Tuesday, September 23, 2025

AYUNI SUKARMAN, Ingin Jadi Penerbang


AYUNI Sukarman Ingin Jadi Penerbang

Cempluk adalah perannya yang pertama dalam film "Suromenggolo" Entah karena apa tiba-tiba sutradara mempercayakan peran itu kepada gadis imut-imut yang saat itu masih duduk di bangku kelas 3 SMP Negeri IV Jakarta. Kedatangannya yang pertama dalam dunia film, ia langsung kebagian peran pembantu utama. 

Ayu Sukarman nama gadis yang cukup berbakat telah dipilih oleh Sutradara Dasri Yacob. Cewek kece yang satu ini ibarat bunga adalah melati di pagi hari atau bunga sedap malam dikala malam. Bunga yang baru mekar ini sangat murah senyum pada siapa saja. keramahannya ini tidak ada kaitannya dengan promosi wisata Visit Indonesia Year 91, tapi memang sudah dari sononya. 

Itulah sebabnya ia sangat di sayang oleh para pendukung film Suromenggolo yagn rata-rata usia mereka jauh diatasnya. Dan jangan coba-coba ganggu meskipun ia masih santa hijau, tapi ia berkawan akrab dengan bintang-bintang silat kita yang berbadan kuat seperti Benny G Rahardja, Johny Sitepu, Yongkie dan lain-lain. 

Ayuni paling suka ngunyah coklan dan meluncur dengan sepatu roda. Anak Sukarman ini mengaku tidak pernah merasa takut di tengah-tengah kawan mainnya di filmnya yang perdana ini, meski baru kenal meski rata-rata tampang mereka itu seram, tapi tidak menyeramkan bagi Ayuni yang masih polos, yang pernah jadi Ratu Top Jean (Lipstik) ini. 

Mula-mula ia sama sekali tidak pernah tertarik dengan film. Nontonpun hampir tidak pernah, karena gedung bioskop jarang memutar film anak-anak. Maka ia lebih suka nongkrong depan televisi. Namun ketika Yuni begitu panggilan akrabnya mulai suka nonton Film Nasional, mulailah timbul hasrat untuk ikut main film. Ketika ia bertemu dengan Camelia Malik tantenya, disitulah Yuni diajak main film "Suromenggolo" padahal sejak kecil ingin jadi penerbang, karena orang tua Yuni sering memberi oleh-oleh mainan pesawat tempur. 


~sumber MF

RIO SANG JUARA, DARI TUKANG PARKIR KE TINJU


 RIO SANG JUARA, Dari Tukang Parkir ke TINJU

Sejak tiba di Ibukota, Rio berusaha kerja apa saja sebisanya. Termasuk jadi tukang parkir liar yang mengandalkan tinju untuk melabrak prokem pemeras. Sampai jadi sopir taksi serep. Disinilah ia berkenalan dengan Lia, gadis bingung yang bergadang semalaman di Ancol. 

Gara-gara mempertahankan mobil dari pembajak, taksi diminta kembali oleh pemiliknya. Rio nekad masuk ke sasana tinju Om Eddy yang pernah melihatnya. Mulailah ia digembleng jadi petinju. Rupanya inilah jalan hidup yang harus ditempuhnya. Sukses sebagai petinju yang memenangkan pertandingan demi pertandingan. Pertemuan kembali dengan Lia menyeretnya kehidupan cinta bebas. Padahal ada playboy Tony yang sudah lama mengincar Lia. Tukang-tukang pukul di kerahkan Tony untuk menghajar Rio. 

Merasa diri paling jago adalah kesombongan yang harus dihindari oleh setiap petinju. Tapi Rio malah mengabaikan program latihan Om Eddy. Akibatnya fatal! ia dirobohkan Joseph. Disusul bunuh dirinya Lia yang terlanjur hamil. Dilanda keputusasaan Rio pulang kampung. Menemuikekasih lama, Sinta yang setia. Sementara itu, Joseph gugur dihajar tinju maut Park Il Sung dari Korea. 

