Wednesday, December 28, 2022

SAUR SEPUH, SATRIA MADANGKARA BAGIAN 5





Sambungan dari Bagian ke 4

Tumenggung Adiguna yang muda dan gagah memimpin rombongan sembilan orang berkuda yang memacu kuda mereka dengan pesatnya. Tak lama kemudian mereka telah tiba di perbatasan antara negeri Pamotan dan Majapahit. Di perbatasan itu nampak tanda berupa tapal batas yang terbuat dari batu bata. Di sampingnya terletak batu besar dengan ukiran bertulis yang menyatakan daerah itu merupakan tapal batas antara kedua negeri. 

Cuma ada jalan setapak yang menuju ke daerah Pamotan sebab jalur ini bukan merupakan jalan utama. Tapi pinggiran hutan yang masih cukup lebat dan angker itu terlihat beberapa ekor kuda di tambat sedang makan rumput. Di Tempat itu terlihat Tumenggng Bayan sedang istirahat di bawah pohon. Tiba-tiba seorang anak buahnya berlari-lari menghampirinya. 

Tumenggung Bayan duduk sambil menguap. Dia memasang kembali pedang yang di apakai sebagai pengganjal leher tadi ke pinggangnya. Dengan sigap dia mendengarkan laporan bawahannya. 

"Orang mana?" tanyanya dengan tegas.
"Kurang jelas den, Tapi jelas mereka bukan orang Majapahit!"

Tumenggung Bayan segera bangkit. 
Rombongan tumenggung Adiguna memasuki daerah perbatasan. Tubuh mereka berkeringat dan penuh debu. Rombongan itu di paksa berhenti karena tiba tiba dari semak-semak dan balik poohon besar muncul kira-kira lima puluh orang Pamotan dengan sorot mata yang tidak bersahabat. 

"Kami utusan dari Madangkara, mau ke Pamotan membawa surat Baginda Prabu Brama buat paduka Bre Wirabumi!" seru Tumenggung Adiguna dengan Lantang. 


Tumenggung Bayan menyeruak diantara anak buahnya. Sikapnya lebih tidak bersahabat lagi. Bentakannya membuat Tumenggung Adiguna tersinggung. 

"Turun!" Siapapun yang memasuki wilayah Kedaton Timur harus di geledah!"

Tumenggung Adiguna terpaksa turun dari kudanya. Demikian juga dengan anak buahnya. Tumenggung Bayan mendekati Tumenggung Adiguna. 

"Kamu Pemimpinnya?" Mana surat itu!

"Surat ini untuk rajamu! Kamu tidak berhak memeriksa", sahut Tumenggung Adiguna. 

"Tidak usah macam macam, surat itu aku yang mengantar! sebab sementara kalian harus di periksa dulu, siapa tahu kalian mata-mata Majapahit, atau sekutu Majapahit!" Tumenggung Bayan berkeras 

Tumenggung Adiguna tidak bersedia di perlakukan seperti itu. 

"Tumenggung Adiguna pantang di hina! Rajaku menyuruh aku mengantar surat ini dengan tanganku sendiri!"

Dengan gerak kepalanya Tumenggung Bayan memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menyerang.

"Paksa!", serunya dengan suara keras.



Perkelahianpun terjadi keadaanya sangat tidak seimbang, nyaris satu melawan lima. Tapi Tumenggung Adiguna adalah orang yang sangat ahli menggunakan pedangnya. Berpuluh kali dia terjun ke medan perang mendampingi rajanya. Maka dalam waktu singkat dia berhasil menewaskan prajurit penjaga dari Pamotan. 

Tapi Tumenggung Bayan juga buan orang sembarangan. Dia benar-benar orang kepercayaan Pamotandan pernah mengikuti pendidikan militer singkat dari perwira perwira utusan Kaisar Yang La. 

Perkelahian terjadi dengan serunya sampai akirnya kedua Tumenggung itu berhadap-hadapan satu sama lain. Keduanya sama-sama sakti dan sama-sama memiliki ilmu berkelahi yang sangat tinggi. Bedanya Tumenggung Bayan memiliki ilmu kedigdayaan. 

Setelah bertarung dengan ilmu keprajuritan, ternyata Tumenggung Adiguna cukup mahir maka Tumenggung Bayan yang jumawa mulai mengelurakan ajian Cadas Ngampar. Sebuah ajian dengan akibat yang sangat fatal kalau sampai mengenai sasaran karena hasil pukulan itu bisa menghancurkan bukit karang sekalipun. 

Tumenggung Bayang melompat mundur beberapa tindak kemudian menempelkan tangan kanannya dengan telapak kiri dalam gerakan yang sangat bertenaga di lontarkannya pukulan ke arah Tumenggung Adiguna yang secara naluriah mengerti akan bahaya pukulan tersebut. Dia segera melompat dan pukulan Cadas Ngampar itu menghancurkan tonggak tapal batas yang berdiri kokoh dari batu bata. 


Tumenggung Adiguna makin hati-hati sementara Tumenggung Bayan makin gencar dengan serangannya. Beberapa pohon tumbang ole pukulan itu karena batangnya hancur. Tumenggung Bayan seperti orang kesurupan. Gerakan-gerakan Tumenggung Adiguna yang lincah berlompatan seperti tupai segera menjadi pemikiran Tumenggung Bayan untuk memberikan pancingan. Sementara itu perkelahian antara anak buah makin tidak seimbang. Orang-orang Madangkara di babat habis, tinggal dua orang lagi yang masih bertahan. 

Ketika itu Tumenggung Bayan memancing seolah-olah dia menyerang lagi dengan ilmunya. Tumenggung Adiguna melompat seperti tupai dan baru ketika itulah Bayan melepas Cadas Ngamparnya sehingga tubuh yang melayang itu meledak, hancur berkeping-keping. Salah seorang anak buah Adiguna yang seungguhnya sudah terluka parah melihat kejadian itu. Dia segera bergulingan menyambar tas terbuat dari kulit yang ikut melayang kemudian dengan gesit melompat ke atas kudanya yang segera di pacu dengan cepat.

Beberapa orang anak buah Tumenggung Bayan hendak mengejar tapi di cegah oleh Tumenggung yang sakti tapi sombong itu.

"Tidak usah! Dia akan mati kehabisan darah! Kuburkan para korban dengan baik, bagaimanapun mereka pahlawan dari negerinya!", perintahnya segera. 

Malam hari di Kaputren Pamotan nampak seorang wanita setengah baya sedang duduk merenung di dekat lampu minyak yang menerangi ruangan itu. Dia adalah ibu angkat Bre Wirabumi yang bernama Rajasaduhitunggadewi. Bre Wirabumi duduk menunggu di dampingi isterinya yang bertubuh gemuk. 

"Tekadmu sudah bulat nak?", tanya Tunggadewi
"Kenapa ibu tanya lagi?".

"Karena tekad itu akan menentukan sebuah perang saudara yang pasti akan menghancurkan trah Narraya Sanggramawijaya. Dendam akan mengalir pada detak-detak jantung para keturunan gugur", Tunggadewi memberi nasehat kepada Bre Wirabumi. 

