ban depan pecah. Qodarullah, sementara rombongan lain sudah di depan, namun Alhamdulillah pas banget ada sinyal , iseng nelpon rekan yang lain untuk meminta bantuan. Ban terpasang kembali sekitar jam 22.00, sudah larut. Dan sampai di hotel sudah sekitar 00.30. Bersih-bersih, mandi berkemas tidur sesaat untuk kemudian melanjutkan sunrise di tempat lain.

Yang mau trip bareng yuk inbox saya

Bersambung..............

Monday, April 16, 2018

YOGA DALAM BIDIKAN KAMERA


Yoga
Di kutip dari Wikipedia, Yoga (Aksara Dewanagari योग) dari bahasa Sanskerta (योग) berarti "penyatuan", yang bermakna "penyatuan dengan alam" atau "penyatuan dengan Sang Pencipta". Yoga merupakan salah satu dari enam ajaran dalam filsafat Hindu, yang menitikberatkan pada aktivitas meditasi atau tapa di mana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca indranya dan tubuhnya secara keseluruhan.

Masyarakat global umumnya mengenal Yoga sebagai aktivitas latihan utamanya asana (postur) bagian dari Hatta Yoga. Yoga juga digunakan sebagai salah satu pengobatan alternatif, biasanya hal ini dilakukan dengan latihan pernapasan, olah tubuh dan meditasi, yang telah dikenal dan dipraktikkan selama lebih dari 5000 tahun.[1][2]
Orang yang melakukan tapa yoga disebut yogis, yogin bagi praktisi pria dan yogini bagi praktisi wanita.

Sastra Hindu yang memuat ajaran Yoga, di antaranya adalah Upaishad, Bhagavad Gita, Yogasutra, Hatta Yoga serta beberapa sastra lainnya.
Klasifikasi ajaran Yoga tertuang dalam Bhagavad Gita, di antaranya adalah Karma Yoga/Marga, Jnana Yoga/Marga, Bakti Yoga/Marga, Raja Yoga/Marga.

Menurut wikipedia, Sejarah Yoga adalah sebagai berikut :

Ajaran Yoga dibangun oleh Maharsi Patanjali, dan merupakan ajaran yang sangat populer di kalangan umat Hindu. Ajaran yoga merupakan ilmu yang bersifat praktis dari ajaran Veda. Yoga berakar dari kata Yuj yang berarti berhubungan, yaitu bertemunya roh individu (atman/purusa) dengan roh universal (Paramatman/Mahapurusa). Maharsi Patanjali mengartikan yoga sebagai Cittavrttinirodha yaitu penghentian gerak pikiran.
Sastra Yogasutra yang ditulis oleh Maharsi Patanjali, yang terbagi atas empat bagian dan secara keseluruhan mengandung 194 sutra. Bagian pertama disebut: Samadhipada, sedangkan bagian kedua disebut: Sadhanapada, bagian ketiga disebut: Vibhutipada, dan yang terakhir disebut: Kailvalyapada.

Lebih jauh sebenarnya saya tidak ingin membahas tentang makna Yoga, namun lebih dari pengalaman hidup, mengenal salah satu instruksur Yoga , Paramitha Hioe dari Hioe Management, Yang sudah malang melintang menjadi instruktur Yoga. Beberapa kali di libatkan dalam kegiatan Yoga yang ia dalami membuat mengenal apa arti dan kegunaan Yoga. Namun kali ini pun lebih pada sebuah jepretan saja, karena kalau praktisi dan tentang Yoga pembaca dapat menghubunginya di FB dari Paramitha Hioe di @mimith Jegeg sedangkan Instagramnya pun dapat di jumpai di @mimith_jegeg.

Beberapa kali terlibat dalam kegiatan Yoga, berikut sebagaian yang terangkum dalam bingkai kamera : 
Yoga again

Bisa dimana Saja

Menjadi instruktur di Yoga Festival 2018

in action

Instruktur Yoga

Pembekalan untuk Abnon 2018 kota adm Jakarta Timur

Peserta larut dalam Yoga

Dimanapun Yoga dapat dilakukan

Relaksasi

In action

Bersama Abnon Buku Jakarta Selatan

Menjadi Instruktur bagi Abnon Buku Jakarta Selatan

Friday, November 25, 2016

GIGI HIU, SURGA TERSEMBUNYI YANG DI BURU FOTOGRAFER LANDSCAPE

Penampakan Gigi Hiu

Gigi Hiu dari Sudut lain

Gigi Hiu yang Ikonik
Pernah dengar pantai Gigi hiu yang kini lagi hits? Ya, Pantai Gigi Hiu yang terletak di Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus - Lampung ini memang kian tersohor seiring dengan perburuan yang di lakukan oleh pecinta fotografi Lenskep. Secara tidak langsung para pecinta fotografi mengenal pantai Gigi Hiu dari mulut kemulut dan ingin memilikinya untuk mengunjungi. Rasa penasaran tentu saja untuk dapat mencapai tempat tersebut dan mengabadikan momen-momen indah. Melalui salah satu media sosial Instagram, pantai Gigi Hiu kerapkali di upload oleh instagrammer sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi yang belum memilikinya untuk dapat memperoleh foto tersebut dengan mengunjunginya.