Berkat dorongan Sinta, Rio berlatih lagi di bawah bimbingan Om Eddy. Tibalah saatnya untuk menantang si buas Park. Pertarungan 15 ronde habis-habisan. Boleh dipuji koreografernya berhasil menyuguhkan "Rocky" versi Indonesia. 

Dibandingkan dengan film Barat seperti "Rocky", Raging Bull, (Robert De Niro), Kid Gallahad" (Elvisd Presley), The Champion (Kirk Dougles) dan Split Decision (Gene Harckman), film kita sangat jarang mengungkapkan kisah tentang petinju. "Opera Jakarta" karya Sjumandjaya yang menampilkan Ray Sahetapi sebagai petinju merupakan salah satu film yang mengangkat petinju meski kecil. 

Dan akhirnya Rio Sang Juara dengan sutradara Muchlis Raya mengangkat skenarionya Djasman Djakiman. Tokoh utama di perankan oleh Willy Dozan yang lebih dikenal sebagai bintang kungfu. Memang ia sudah berusaha keras menghidupkan perannya.

Dua bintang wanita sebagai pasangannya adalah Sophia Latjuba dan Ayu Azhari. Saingan asmaranya adalah Hengky Tornando. Sedangkan di dalam ring, Willy harus menghadapi Joseph Hungan dan Tanaka. 

Ikut mendukung Chitra Dewi sebagai ibu Rio, WD Mochtar sebagai Om Eddy, Syamsul Anwar Harahap sebagai komentantor pertandingan dan penampilan Chaidir Rachman sebagai Bos Promotor. 



Monday, September 22, 2025

PENDEKAR MATA SATU, DIBINTANGI BINARAGA MALAYSIA


PENDEKAR MATA SATU DIBINTANGI BINARAGA MALAYSIA,

Bintang Malaysia yang bertubuh kekar ala Arnold Schwarzenegger meramaikan film laga nasional. Adalah Malek Noor, main film memang baru untuk pertama kalinya. Namun di negerinya Malaysia, ia sudah kesohor sebagai binaragawan yang menjuarai pesta sukan (olahraga).

Bukan cuma Noor sebagai pemeran utama prianya, juga pemeran utama wanita dipilih dari tanah seberang , yakni Ziela Jalil yang pernah di pasangkan dengan Barry Prima dalam Tarzan Raja Rimba. Sedangkan pendukung-pendukung lain diantaranya adalah Sutrisno Wijaya, Zaitun Sulaeman, dan Anto Chaniago. 

Merupakan produksi PT. Kanta Indah Film dengan Cipta Tuan Bhd ini diarahkan oleh SA Karim, dibatu kamerawan Djarot Bintoro, dan Editor Janis Badar. Keseluruhan suting berlokasi di Malaysia. 

INTI CERITA

Inti ceritanya adalah perebutan sepasang pusaka yang di kenal dengan nama Sabuk Badak dan Conde Mas. Rarenggong yang memiliki Conde Mas ingin merebut Sabuk Badak dari tangan seperguruannya, Wabonang, yang sedang sakit keras. Berpura-pura mengantarkan obat, ia sebenarnya meracuni Wabonang. Kematian Wabonang oleh Rarenggong disaksikan oleh anak tunggal Wabonang yang bernama Guladra. Bocah ini diburu anak buah Rarenggong dan dibuang ke jurang. 

Guladra tidak mati, cuma cacad sebelah matanya. Ia diselamatkan oleh Datuk Kambas. Berdua dengan si Boncel yang jenaka, Guladra mewarisi ilmu silat si Datuk Tua.

Rarenggong yang telah menguasai ilmu kebal malang melintang dalam rimba persilatan. Tapi ia masih terus berlatih ilmu Jari Maut dengan cara merendam jarinya dalam air menddih di baskom berisi Conde Mas. Yang melayani latihan Rarenggong adalah gadis buta Laksmi. 

Guladra dan Boncel turun gunung. Mulai bentrok dengan anak buah Rarenggong. Bertemu sepasang pendekar tua. Aki Praji dan Mak Rowi. Bersama-sama menyatroni markas Rarenggong. Laksmi yang bersimpati pada Guladra, menelan Conde Mas. Akibatnya Rarenggong kebingungan kehilangan pusaka. Kesempatan ini digunakan sebaik-baiknya oleh Guladra untuk menantang duel Rarenggong. Dan film ini pun berlanjut di judul kedua yaitu Pendekar Mata Satu lawan Sabuk Badak. 