"Terpaksa hamba lakukan kanjeng ibu, sebab ini masalah hak. Hak yang di berikan secara keliru oleh ayahanda gusti Prabu Hayam Wuruk kepada Wikramawardana", Bre Wirabumi menyahut. 

Ibu angkat Wirabumi hanya menggelengkan kepalanya. Separuh wajahnya yang  sendu tertimpa sinar cahaya lampu. Air matanya menitik perlahan. 

"Ini cuma masalah hawa nafsu. Kamu terpengaruh oleh cita-cita kakekmu Sriwijaya Rajasa sang Apanji Waning Hyun, yang ingin melepaskan diri dari bayangan kekuasaan menantunya sendiri, ayahmu. Itulah sebabnya sang Apanji ayahku mengangkat kamu sebagai anakku untuk meneruskan keinginannya melepaskan diri dari Majapahit,"

Bre Wirabumi terdiam. Rajasaduhitunggadewi bangkit menuju ke jendela dimana di kejauhan terlihat rumah-rumah bangunan istana Pamotan yang telah gelap. 

"Sialnya kemarin aku mimpi buruk sekali",

"Tentang Apa?" tanya Bre Wirabumi

Wajah setengah tua itu berusaha untuk bisa menahan perasaan yang sebenarnya sedang menghancurkan kalbunya. 

"Singgasana Pamotan berlumur darah...."

Bre Wirabumi kaget tapi dia berusaha menenangkan sikapnya. 

"Ibu.... mimpi itu bukan untuk hamba. Banyak negeri yang mendukung Pamotan. Bre Tumapel pun berada di belakang hamba. Dan seperti ibu ketahui Kaisar Yung La dari negeri Cina telah memberikan stempel emas pada hamba. Mereka semua akan berdiri di belakang Pamotan. Percayalah mimpi itu bukan untuk hamba!"

Wajah ibu setengah baya itu kian mendung. Di elusnya rambut Bre Wirabumi. 

"Ibu tidak menghalang-halangi iatmu. Cuma cemas, sebab dalam mata hati ibu perang itu sudah terjadi. Perang yang akan mengguncangkan seluruh bumi Nusantara. Perang Paregreg!.

BERSAMBUNG KE BAGIAN 6...............................


Monday, December 12, 2022

SAUR SEPUH SATRIA MADANGKARA BAGIAN 4

 

Tumenggung Adiguna melawan Pasukan Tumenggung Bayan

LANJUTAN DARI BAGIAN 3.............

Beberapa orang prajurit dengan pakaian kerajaan Pamotan tampak siap di samping kuda masing-masing. Mereka kurang lebih sepuluh orang. Sementara itu seekor kuda yang kelihatan lebih besar dan gagah di bandingkan yang lainnya masih kosong. Beberapa orang murid padepokan ilmu silat Bukit Kalam menunggu dengan duduk-duduk di teritisan bangunan pendopo padepokan yang cukup sederhana. Dari dalam rumah padepokan muncul seorang tumenggung yang di kenal dengan nama tumenggung Bayan, Orang kuat dalam pamotan. 

Ia diiringi seorang wanita cantik dengan tubuh sintal dan bentuk bibir yang selalu menantang. Sementara itu sorot matanya selalu kelihatan mengajak dan nakal. Wanita itu bernama Lasmini guru dari padepokan silat tersebut. 

Kali ini kelihatan Lasmini tengah merajuk sementara tumenggung Bayan berusaha menentramkan hati pacarnya atau simpanannya mengingat ia sendiri sudah menikah. 

"Kalau tidak ada tugas pasti aku menginap Lasmini, Keadaan semakin gawat, semua tentara di siagakan  di semua gerbang Pamotan dengan Majapahit". Tumenggung Bayan menjelaskan. 

"Hamba takut kakang Bayan punya perempuan lain. Saya tahu gadis-gadis Pamotan jauh lebih cantik dari gadis Pajajaran seperti saya", Lasmini kembali merajuk. 

"Selain istriku yang sah cuma ada kamu. Besok kakang kemari lagi", Tumenggung Bayan berusaha meyakinkan.

"Menginap?", tanya Lasmini manja sekali. 

"Pasti".

Tumenggung Bayan menaiki kudanya kemudian pergi bersama rombongannya. Malam mulai gelap. Obor Obor menerangi halaman padepokan dengan sinarnya yang meriap-riap di terpa angin. 

Lasmini tersenyum nakal sambil memandang ke kejauhan. 


BERSAMBUNG... KE BAGIAN 5

Monday, December 5, 2022

SAUR SEPUH, SATRIA MADANGKARA BAGIAN 3

 

Mantili dan Patih Gotawa terlibat perkelahian

............LANJUTAN dari Bagian 2

Bangunan-bangunan di komplek istana Madangkara ini hampir menyamai bentuknya dengan keraton di Majapahit dan Pajajaran. Hanya bentuknya lebih kecil dan tidak terlampau mewah. Dua orang penjaga gerbang dalam pakaian keprajuritan Madangkara dengan sikap tegak bersenjatakan tombak, mengawasi beberapa orang yang sedang berjualan di bawah sebatang pohon yang rindang dekat pintu gerbang.

Di balai penghadapan Keraton Madangkara, Sang Prabu Brama Kumbara kelihatan sedang bercengkerama dengan adiknya, Dewi Mantili serta Patih Gutawa yang merupakan suami adiknya dan Harnum permaisurinya. 

Sementara itu beberapa dayang emban dengan penuh pengabdian duduk bersila pada lantai bawah. Empat orang prajurit penjaga keraton berdiri tegak di samping-samping ruang yang berbentuk pendopo agung itu. Sang Prabu duduk di atas singgasana dari kayu berukir indah dengan bantalan kain yang dirajut dengan benang-benang emas sementara mahkota yang dikenakannya tidak terlalu rumit namun indah dan mahal.

"Untuk sementara kamu saya bebaskan dari tugas-tugas kenegaraan dinda patih, gunakan waktu itu untuk bersenang-senang dengan istrimu", Seru Brama Kumbara.

Patih Gotawa senyum menunduk. Sementara Dewi Mantili yang agak tersipu berusaha untuk menutupi perasaanya. Harnum tersenyum melihat keadaan seperti itu. Patih Gotawa dan Mantili adalah sepasang pengantin baru 

"Kami merencanakan mau ke kampung Jamparing kakang Brama, kangen sama Raden Bentar dan kakang Dewi Pramitha", sela Patih Gotawa. 

"Apa cocok untuk pengantin baru?", tanya Brama Kumbara

Patih Gotawa cepat menyahut : "Itu kemauan dinda Mantili gusti Prabu!".

"Mestinya kamu tidak boleh selalu memaksakan kehendak, Mantili.Sekarang kamu adalah seorang istri, bukan lagi Dewi Mantili si Pedang setan yang selalu bertindak seenaknya. Ada orang lain yang jadi pemimpinmu, suamimu!", Brama Kumbara berkata dengan penuh wibawa.