Sekilas kalau bercerita tentang pantai ini, tentu tak seindah yang di bayangkan, karena untuk mencapai tempat tersebut di perlukan ekstra tenaga hingga mencapai lokasi. Seperti halnya saya, mencapai pantai tersebut tidaklah mudah. Rasa penasaran yang menjalar karena setelah melihat account instagram yang mengupload foto-foto gigi hiu tentu saja membuat rasa penasaran untuk dapat segera mengunjunginya. Berselancar mengenai daerah tujuan Gigi Hiu maupun mencari informasi untuk dapat mencapai tempat tersebut. Beruntungnya saya akhirnya berkesempatan untuk dapat pergi ke gigi hiu dengan di bantu oleh sahabat-sahabat dari Lalamper (Landscape Lampung Photolover).

Perjalanan di mulai dari Bandara Udara Radin Inten II Lampung untuk kemudian di pandu oleh mereka untuk meneruskan perjalanan hingga ke titik kumpul dengan mereka. Dengan menaiki Bus Damri yang hanya berpenumpang 4 orang dalam bis, hingga ke terminal akhir Damri dan di jemput oleh teman-teman Lalamper . Ya perjalanan kali ini adalah perjalanan dengan menggunakan kendaraan roda dua sekaligus ngecamp di lokasi. Hingga sampai tujuan akhir Damri, merekapun telah siap dengan motornya untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan dengan berboncengan. Menempuh perjalanan sekitar 4 Jam dari titik temu dan hanya berhenti sekali di teluk kiluan. Bagaimana dengan kondisi jalanan? waduh jangan di tanya ya, kondisi jalanan sangat jelek dengan infrastruktur yang memang seadanya. Dari Lampung hingga Kiluan jalanan relatif bagus walau banyak juga yang berlubang-lubang sih. Yang tidak nyaman adalah adanya peminta sumbangan hampir setiap setengah kilomete sekali cukup membuat tidak nyaman apalagi ada yang sampai memberhentikan kendaraan kami karena harus kasih sumbangan walau seikhlasnya sih tapi tetap saja tidak nyaman.

Dari teluk kiluan perjalan di mulai hingga lokasi yang di tuju. Medan yang kami tempuh sangat sulit boleh dibilang , sebagian besar jalanan yang kami lalui seperti sungai, ada air mengalirnya lubang disana sini, dan tentu saja tidak semua bisa di lalui dengan naik moto terus karena beberapa kali terpaksa harus turun baik karena jalanan yang nanjak dan bertanah maupun karena licin dan lumpur yang mblusuk. Jangan di tanya kalau badan pada pegal semua. Namun setelah melalui medan yang cukup sulit akhirnya kami yang saat itu berangkat ber 6 pun sampai di lokasi tujuan, namun sebelum ke lokasi kami mampir di rumah penduduk untuk sekedar makan siang. Sebelum ke Gigi Hiu perjalanan kami mampir dulu ke Batu Naga. Perjalana ke Batu Naga akan saya ceritakan di tulisan berikutnya.

Singkat cerita, setelah melalui rintangan dan berjalan kaki cukup jauh karena jalanan yang nanjak dan curam di tambah setelah hujan seharian maka jalanan sudah seperti kali yang ada aliran airnya dan berbatu tak beraturan sampailah kami ke Pantai Gigi Hiu. Wow, inilah pemandangan Gigi Hiu yang selama ini hanya ada dalam foto yang saya lihat dan kini terdapat pemandangan tersebut di depan mata. Indah dengan gugusan batu yang menjulang tinggi dan ombak tinggi yang terus berdeburan.  Spot buruan bagi para fotografer lenskep yang untuk mencapai tempat ini harus melalui perjuangan yang melelahkan. Malam ini kita ngecamp di depan batu layar Gigi Hiu, spot yang di cari oleh fotografer. Mendirikan tenda dengan sharing tidur buat berdua satu tenda, dengan alas batu-batuan yang tak beraturan, jangan di tanya deh badan sakit semua kala tidur.
Gigi Hiu dari balik tenda


Gigi Hiu yang indah

Gigi Hiu yang cantik

Belum selesai mendirikan tenda, saya penasaran untuk naik ke batu ciri khas yang menjadi spot para landscaper mengambil gambar. Cuaca cerah dan berharap cemas semoga sunset kali ini mendapatkan awan yang cuku bagus. Mengambil gambar seperti yang ada dalam foto-foto di instagram, hingga magrib tiba dan matahari pun menghilang. Namun sayangnya apa yang di harapkan tidak juga muncul. Awannya tidak seperti yang di harapkan.  Namun inilah nasib fotografer Lenskep , kadang sering juga tidak beruntung dengan  apa yang diharapkan namun setidaknya dapat foto di lokasi tersebut. Berharap sunset ini dapat tergantikan saat sunrise. Kali ini dengan kamera Fuji dengan didukung oleh Filter NiSi, saya mengandalkan filter ND 6 stop dan GND 0,9 hard. Hasilnya seperti yang terdapat dalam foto. Memang kalau terdapat objek batu sebaiknya filter GND yang digunakan menggunakan yang soft, namun dengan mengandalkan 0,9 hardpun jadi.

Rencana malamnya berharap mikyway di lokasi tersebut namun apa daya hujan pun juga turun semalaman, hingga akhirnya kami tidur dalam guyuran hujan dan suara ombak yang dekat sekali. Pagi tiba hujan pun reda namun sayangnya mendung tak juga beranjak hingga akhirnya sunrise kali inipun gagal. Sayangnya malam telah berakhir dan harus segera packing untuk kembali ke Lampung dan melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Secara keseluruhan hasil yang kami dapatkan belum memuaskan dan berencana untuk mengulanngya kembali meski dengan risiko yang sudah kami bayangkan.

Ada yang mau join kesana lagi? yuk kunjungi instagram saya juga yaa di @totoandromeda