#filmindonesia #pendekarmatasatu 

MAKELAR KODOK, PENGANGGURAN DAN GADIS MANJA


MAKELAR KODOK, PENGANGGURAN & GADIS MANJA,

Musim film komedi yang sedang in, dan Kadir Doyok merupakan salah satu pasangan yang sedang in di era 90an. Kalau dalam film-film sebelumnya mereka cuma di pasang sebagai pemeran pembantu, sekarang untuk pertama kalinya langsung jadi pemeran utama. Tingkah-tingkah mereka didukung oleh Paramitha Rusady, Ully Artha, Mang Udel, Ida Kusumah, Rudy Salam dan Pak Tile. 

Norman Benny, editor peraih Citra yang sekarang meningkat karirnya menjadi sutradara, punya ide untuk melahirkan adegan-adegan kocak. Kendati ada adegan yang dicomot dalam film-film barat seperti misalnya "The Untouchables" atau Crocodile Dundee", tapi harus diakui Benny masih harus berlatih ketrampilan lagi untuk lebih menghidupkan adegan filmnya. Sebagai contoh, adegan kereta bayi yang meluncur lepas, bisa lebih tegang dan meyakinkan lagi kalau sang ibu jatuh tertimpa tangga hingga terjepit tak bisa meraih kereta bayinya. 

KODOK BUDUK

Kadir dan Doyok keliling kota mencoba jadi tukang ledeng. Dasar Doyok, ledeng yang diservis malah rusak dan nyemprot kesana kemari. Di uber penduduk mereka terpisah. Kadir luntang lantung ketemu Fifi yang minggat dari rumah karena menolak dmkawinkan dengan Sutomo. 

Istri Doyok, Bibi salah paham, dikira kadir sudah memperistri Fifi. Tingkah manja Fifi yang memang berasal dari keluarga gedongan sangat mengesalkan Bibi. 

Kadir mencari pekerjaan sebisanya. Apes terus. Sampai dapat iham untuk menjual kodok ke restoran. Dungunya, bukan kodok ijo yang ditangkap, melainkan kodok buduk. Karuan saja ketika kodok-kodok itu berloncatan menimbulkan kepanikan, tapi cerita tentang kodok memang cuma sekedar selingan belaka. karena kemudian Kadir nekad melamar Fifi pada orangtuanya. 

Ketika orang tua Fifi berkeras menunangkan puteri mereka dengan Sutomo, Kadir menjadi tersinggung. Dengan menyelinap bis turis, Ia meninggalkan gedung orang tua Fifi. Saking cintanya , Fifi mengajak Gugun mengejar Kadir. Di kaki Monas, semuanya bertemu dan bersukaria. 

#makelarkodok #kadir #doyok #paramitharusady 

Sunday, September 21, 2025

SENGSARA "MEMBAWA NIKMAT"


SENGSARA "MEMBAWA NIKMAT" setidaknya begitu ya. Mengangkat cerita dari sebuah novel menjadi tontonan ke layar kaca cukup beresiko karena ceritanya sudah terlanjur dikenal masyarakat. Tentu masyrakat sudah punya imej dan opini sendiri. Kalau merasa tidak terwakili apa yang ada dalam benak tentu akan memprotes atau mencaci. Apalagi kalau cerita itu ada kaitannya dengan waktu atau sejarah. Sekalipun cerita itu cerita fiksi belaka. 

Bisa tidak mengundang protes jika cerita yang sudah ngetop di garap dengan konsep "dikinikan" atau di kacaukan sekalian. Dimana cerita asli tersebut di tempatkan sebagai sumber inspirasi. Lebih akan "diam" jika digarap dengan bagus. Baik pengambilan gambar maupun pengadeganan. Namun, masih tidak menutup kemungkinan reaksi yang bakal muncul. 