Mantili cuma tersenyum simpul sementara Harnum yang duduk mendampingi sang Prabu juga ikut tersenyum. Kemudian Harnum ikut Bicara : 

"Sebenarnya saya juga  ingin ke Jamparing kakang Prabu, sudah hampir tiga bulan kita belum kesana. Mungkin Nanda Bentar juga sudah kangen sama kakang Prabu, Dinda Paramita mestinya juga begitu."

Brama Kumbara menoleh kepada istrinya sambil tersenyum. 

"Memang akan lebih bijaksana kalau isteri-isteriku berkumpul disini. Kalau saja aku tidak memikirkan pendidikan Bentar, Paramita kuharuskan tinggal di sini. Gotawa....suruh tumenggung Ajisanta menghadap. Dia yang akan mewakili selama kita pergi."

"Baik Gusti Prabu."

Dari luar terlihat Senopati Ringkin masuk dan duduk memberi hormat. 

"Ada apa Senopati", Tanya Brama Kumbara.

"Maaf Gusti Prabu, kami menangkap delapan orang dari Majapahit dan Pamotan yang bertikai di perbatasan Madangkara. Mereka mau menghaturkan surat dari raja mereka masing-masin", Senopati Ringkin segera melaporkan apa yang telah terjadi.

Brama Kumbara agak kurang mengerti mendengar laporan Ringkin yang aneh. Kedatangan utusan dari negara besar seperti Majapahit ke Madangkara benar benar suatu kehormatan. Tapi utusan dari Pamotan yang setau beliau adalah negeri bawahan Majapahit benar-benar mengherankan. 

"Hadapkan pimpinan mereka satu-satu!, serunya segera

"Daulat Gusti!".

Tumenggung Bayan dan Satria Madangkara

Utusan dari Majapahit yang tiga orang memisahkan diri dari lima orang pamotan dimana diantara mereka yang terluka akibat perkelahian. Kedua belah pihak kelihatan saling membenci. Beberapa orang prajurit Madangkara mengawasi mereka. Senopati Ringkin mendatangi kelompok utusan tersebut lalu membawa mereka satu persatu menghadap Brama Kumbara. 

Mantili dan Patih Gotawa menoleh ke arah kedatangan utusan dari Pamotan. Brama Kumbara dengan tenang menyuruh panglima Rowi untuk menyampaikan maksudnya. Panglima Rowi duduk dengan hormat dan mengeluarkan surat yang diserahkan pada Brama Kumbara. 

"Ada pesan dari rajamu?", tanya Brama Kumbara.

"Daulat Gusti, hamba di utus untuk menyampaikan ini!".

Sang Prabu membaca surat itu. Mukanya menjadi keruh. Agak sulit baginya utuk menentukan jawaban. 

"Kamu boleh pulang, saya akan mengutus orang untuk menyampaikan suratku pada Bre Wirabumi!".

"Terima Kasih Gusti, hamba mohon pamit!"; sahut Panglima Rowi sambil mohon diri.

Brama mengangguk arif, Panglima Rowi segera meninggalkan tempat. Mantili benar-benar ingin tahu apa isi surat itu. Segera ia bertanya pada Brama Kumbara.

"Kalau Boleh tahu, apa isi surat itu Kakang Prabu?',

"Sulit untuk menentukan pilihan, Bre Wirabumi meminta dukungan untuk melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit", sahut Brama Kumbara.

"Memberontak?", tanya Mantili tak mengerti. 

"Akhirnya akan kesana, sebab tidak mungkin Majapahit akan membiarkan negeri bawahannya berdiri sendiri dan ini akan menjadi malapetaka bagi kerajaan besar itu. 

"Mungkn karena Bre Wirabumi merasa berhak menguasai tahta daripada Wikrama Wardhana", sela Harnum. 

"Saya kurang mengerti, tapi seorang raja agung seperti gusti Dyah Hayam Wuruk tidak mungkin bertindak tanpa pikiran yang matang. Mungkin beliau beranggapan bahwa menantunya justru lebih cerdas dan jujur untuk memimpin sebuah negeri yang maha luas kekuasanya daripada putra lelakinya yang kebetulan lahir dari seorang selir", Brama kumbara mengemukakan pendapatnya.

Tumenggung Bayan dan para pasukannya

Tak lama kemudian utusan dari Majapahit datang dan duduk bersembah. Brama Kumbara menyambutnya dengan senyuman yang bijak. 

"Hamba Hulubalang Ludaka, menghaturkan surat Baginda Prabu Wikramawardhana  yang agung!", seru Hulubalang Ludaka sambil mengingsut mendekati tahta Prabu Brama Kumbara. 

Brama Menerima surat itu dan membukanya. Surat itu di buat dari daun lontar yang ditulis dengan indah.

"Selain ke Madangkara, kemana lagi kamu akan pergi?", tanya Brama Kumbara. 

"Menghubungi semua kerajaan sahabat Majapahit, Hamba akan ke Pajajaran, ke Sumedang Larang, Gunung Singguruh dan ke Malayapati", sahut Hulubalang Ludaka.

Prabu Brama Kumbara Mengangguk.

"Ke negeri-negeri itu utusan dari Pamotanpun akan datang. Kamu boleh meneruskan perjalanan, aku akan mengirim utusan khusus ke Majapahit secepatnya".

"Terima kasih Gusti Prabu, hamba mohon pamit!".

Hulubalang Ludaka bangkit dan meninggalkan tempat. Brama kumbara melirik patih Gotawa.

"Gotawa, Panggil tumenggung Adiguna, dia akan kuutus membawa suratku untuk Pre Pamotan dan Baginda Wikramawardana!".

"Daulat Gusti Prabut!".


BERSAMBUNG KE BAGIAN 4------------------------------------------------



Wednesday, November 30, 2022

SAUR SEPUH, SATRIA MADANGKARA BAGIAN 2



 ..........Sambungan dari Bagian 1


Sebuah tugu yang terbuat dari batu bata dengan bentuk seperti lingga dengan gaya pasundan terlihat menjulang pada dataran di areal pegunungan. Di kejauhan terlihat lima orang penunggang kuda dengan sigap mengendarai kuda tunggangan tercepat pada jaman itu. Mereka berhenti tepat dimana terdapat pertigaan jalan. 

Salah seorang diantara mereka adalah Hulubalang Robi, pemimpin dari lima orang itu. Menilik dari pakaiannya mereka adalah prajurit Pamotan (Kedaton Timur).

"Kita sudah sampai di Madangkara, ini tugu perbatasannya!," seru hulubalang Rowi kepada bawahannya. 

Hulubalang yang berbadan tegap dengan kumis melintang itu menyipitkan matanya melihat ke kejauhan. Dan sayup-sayup terlihat sekelompok bangunan yang merupakan sebuah kota yang tidak terlalu besar namun juga tidak kecil. Bangunan-bangunan rumah dan tembok keliling kerajaan serta gerbangnya terlihat cukup megah. Sementara kelima orang Pamotan itu masih belum beranjak, terdengar suara derap kuda dari arah lain. Mereka lalu menoleh. 

Tiga orang penunggang kuda kelihatan terburu-buru kenuju ke arah mereka. Para penunggang kuda itu sedikit terkejut melihat  adanya lima orang di atas kuda berdiri di hadapan mereka. Dan yang lebih membuat mereka terkejut adalah orang-orang itu mereka kenal sebagai orang Pamotan. Dan ketiga penunggang kuda itu adalah utusan dari Majapahit. Mereka segera menghentikan kudanya. 

Penunggang-penunggang kuda dari Majapahit itu mengerutkan dahi. Salah seoangdari mereka yang bernama hulubang Ludika menjadi geram. 

"Oang-orang Pamotan, mereka pasti utusan Bre Wirabumi untuk mencari dukungan dari kerajaan-krajaan did aerah Kulon!," Seru hulubalng Ludika kepada bawahannya. Lalu dengan kepala yang pasti hulubalang yang tidak kalah gagahnya dengan hluubalang Rowi menyuruh kedua kawannya untuk mengikutinya.  Ketiga ekor kuda itu segera melaju menghampiri ke lima orang Pamotan.

Hulubalang Rowi maklum apa yang akan terjadi. Perlahan-lahan tangannya bergerak membetulkan letak kerisnya. Dengan gaya yang meyakinkan ketiga Penunggang kuda dari Majapahit itu menghentikan kuda mereka. Kaki kuda yang mereka tunggangi melunjak dengan ganas. Dengan tenang Hulubalang Rowi memandangi orang Majapahit itu.

"Mau apa kalian?," tanyanya

"Menghantikan tugas kalian. Serahkan surat-surat itu padaku!," sahut Hulubalang Ludika.

Hulubalang Rowi menatap tajam ke arah Hulubalang Ludika dan kawan-kawannya lalu berkata : 

"Kamu tidak ada hak untuk menghalangi tugas kami, Minggir!,"

Hulubalang Rowi segera menjalankan kudanya. Dengan terpaksa ia menghindar dari halangan ketiga orang Majapahit itu. Tapi tiba-tiba Hulubalang Ludika menyerang dengan tendangan kaki. Tapi denan sigap Rowi menangkis dengan lengannya. Perkelahian terjadi. Mereka slaing melompat dari atas kuda. Dari cara mereka berkelahi nampak jelas bahwa utusan ini adalah orang-orang pilihan di negeri mereka masing-masing. 

Ditengah perkelahian yang terjadi dengan seru, muncul pasukan tentara Madangkara yang di pimpin oleh Senopati Ringkin yang dengan gagah di atas kudanya di dampingi olehbeberapa orang berkuda lainnya. Dibelakang mereka nampak puluhan prajurit berlari-laridengan tombak di tangan. 

Mereka yang sedang berkelahi sedikit terpecahperhatiannya. Senopati Ringkin berteriak keras dari atas kudanya. 

"Hentikan!,".

Tapi perkelahian itu masih saja terjadi. Mereka yang berkelahi nampak tidak mengacuhkan perintah itu. Senopati Ringkin berseru lagi.\:

"Kalian akan kami serang kalau tidak mau berhenti. Ini daerah Madangkara!".

Orang-orang Majapahit dan Pamotan menghentikan perkelahian mereka ketika pasukan bertombak berkeliling mengepung. 

"Kalian kami tahan!", perintah Senopati Ringkin dengan Tegas.


BERSAMBUNG KE BAGIAN 3.................................................


SAUR SEPUH, SATRIA MADANGKARA BAGIAN 1


Kali ini saya akan menulis cerita dari Film Saur Sepuh Satria Madangkara .

Sumber tulisan : Majalah Ria Film Nomor 744 yang saat ini majalah tersebut sudah tidak terbit lagi.

Saur Sepuh Satria Madangkara dibintangi oleh : 

Fendy Pradhana sebagai Brama Kumbara, Hengky Tornando sebagai Patih Gotawa, Elly Ermawatie sebagai Mantili, Anneke Putri sebagai Harnum, Murtisaridewi sebagai Lasmini dan lainya.

Produksi PT Kanta Indah Film bekerjasama dengan PT Kalbe Farma

Penulis cerita Niki Kosasih , Skenario/Sutradara : Imam Tantowi

Penyunting gambar Yanis Badar, Instruktur Fighting :Robert Santoso

Bagian 1 :

Sang Prabu Wikramawardana berjalan melintas beberapa orang bawahannya termasuk Patih Gajah Lembana, Prabu Stri dan beberapa lagi Narapati Kerajaan Majapahit lainnya. Kelihatannya ada sesuatu yang sangat penting.  Sang Prabu dengan muka kusut duduk diatas singgasana. Sementara itu penerangan ruangan yang berasal dari lampu minyak berbentuk ukiran burung dari perunggu cukup membuat suasana menjadi murung.

Dengan suaranya yang penuh wibawa, Prabu Wikramawardana berkata : 

"Jelas Wirabumi mau melepaskan dari dari kekuasaan Majapahit, Rupanya dia mau mewujudkan cita-cita sang panji Waning Hyun yang belum terlaksana sampai beliau wafat."

"Ampun gusti Prabu, Kalau Kaisar Yung Lo tidak mau memberikan pengakuan pada Bre Wirabumi, tidak mungkit Pamotan berani melakukan tindakan gegabah itu. Hal yang sama pernah di lakukan oleh Kaisar Hung Wu yang merestui Kebebasan negeri SwarnaBhumi dari Kekuasaan Majapahit." seru Patih Gajah Lembana dengan suara yang lantang.

"Alasan Lain adalah karena Wirabhumi Putra Ramanda Hayam Wuruk, dia merasa paling berhak daripada aku yang hanya seorang menantu. Meskipun seharusnya dia memahami bahwa isteriku adalah putri permaisuri, sedang dia terlahir dari seorang selir", Pangerang Wikramawardhana melanjutkan ucapannya.

Suasana menjadi lengang, Narapati Raden Gajah beberapa kali mau mencoba ikut bicara namun ia selalu ragu. Akhirnya dia beranikan juga setelah Prabu memberikan kesempatan untuk bicara.

"Apa lagi yang akan kalian laporkan? Kamu? Narapati Raden Gajah?"Seru Pangeran Wikramawardhana.

Narapati menganggukkan kepala sambil bersembah. 

"Dari mata-mata, yang hamba kirim ke Pamotan , melaporkan bahwa Pamotan sedang mempersiapkan angkatan perangnya secara sunguh-sungguh", Narapati Radeng Gajah menyampaikan Laporannya.

Memang pada kenyataanya ratusan tentara Pamotan  sedang melakukan latihan besar-besaran. Mereka mempergunakan kuda dan duaekor gajah membentuk formasi penyerangan dalam bentuk supit urang seperti yang pernah dilakukan oleh Gajah Mada. Di samping itu ratusan tentara bersenjata tombak berlari-lari di belakangnya. 

Diatas panggung kelihatan Bre Wirabhumi dan para pembesar negeri Pamotan menyaksikan dengan gembira. Diantaranya terlihat beberapa puluh orang dengan seragam tentara Cina. 