Bagaimana sinetron "Sengsara Membawa Nikmat" (SMN) karya Sutan Sati? Cerita yang diangkat dari Novel sastra bersejarah dalam kesusastraan Indonesia ini skenario ditulis oleh Asrul Sani. Agus Widjoyono sebagai sutradara yang menangani Sengsara Membawa Nikmat ini lebih hati-hati. Tidak disebut sembrono atau gegabah karena sembarangan dalam menafsirkan skenario, "Saya harus ekstra hati-hati, untuk itu saya juga banyak dibantu oleh orang-orang minang, " ujar Agus. 

Semula Pihak Pemda berjanji akan menyediakan konsultan, tapi entah kenapa tiba-tiba rencana itu dibatalkan, hingga saya kerepotan mencari penggantinya. Akhirnya saya minta bantuan langsung pada pemuka-pemuka adat, seperti ketua balai kerapatan, tentu saja ini tidak resmi, tapi secara pribadi saya perlu ketemu mereka. Sebab dalam kehidupan seperti yagn sekarang, adat istiadat seperti dulu itu sudah sulit dijumpai. 

Dalam penggarapannya Agus memakai setting sekitar tahun 1928 SMN memang tidak menyebut angka sejarah yang pasti dan ini cukup menolong bagi Agus, karena tidak ada beban sejarah yang harus di visualkan, tahun dimana naskah itu ditulis oleh pengarangnya. 

"Barangkali saya memang lain dengan Siti Noerbaja saya berusaha mendekatkan diri pada cerita aslinya. Seperti kita ketahui disana masing-masing daerah punya adat yang berbeda sehingga saya perlukan konsultan, saya harus mencari kembali foto-foto tempo dulu dan membongkar-bongkar kembali arsip Nasional. Dan kesulitan-kesulitan lain yang pernah saya hadapi disaat suting, mencari rumah yang sesuai itu susah, karena rumah-rumah di daerah Padang sudah banyak yang berubah. Kadang masih ada juga, tapi sekitar rumah itu atmosfernya sudah berbau masa kini, " urai Agus. 

"Dengan tidak muluk-muluk, semoga film ini bisa dinikmati dan saya berharap akan mendapatkan banyak input dan kritikan-kritikan yang ada. Sengsara Membawa Nikmat ditayangkan tiap Sabtu pukul 20.00 mulai 19 Oktober 1991 di TVRI.


~Sumber MF

Saturday, September 20, 2025

SUTING BABAD TANAH LELUHUR, RAHASIA BUKIT TENGKORAK


CIPANAS, Pelabuhan Ratu tidak sesepi biasanya. Tempat rekreasi air panas yang kurang tergarap Pemda ini menjadi semarak tatkala kru film bertebaran kerja dimana mana. Di lembah dekat pemandian air panas dari ketinggian, set-set dibangun seperti perkampungan di masa Prabu Siliwangi berjaya. Tiga bangunan induk sebuah pendopo dan sebuah bangunan semacam gudang. Unik dan terisolir, tak akrab dengan masa sekarang. 

Antara bangunan induk dan pendopo, persis di depannya membujur dua rangkaian kandang kuda. Dua orang penjaga kuda sejak pagi telah memacu kuda-kuda untuk pemanasan, di tengah tanah yang lowong. Kuda-kuda itu tidak sembarangan. Khusus dibwa dari Jakarta. Enam kuda peranakan Australia, empat kuda dalam negeri dari Sumbawa. Untuk biaya pengadaan kuda-kuda ini perharinya menelan biaya tiga juga setengah. Instruktur untuk laga dan kerabat kerja yang diimpor dari Hongkong 'rebahan-rebahan' di pendopo, sambil bernyanyi kecil membawakan lagu kurang akrab ditelinga pribumi. Kru lain itak ikut berleha-leha. Semua menekuni tugas masing-masing. Sementara itu penata rias sejak muncul di lokasi suting dari tempatnya menginap di Pelabuhan Ratu, 15 km dari lokasi suting sejak pagi telah melukis wajah-wajah dan mendandani artis yang akan suting. 