Perang Pamotan dan Majapahit

Raden Gajah melanjutkan laporannya. 

"Utusan Kaisar Yung Lo juga terlihat di sana, Mungkin mereka membawa cap kerajaan yang terbuat dari perak berlapis emas sebagai pengakuan dari kaisar.

Tentara Pamotan dengan membawa tameng dan tombak bergerak dengan tegap. Kemudian secara tiba-tiba mereka berjongkok. Ketika itulah pasukan panah melepaskan anak panahnya. Lalu secara bersamaan pula pasukan tombak kembali berdiri dan berlari menyerang ke arah depan. 

Bre Wirabumi gembira bukan main, Para pembesar kerajaan bertepuk tangan, begitu pula utusan Kaisar Yung Lo.

Pasukan berkuda juga memamerkan keahlian-keahliannya berlari cepat dengan prajurit yang menungganginya membabatkan pedang ke arah tonggak-tonggak yang di ibaratkan sebagai musuh. 

Sementara pasukan pembawa bendera dan Pataka Kerajaan Pamotan baik yang di atas kuda maupun yang berjalan bersorak sorai dalam iringan genderang perang.

Siang harinya di Balai perjamuan kerajaan Pamotan, Bre Wirabumi menjamu tamunya. Ia meneguk minuman dari gelas peraknya sementara para narapati dan pejabat h negeri tetangga akan kuberitahu!," seru Bre Wirabumi dengan jumawa, Tamu-tamuna serentak bertepuk tangan. 

Apa Yang di ucapkan Bre Wirabumi bukanlah sekedar isapyang lain ikut meneguk cawan-cawan peraknya termasuk utusan Kaisar Yung Lo. 

"Saatnya sudah dekat Wirabumi menguasai Majapahit! Seluruan jempol belaka, Negeri itu nampaknya sungguh-sunggu sedang bersiap-siap untuk berperang. Para ahli dan pandai besi sibuk membuat berbagai senjata perang. 

Seorang pandai besi yang sudah tua nampak sedang mengamati mata tombak yang masih membara. Para pembantunya yang masih muda bekerja memompa an. gin menjaga tungku tungku agar menyala.

"Perang hanya akan menyengsarakan. Mematikan perdagangan dan memiskinkan rakyat baik yang menang maupun yang kalan!," seru Empu pandai besi itu sambil menghela napas.

Salah seorang pembantunya menyahut : "Kalau romo tidak bikin senjata, orang kan malas perang mo? Mau perang pakai apa? Wong senjatanya ndak ada?"

Sang Empu tua hanya melirik sekilas. Dalam hati ia membenarkan kata-kata anak muda itu.

------------------------BERSAMBUNG KE BAGIAN 2



Cat. Sumber tulisan Majalah Ria No. 744

Monday, October 31, 2022

LEGENDA SINETRON TUTUR TINULAR 1997

Arya Kamandanu

Selain serial sandiwara radio Saur Sepuh yang diangkat ke Layar kaca, sandiwara Radio Tutur Tinular setelah diangkat ke Layar lebar juga beranjak turun ke Layar Kaca dengan di buatkan versi Sinetronnya. Tutur Tinular diangkat ke layar televisi sebagai sinetron seri dengan penggarapan yang 'kolosal'. 



Kata Kolosal seringkali terlontar di perbincangan-perbincangan di media sosial namun mengacu kata kolosal sebagai konteks kalimatnya adalah sebagai sebuah film silat/laga. Kadang orang bilang , "sekarang sudah nggak ada yang bikin film kolosal" tapi kalau ditelusuri ternyata yang di maksud kolosal menurut orang tersebut adalah film silat. Sedikit pengetahuan tentang kata "kolosal" ya. Biar nggak salah kaprah dalam pemakaian.  Mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti dari kata kolosal adalah dibuat  dan sebagainya secara besar-besaran (luar biasa besar).  Biasanya melibatkan orang yang banyak. Jadi bukan dalam artian film kolosal sama dengan  film silat hehe. Karena film Perang pun semisal Kereta Api terakhir yang melibatkan 15.000 pemain atau Pengkhianatan G 30 S PKI juga salah dua dari film kolosal. Jadi Kolosal tidak melulu film silat lho ya meski ada yang di buat secara kolosal seperti Saur Sepuh 1 dan 2 sehingga ketika menggunakan kata ini tidak salah kaprah. 

VCD Tutur Tinular

Seri Favorit Tutur Tinular series

Iklan Tayangan Sinetron

Kembali ke Sinetron Tutur Tinular 1997 yang diangkat sebagai sinetron kolosal. Tutur Tinular adalah drama radio karya S. Tidjab (alm)  yang sukses besar di 315 radio di seluruh Indonesia pada era akhir 80an hingga 90an. Sinetron ini dibuat melibatkan Sutradara Chen Caige yang mempunyai reputasi internasional. Sinetron dengan Sutradara Muchlis Raya ini menjadi istimewa karena selain suting di dalam negeri juga suting hinrigga ke nege China dengan tembok besarnya dan melibatkan pemain China Li Yun Juan sebagi Mei Shin. 

Sinetron Tutur Tinular melibatkan pemain-pemain seperti Anto Wijaya, Devi Zulianty, Li Yun Juan, Chairil JM, Candy Satrio, Agus Kuncoro, Rizal Muhaimin, Anika Hakim, Lamting, Hans Wanaghi, Ricky Hosada, Steven Sakari, Murtisaridewi, Herbi latuperisa, Hendra Cipta, Saiful Nazar dan masih banyak pemain lainnya. Di beberapa episode awal suting di lakukan di China dengan arahan sutradara Caida dari Akademi film Beijing Chen Keige dan Mude Yuan. Ditangan kedua sutradara itu aktor-aktor Indonesia yang terlibat dalam pembuatan sinetron diarahkan secara tangan dingin , efektif dan efisien dengan standar kerja perfilman China. 

Hans Wanaghi setelah di sulap menjadi pasukan Mongol

Chairil JM dan Lamting sebagai Mpu Ranu baya dan pendekar Lou Shi Shan

Ricky Hosada setelah sebagai pasukan Mongol

Steven Sakari menjadi salah satu pasukan Mongol

Setting yang di tonjolkan adalah atmosfer daratan Tiongkok masa pendudukan tentara Mongol dibawah kaisar Kubilai Khan. Tata artistik yang di pegang oleh Abdullah Sajad sementara di gantikan oleh Chang Yi Mu. Chang Hi Mau berhasil mengubah sosok lahiriah bintang laga Indonesia , Lam Ting, Ricky Hosada, Steven Sakari, Chairil JM dan Hans Wanaghi agar lebih dekat dengan pendekar ala etnis China. Selain Tata artistik, selama suting di China juga produser berganti dari Budi Sutrisno ke Tangan Khao Sin, produser pelaksana selama suting di daratan China. Yang menarik tentu saja tokoh Mei Shin yang di perankan Oleh Li Yun Juan atau juga nama lainnya Lie Yin Chien seorang artis asal China sementara di film layar Lebar, Mei Shin di perankan oleh Elly Ermawatie. 