Melihat Suting "Babad Tanah leluhur" produksi Pt. Kanta Indah Film tidak seperti suting film kebanyakan. Kalem, tidak buru-buru, namun pasti. Utuk film ini tidak ada batas waku yang ditentukan. Kecuali harus menghasilkan karya yang maksimal dari kru terlibat. Ini target tak terucapkan. Bagi sutradara M. Abnar Romli film garapannya ini merupakan film terlonggar dalam biaya. Segala akan diperlukan produser cepat mengantisipasinya. Dia leluasa untuk berkarya menampilkan yang terbaik dari film-film laga yang pernah ada. 

Alhasil, Abnar Romli tidak sesantai biasanya. Keningnya acap berkerut. Terkadang terlalu tegas mengambil keputusan. Meski begitu batinnya ciut menghadapi tantangan. 

"Beban saya sungguh berat, film kolosal pertama merupakan tantangan yang harus saya pikul, " katanya . Film yang diangkat dari sandiwara radio karya Tizar Sponsen ini ditargetkan SEDAHSYAT "Saur Sepuhnya" Imam Tantowi. Dan kenyataan ini Abnar Romli tidak bisa mengelak. Fasilitas boleh di bilang pas-pasan. Biaya setnya menghabiskan dana empat puluh juga rupiah, dengan tenaga kru tetap sebanyak enam puluh orang ditambah karyawan setempat sebagai tenaga honor harian. Persiapan set dilakukan tiga bulan sebelum suting berjalan. Ratusan figuran terlibat, ribuanpasang pakaian model baheula di persiapkan, senjata dan ribuan busur dan anak panah. Semuanya menghabiskan dana kurang lebih 500 juta. 

Latar Belakang budaya Babad Tanah Leluhur sedikit agak rancu. Ini karna tanpa riset yang mendalam. Dari nama-nama tokoh yang ada terasa asing di telinga Jawa maupun di telinga Sunda. Boleh jadi sang pencipta cerita hanya bermain-main dengan imajinasinya ketika membuat cerita untuk Sandiwara Radio. Sehingga sang produser kurang berani untuk mempermak cerita, untuk mengambil garis budaya Sunda atau Jawa sebagai latar belakang. Agaknya, Abnar berada di dua kutub budaya Jawa dan Sunda. Tapi penonton juga tak mempersoalkan soal budaya, baginya enak ditonton dan sesuai dengan imajinasinya lewat suara di sandiwara radio. Justeru itulah gunanya instruktur laga dari Hongkong. Konon kabarnya mereka bisa memberikan tawaran untuk adegan laga sesempurna mungkin seperti film "Tutur Tinular"nya Nurhadi Irawan. 

Kita banyak belajar dari instruktur Hongkong, Keahlian mereka bisa kita terapkan disini kalau kru lain bilang 'kita juga bisa berbuat' tetapi nyatanya lain. Seperti mempergunakan sling mereka jauh lebih kreatif, " ujarnya. 

Cerita filmnya sendiri tidak terlalu istimewa. Hanya soal balas dendam, seperti cerita silat kebanyakan. Hanya saja Abnar Romli mencoba menggulirkan karya yang terbaik dengan bermain trik-trik dan kepopuleran cerita ini di radio. Walau terkadang, kuda kuda maupun jurus-jurus yang ditampilkan impor punya, bukan silat tradisional. Boleh jadi film ini akan bergaya Hong Kong berbaju Indonesia. 

Film ini dibintangi oleh Anneke Putri sebagai Roro Angken, Lamting Sebagai Saka Palwaguna, Rudi Wahab sebagai Mamangku Raya, Fitria Anwar sebagai Anting Wulan, WD Mochtar, Budi Swarskrone, Benny Burnama, Otniel Andi Herman dan Nelson Sondah. 


Sumber : MF


#babadtanahleluhur

#filmindonesia #filmsilat  


Friday, September 19, 2025

SI KABAYAN SABA METROPOLITAN, MEMBELA BUKIT WARISAN


SI KABAYAN SABA METROPOLITAN, MEMBELA BUKIT WARISAN

Seri ke 4 Si kabayan yang merupakan produksi PT. Kharisma Jabar Film bersama Pemda Tingkat I Propinsi Jawa Barat. Diawali "Si Kabayan Saba Kota", disusul kemudian "Si Kabayan dan Gadis Kota" dengan Paramitha Rusady sebagai Nyi Iteung, kemudian "Si Kabayan dan Anak Jin" dengan Nike Ardilla sebagai Nyi Iteung, rata rata kesemuanya menangguk sukses yang menggembirakan. 

Penyutradaraan pernah beralih dari tangan H. Maman Firmansyah ke rekannya Henky Solaiman, pada jilid ke tiga. Dan pada seri ke empat di pegang kembali oleh Maman. Tokoh si Kabayan tetap diperankan oleh Didi Petet dan di seri ke empat ini kembali Nyi Iteung diperankan oleh Nike Ardilla seperti pada seri ketiga. 

Alur cerita keempat film Kabayan , meski cerita dan skenarionya tetap di tulis oleh Eddy D Iskandar, memang tak di buat berurutan. Terlihat pada hubungan antara Kabayan dan Nyi Iteung. Film yang pertama di tutup dengan pesta perkawinan mereka yang merekah. Lalu dalam film kedua, Nyi Iteung sebagai Isteri Kabayan, ngambek hingga minggat ke kota. 

Tapi, pada seri yang ke tiga balik ke masa kabayan masih berpacaran dengan Nyi Iteung. Bahkan Abah sempat mengirimkan Nyi Iteung bersekolah ke pesantren di ogya. Kini dalam seri yang ke empat, juga Kabayan dan Nyi Iteung diceritakan masih dalam tahap pacaran. 

Tokoh Abah tetap diperankan oleh aktor kawakan Rachmat Hidayat yang menampilkan akting paten. Mimiknya terasa begitu pas, misalnya dalam adegan merindukan penyanyi dangdut yang pernah memberinya potret. Diimpikannya si penyanyi membagi-bagikan potret kepada para penggemarnya sudah merupakan kebiasaan. 

Dibandingkan tiga film terdahulu disini si Kabayan bertemu imbangannya , tokoh bernama Ben yang di perankan  komedian betawi, H. Benyamin S. Penampilan ben dengan logat Betawinya, diiringi oleh Yoseano yang brdialek medok Madura. 

Didukung oleh Ayu Lestari, Ida Kusumah, Mercy Marsita, dan Lina Budiarti sebagai cewek perayu di hotel. 

Bagaimanapun juga film keempat ini menjanjikan mutu lebih dibanding film-film sebelumnya. Ditambah jadwal edarnya bertepatan event Hari Raya Idul Fitri, khususnya Bandung dan Jawa Barat.

BENDO SAKTI

Inti cerita merupakan sindiran kerakusan orang kota dalam melahap tanah di daerah untuk membangun Vila. Begitulah, datang ke bukit sunyi di pinggir desa Sukaemut Ben dan konconya, Yus. Mereka langsung ingin memborong bukit yang diwarisi kabayan dari nenek moyangnya. 

Kebetulan separuh bukit memang milik Abah. Nampaknya Abah yang sok moderen ini , contohnya punya kulkas tapi digunakan untuk menyimpan pakaian, memang mata duitan, hingga langsung saja setuju. Tak demikian halnya dengan Kabayan yang mentah-mentah menolak. "Tanah ini kan milik Alloh!", ujarnya berkeras. 

Kekerasan Kabayan di dukung oleh jin yang menghuni bukit itu setelah digusur dari Ancol Jin menghadiahkan bendo (blangkon dalam bahasa jawa) sakti. Kalau bendo di pegang dengan tangan kiri, pemegangnnya bisa raib tak tampak mata. 

Abah dan Nyi Iteung dibawa ke Jakarta oleh Ben. Maksudnya untuk mempertemukan dengan kakanya, Ny. Hartawan, yang ingin membeli bukit seluah tujuh hektar itu. Mau tak mau Kabayan menyusul. Dalam kereta api sempat berkenalan dengan Karlina, yang ternyata puteri keluarga Hartawan. 

Keluguan Kabayan menibulkan situasi-situasi lucu. Misalnya saja, menyeberang jalan seenaknya, hingga di panggil polisi dan dihukum push up. Eh malah kabayan minta inap di sel tahanan Kantor Polisi. 