Pada awal penayangan sinetron Tutur Tinular tayang di stasiun televisi ANTV mulai 25 Oktober 1997 namun kemudian pindah tayang ke Indosiar entah apa penyebabnya.

Cerita sinetron Tutur Tinular tidak jauh berbeda dengan sandiwara radionya . Berkisah tentang Kitab Negarakertagama yang mengatakan bahwa tahun saka 1206 pemerintahan Singosari mulai melakukan politik Dwipantara yaitu meluaskan wilayah keluar tanah Jawa. Maka Jadilah Prabu Kertanegara sebagai pembangun Jawa Agung yang pertama, Namun beberapa pembesar tidak setuju akan politik Dwipantara seperti Pu Raganatha dan Ramapati. Mereka langsung  mengundurkan diri. Mpu Hanggareksa seorang  ahli senjata pusaka adalah orang yang tetap mendukung kebijakan prabu Kertanegara. 

Mbu Hanggareksa mempunyai dua anak laki -laki yaitu Arya Dwipangga dan Arya Kamandanu yang memiliki sifat bertolak belakang. Arya Kamandanu selalu mengalah pada kakaknya Arya Dwipangga. Bahkan Nari Ratih gadis yang sangat dicintainya juga berhasil direbut dan di kawini oleh Arya Dwipangga setelah sebelumnya di perkosa akibat bujuk rayunya dengan syairnya yang indah oleh Arya Dwipangga. 

Bagaimana kisah selanjutnya? tonton saja ya sendiri. Sudah tersedia di VCD yang pernah beredar atau bisa browsing youtube tentunya. 

Berbicara tentang kisah sinetron Tutur Tinular 1997 tentu saja kita akan bangga karena sinetron laga kolosal ini memang di buat sangat serius sehingga menghasilkan tontonan yang memuaskan. Tutur Tinular ini termasuk sinetron yang di buat secara kolosal hingga sutingnya pun ada yang di negeri Tirai Bambu. Tutur Tinular menjadi  kisah sinetron yang Melegenda. betawa tidak sinetron Tutur Tinular pun kembali dibuat versi lain di taun 2011 dan 2021 namun demikian kalau menurut pendapat saya pripadi sih kedua produksi tersebut sangat jauh penggarapanya yang terkesan asal dan hanya mengejar rating saja karena dari segi cerita dan kostum pun sudah jauh berbeda dibanding sinetron Tutur Tinular 1997. 

Di beberapa kesempatan Sinetron Tutur Tinular 1997 pun di tayang ulang di stasiun televisi RTV, meskipun sebenarnya secara 'rasa' kita sudah jauh berbeda ketika dulu menontonnya pertama kali. Bagaimana menurut pendapat kalian? yuk tulis di komentar ya


Galeri Sinetron Tutur Tinular:

Hati Siapa yang tidak sakit melihat kekasihnya direbut kakaknya sendiri

Sebelum melarikan diri 

Siap menghadapi pasukan Mongol

Mei Shin

Pasukan Mongol

Sakawuni

Sakawuni dan Pendekar Lo

Sakawuni

Pendekar Lo dan Mei Shin Menghindari pasukan Mongol 

Tembok Besar China salah satu daya tarik suting film


Sunday, October 30, 2022

Menikmati Pemandangan Bandung Timur dari Ketinggian Bukit Candi Cicalengka


Bukit Candi



Bukit Candi yang berada di area Bukit Keroncong bagi sebagian warga Bandung terutama Bandung Timur seperti Rancaekek dan sekitarnya masih asing. Namun bagi sebagian besar masyarakat wilayah Cicalengka dan sekitarnya bukit Candi atau pasir Candi cukup populer. Salah satu daya tariknya adalah adanya pasar kaget yang biasanya ada di hari Minggu pagi. Sepanjang jalan di area Candi menjadi sarana tempat orang menggelar lapak untuk menjual barang dagangannya.

Bukit Candi terletak di wilayah kecamatan Cicalengka kabupaten Bandung. Area ini adalah sebuah bukit kecil dengan tanah lapang di bawahnya. Untuk mencapai tempat ini cukup mudah. Kalau dari arah Cileunyi perjalanan akan di arahkan menelusuri jalan bypass hingga menemukan plang Aki Enin atau Curug Cinulang. Cukup mengikuti petunjuk jalan hingga radius 2 km dari by pass maka akan sampai di bukit Candi yang terletak di pinggir jalan. Patokanya di tikungan ada tanah lapang dan bukit. Kalau dari arah sebaliknya juga perjalanan cukup mengikuti petunjuk jalan yang menuju curug Cinulang.
View Sekitar Bukit 

View ke Selatan

View ke Utara

View Ke Selatan Pemandangan pabrik


Setelah sampai di tanah lapang kita akan di suguhi pemandangan yang sangat sangat menakjubkan. di sisi utara Area pegunungan dengan perumahan penduduk menawarkan keindahan tersendiri. Kita akan terbawa suasana alamnya yang indah. Sebenarnya untuk melihat pemandangan Bandung Timur secara 360 derajat kita harus menaiki bukit Candi terlebih dahulu. Sehingga kalau sudah sampai di atas kita akan terpuaskan dengan pemandangannya yang Indah. Dari sisi selatan kita akan melihat pemandangan jalan by pass dengan lalu lalang kendaraan yang lewat. Juga hamparan perumahan penduduk dan pabrik yang terbentang luas, seluas mata memandang. Selain itu juga sawah sawah penduduk akan terlihat menghijau atau menguning tergantung musim yang sedang berjalan. Sementara di sisi sebalah utara setelah melihat gunung yang menjulang dan perumahan penduduk juga hamparan sawah dengan terasiringnya yang Indah. Juga di sertai dengan sungai yang melintasi tengah sawah. 

Pemandangan dari bukit Candi

Rumput mengering ketika Kemarau

Sebuah pemandangan yang Indah yang membuat kita akan bersyukur akan keindahan yang di Ciptakan
Sejauh mata memandang kita akan dimanjakan oleh pemandangan yang hijau dengan rumah-rumah penduduk yang berderet. Nun jauh di atas sana juga kita dapat melihat perumahan yang sedang di bangun. Selain itu pemandangan juga akan terasa lebih Indah ketika musim kemarau tiba. Rumput rumput mengering dan padi yang menguning menjadi salah satu daya tarik tersendiri. 

Bukit Candi menjadi tempat wisata alternatif yang murah dan tanpa perlu membayar tiket masuk. Di area ini selain menikmati keindahan alam juga dapat di gunakan sebagai tempat untuk joging, sesekali juga terlihat anak-anak yang bermain bola di lapangan yang tidak berumput. Tak jarang ketika cuaca bagus dan tidak hujan menjadi sarana muda mudi untuk 'pacaran' sambil menikmati keindahan alam. sejauh yang saya tahu pacarannya masih wajar hanya sekedar nongkrong sambil motornya berada di sampingnya. Selain sebagai Sarana olahraga juga kadang-kadang lapangan di Candi ini digunakan bagi masyarakat yang belajar mobil maupun motor. 
Menghirup udara segar setelah berolahraga

Area yang asik buat berolahraga


Di samping lapangan Candi juga terdapat sebuah mushola . Namun di balik keindahan alamnya yang ditawarkan, kelemahannya adalah ketika musim kemarau lapseangannya berdebu sekali, dan disaat hujan lapangannya meski tidak terlihat becek namun cukup licin terutama bagi yang membawa motor kearea lapangan karena tanah akan langsung nempel ke ban motor dan sangat licin. Yang bawa mobil juga jangan coba-coba dulu masuk lapangan ketika sehabis hujan karena kuatir selip dan tanah sudah pasti menempel. 

Harapannya sih bagi penulis pribadi semoga kawasan Candi Cicalengka ini akan di pertahankan terus seperti ini dan tidak di jadikan objek wisata khusus yang justru akan menarik uang masuk, meskipun secara ekonomi mungkin akan membuka peluang ekonomi yang baru. 

Penasaran? kalau ke Bandung Timur, Jatinangor dan sekitarnya jangan lupa mampir ke Bukit Candi Cicalengka. Dijamin akan terbayar rasa lelahnya kalau sudah melihat pemandangan alamnya. 




Friday, September 16, 2022

Batu Kuda, Wana Wisata dengan Sejuta Pesona di Bandung Timur

Wana Wisata Batu Kuda - Bandung

Berwisata menjadi salah satu kebutuhan yang masyarakat lakukan untuk menghilangkan penat. Wisata Alam merupakan salah satu pilihan cerdas karena kita dapat menghirup udara segar langsung dari sumbernya tanpa ada polusi. Salah satu wisata alam yang sedang berkembang di daerah Bandung khususnya wilayah timuar adalah Situs Batu Kuda. Wanawisata Batu Kuda terletak di lereng gunung Manglayang tepatnya di Kampung Cikoneng 1, Cibiru Wetan Kec. Cileunyi Kabupaten Bandung. Tempat wisata ini berada di bawah pengawasan Perhutani.

Untuk mencapai Situs Batu Kuda akses yang di tempuh cukuplah mudah. Kalau dari arah timur Cileunyi ketika menemui awal Jalan percobaan, maka sisi sebelah kanan ada jalan naik menuju SMP 1 Cileunyi maka masuk dari jalan tersebut. Atau dari arah Cibiru, setelah melewati jalan Percobaan maka terdapat pertigaan, kemudian belok kiri. Kita ikutin jalan tersebut hingga ujung. Cukup mudah karena ada plang jalan menuju Situs Batu Kuda. Kondisi jalan juga beraspal hingga gerbang masuk Situs Batu Kuda dan dapat dilalui baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Hutan Pinus Batu Kuda


Kenapa di sebut Situs Batu Kuda? Nama Batu Kuda diambil dari mitos sesepuh masyarakat setempat bahwa Gunung Manglayang dahulu merupakan tempat bertapanya seorang raja yang dikenal  Prabu Eyang Kusumah. Raja tersebut bersama istrinya Eyang Layang Sari usai berkelana dan berburu mencari tempat beristirahat hingga ke puncak gunung. Setelah menemukan tempat yang cocok keduanya  menetap dan melanjutkan pertapaan hingga tileum. Sebelumnya Prabu Eyang Kusumah mengubah kuda yang dikenal dengan nama kuda Semprani menjadi batu dengan posisi telungkup (depa). Panjang  situs batu tersebut sekira 15 meter, lebar 3 meter  dan tingginya 5 meter. Lokasi batu berada di sebelah utara sekira 700 meter dari pintu gerbang.

Wanawisata atau lebih di kenal situs batu kuda ini sangat cocok untuk liburan keluarga dengan membawa tikar sambil makan di bawah pohon pinus. Selain itu juga ada yang menyewakan tikar-tikar di sekitar tempat ini. Hutan pinus menjadi daya tarik tersendiri dengan pohonnya yang menjulang tinggi menambah indah suasana. Selain itu juga dapat mendirikan tenda sehingga anak-anak dapat bermain-main dengan leluasa sambil sesekali beristirahat kedalam tenda. 

Selain pemandangan hutan pinus yang dapat dinikmati tanpa harus bersusah payah mengeluarkan tenaga karena dekat sekali dengan area parkir, pengunjung juga dapat naik keatas ke gardu pandang untuk melihat pemandangan kota Bandung dan sekitarnya. Dibutuhkan ekstra tenaga untuk dapat sampai ke gardu pandang karena jalannya yang menanjak dan masih berupa jalan tanah. Sesekali di butuhkan waktu untuk beristirahat sambil mengumpulkan tenaga agar sampai ke atas. 
Menikmati pemandangan kota Bandung dari Gardu Pandang

Pemandangan kota Bandung, Jalan Tol, Stadion GBLA terlihat dari sini

Memandang ke sisi Timur, Jalan tol Cisumdawa, Gunung Geulis 


Setelah sampai ke gardu pandang maka segala penat dan capek hilang seketika dan terbayarkan karena keindahan pemandangannya. Kita dapat menikmati pemandangan kota Bandung dari ketinggian. Dari atas Stadion Gelora Bandung Lautan Api juga terlihat, juga jalan-jalan tol , dan hamparan sawah-sawah yang luas lengkap . Sejauh mata memandang hanya melihat keindahan alam disertai hembusan angin kecil menambah suasana makin asyik. Jangan lupa membawa bekal air agar tidak kehausan.Setelah puas menikmati pemandangan alam, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan turun kembali untuk ketitik awal di hutan pinus.

Setelah puas maka selanjutnya adalah pulang. Tersedia tempat parkir motor dan juga mobil tidak jauh dari pintu gerbang loket masuk.  Jangan lupa tetap jaga kebersihan dan buang sampah pada tempatnya ya. 


Wednesday, September 14, 2022

Saur Sepuh , Satria Madangkara Film Terlaris Tahun 1988 !

Brama Kumbara dan Lasmini dalam Saur Sepuh 1

Berbicara tentang Saur Sepuh, agaknya memang belum bisa move on dari film yang diangkat dari serial Sandiwara Radio yang populer di tahun 80an. Apalagi setelah menemukan data baru kalau jumlah penonton film Saur Sepuh 1, Satria Madangkara menjadi film terlaris pada tahun 1988. Di kutip dari buku Festival Film Indonesia 1989 di halaman 122 , Film Saur Sepuh 1 meraih penonton 2.275.887. Jumlah ini termasuk jumlah yang fantastis pada jaman itu dan berhasil mengalahkan film Pengkhianatan G 30 S /PKI (1984) yang meraih penonton 1.724.704. Memang itu adalah berdasarkan data, kalau perolehan penonton yang tidak terhitung tentu saja akan banyak, apalagi untuk sekelas film G 30 S PKI tentu saja jutaan penonton diraih meski banyak yang tidak tercatat. Hal ini tentu saja menjadi sebuah kebanggaan mengingat film bersetting kerajaan Madangkara tersebut mampu mendapatkan dukungan dari penonton tanah air. Apalagi dengan sederetan cast yang baru di dunia perfilman seperti Fendy Pradana, Murtisaridewi dan juga Elly Ermawatie.