Demi melihat Kabayan bersama Karina Nyi Iteung kontan mewek, Abah memaki-maki "Si borokokok"! tapi kabayan malah memergoki Abah di peluk cewek genit di hotel. Bagaimanapun juga Kabayan akhirnya mengalah ketika Abah mengancam akan memutuskan hubungannya dengan Nyi Iteung. 

Namun menjelang penandatanganan akte jual beli tanah didepan notaris Kabayan kembali merasa keberatan. Abah kebingungan mendengar keresahan calon menantunya ini. Berbarengan dengan terbongkarnya kekorupan Ben yang bersekongkol dengan kakaknya untuk mengeruk uang ayah Karina. 


#sikabayansabametropolitan

#didipetet

#nikeardilla

PACAR KETINGGALAN KERETA, FILM TERBAIK FFI 1989


PACAR KETINGGALAN KERETA, FILM TERBAIK FFI 1989

Produksi : NV PERFINI

Pemeran utama Wanita : Tuti Indra Malaon

Pemeran utama Pria  : Rachmat Hidayat

Pemeran Pembantu Wanita : Niniek L Karim, Ayu Azhari, Nurul Arifin, 

Pemeran Pembantu Pria : Alex Komang, Didi Petet, Iwen Darmansyah

Penata Suara : Iwan Mauritz

Penata Musik : Idris Sardi

Penata Fotografi : Herman Susilo

Penata Artistik : Adji Mamat Borneo

Penyunting Gambar : Karsono Hadi

Penulis Cerita Asli : Arswendo Atmowiloto

Penulis Skenario : Teguh Karya, Arswendo Atmowiloto

Sutradara : Teguh Karya

Produser : Irwan Usmar Ismail


Cerita : 

Ibu PADMO (Tuti Indra Malaon) sangat cemburu pada sekretaris suaminya, RETNO (Niniek L Karim), seorang janda muda. Mula-mula Pak Padmo (Rachmat Hidayat) menganggap kecemburuan itu biasa dan kurang memperdulikannya. Hal itu mempengaruhi persahabatan anak-anak mereka. HERU (Onky Alexander) dan RIRI (Ayu Azhari) dengan ARSAL (Iwen Darmansyah), putera tante RETNO dan tidak sulit diterka bahwa sumbernya adalah karena sikap cemburu istrinya pada Tante RETNO. 

Pangkal mulanya adalah pada waktu Bu PADMO tidak menyetujui hubungan HERU dengan IPAH (Nurul Arifin) yang menurut anggapannya tidak cocok menjadi pacar puteranya. Tapi waktu ARSAL akrab dengan IPAH karena punya perasaan senasib, HERU cs salah faham sehingga terjadi perkelahian  besar dengan ARSAL cs yang tadinya sahabat mereka. 

Beruntung masih ada MARTUBI (Alex Komang), supir keluarga yang setiap kali menjadi korban karena berusaha membela pada apa yang benar meskipun penuh dengan persoalan pada dirinya terutama dalam menghadapi KANG SAMINGUN (Didi Petet) yang datang dari kampung hendak merampas calon isterinya JUMINTEN (Nani Vidia), Pembantu rumah Tante RETNO.  

Catatan Khusus : 

Pada Festival Film Indonesia tahun 1989 diunggulkan untuk : Film terbaik, Pemeran Utama Wanita Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, 3 (tiga) Pemeran Pembantu Wanita Terbaik, Sutradara Terbaik, Penata Artistik Terbaik, Penulis Skenario Terbaik, Penyunting Terbaik, Penata Fotografi Terbaik, Penata Musik Terbaik, dan Penata Suara Terbaik. 

Pemenang 8 Piala Citra untuk : 

1. Film Terbaik

2. Sutradara Terbaik (Teguh Karya)

3. Pemeran Utama Wanita Terbaik (Tuti Indra Malaon)

4. Pemeran Utama Pria Terbaik (Rachmat Hidayat)

5. Pemeran Pembantu Wanita Terbaik (Niniek L Karim)

6. Penata Artistik Terbaik (Adji Mamad Borneo)

7. Penyunting Gambar Terbaik (Karsono Hadi)

8. Penata Suara Terbaik (Iwan Mauritz)