Tiga tokoh sentral dalam cerita Saur Sepuh di perankan dengan bagus oleh Fendy Pradana sebagai Brama Kumbara.  kayaknya hampir semua orang yang hidup di era pertengahan 80an hingga awal 90an tahu siapa Brama Kumbara, seorang raja dari Madangkara. Kemudian ada Elly Ermawatie yang berperan sebagai Mantili si pedang setan dan pedang perak, dan juga ada Murtisaridewi sebagai tokoh Lasmini, perempuan penggoda pemilik perguruan Anggrek Jingga di lereng gunung lawu. Ketiga tokoh sentral ini menjadi nyawa film Saur sepuh.

Penampakan VCD Saur Sepuh 1 dan Kaset OST saur Sepuh
 


Saur Sepuh di buat sebanyak 5 judul , sebuah karya Niki Kosasih yang berhasil secara bagus di visualisasikan kedalam film oleh Sutradara Imam Tantowi  dalam Saur Sepuh 1 sd 4 dan Torro Margens di Saur Sepuh 5. Film Saur sepuh sendiri merupakan film dengan hasil yang cukup membanggakan , hal ini terbukti dengan perolehan penonton Saur Sepuh yang cukup fantasitis, sekaligus menjadi film laris di DKI Jakarta. Perolehan penonton Saur Sepuh menjadi perolehan yang cukup di perhitungkan. Di DKI Jakarta sendiri film saur sepuh 1 juga menjadi film terlaris tahun 1988 dengan perolehan penonton 575.480, sementara di tahun 1989 film saur sepuh II masih menjadi film terlaris dengan perolehan penonton 555.187 dan di Tahun 1990 Film Saur Sepuh III Kembang Gunung Lawu menjadi film terlaris pertama dengan perolehan penonton 447.504. Selanjutnya Film saur Sepuh IV dan V tidak saya temukan data jumlah penontonnya. Namun demikian era 90an awal menjadi era yang mulai sepinya film-film Indonesia dan di pertengahan 90an hingga akhir 90an film-film bertema seks menjadi suguhan yang memenuhi bioskop kala itu. 

Kalau era sekarang, film -film laris dengan jumlah penonton yang banyak makin sering bermunculan, sebut saja di tahun 2022 film KKN di desa Penari menjadi film terlaris hingga sekarang belum ada yang bisa menghadangnya dengan jumlah penonton 10 juta lebih. Juga ada film Pengabdi setan versi Joko anwar yang berhasil menggetarkan jagat perfilman Nasional yang kian berkembang. 

Poster Saur Sepuh 1

Poster Saur Sepuh 1

Kalau kita flashback ke era 80an keatas, yang saat itu saya juga masih kecil sandiwara radio menjadi sebuah hiburan 'murah' bagi kalangan bawah, karena tidak semua orang memiliki radio di rumah, dan seninya mendengarkan radio adalah di dengarkan secara bersama-sama. Imaginasi dari pendengar radio saat mendengarkan sebuah cerita tentu saja dapat berbeda-beda. Tak jarang anak-anak suka bermain peran seperti apa yang ada dalam sandiwara radio sesuai dengan imaginasi masing-masing anak. kata-kata Ciaaaat menjadi biasa terdengar di lingkungan sekitar yang di lakukan oleh anak-anak. Hiburan TV menjadi hiburan yang mahal, jangankan TV , radio saja satu RT (di kampung) bisa di hitung dengan jari siapa yang memiliki radio . Dari radiolah kita dapat mendengarkan cerita Saur sepuh meski kadang di dengarkan di rumah tetangga secara beramai-ramai. 

Ketika Saur Sepuh diangkat ke layar lebar tentu saja di sambut secara antusias baik bagi kalangan yang tinggal di kota maupun di pelosok desa. Meski tidak bisa nonton ke bioskop karena masih kecil dan jauh karena ada di kota, namun saya sendiri berhasil menontonnya di hajatan sunatan yang  'nanggap' video dengan memutar film Saur Sepuh. 

Sebagai pecinta saur sepuh bagi saya visualisasi yang ditampilkan dalam film Saur sepuh terwakilkan dan sesau ekspektasi. Sehingga film saur sepuh menjadi film terlaris dan tersering dalam diri saya yang paling sering di putar. Bagaimana dengan kalian? ada yang sama?

Lantas akankah film-film bertema seperti ini ada yang tertarik untuk membuat ulang di masa sekarang? Wallahu a'lam semoga saja ada Sutradara yang melihat dan menggarap serius agar penonton juga tidak kecewa tentu dengan mengikuti masa kekinian yang bisa di terima oleh penonton milenial.

Artikel Pendukung



Tuesday, September 13, 2022

Milikilah Buku Poster Film Edisi Silat/Laga

Buku poster film

Kalau berbicara tentang poster film pada umumnya, kita akan terlempar ke dimensi waktu beberapa tahun silam dimana saat itu mengalami sendiri meski hanya dalam lembaran fotokopi yang di sebar oleh mobil ‘halo halo’ yang lewat yang mengiklankan sebuah film yang tayang di bioskop. Bagi saya masa itu masa yang indah, karena kita ikut-ikutan mengejar di belakang mobil ‘halo halo’ tersebut sambil memperhatikan poster yang ada di belakang mobil bak terbuka yang akan tayang di Bioskop.

Poster, pada masa itu merupakan hasil lukisan cat minyak atau sejenisnya yang di lukis di kain dan kemudian di pasang di layar mobil sebagai iklan. Meskipun kalau dalam bioskop tetap tersedia poster kertas maupun lobi card yang di pasang di dalam bioskop. Namun seiring perkembangan jaman media-media poster dalam bentuk kain sudah tidak ada lagi yang membuat selain tidak praktis tentu membutuhkan imaginasi yang tinggi bagi pembuat posternya.








Berbicara poster mau nggak mau berbicara tentang filmnya. Film apa yang melekat dalam diri masing-masing orang tentulah berbeda, namun sejujurnya memory yang terbentuk akan sebuah film khususnya masa-masa dulu adalah kenangan yang terbentuk dari tontonan Layar Tancap maupun video hajatan yang menjadi hiburan dan di tonton oleh khalayak ramai secara murah hingga pelosok daerah. Saur Sepuh menjadi salah satu kenangan sendiri yang tidak hilang dari memory hingga saat ini, karena pada masa itu flyer yang di sebar sangat berharga selain juga kita kadang mendapatkan buku tulis yang bergambar sampul dari sebuah film yang sangat menarik..

Namun saat ini poster film sudah sulit sekali untuk di temukan baik di iklan koran maupun spanduk-spanduk yang ada di bioskop, karena memang di luar bioskop sendiri sudah tidak di pasang film-film yang sedang tayang atau akan tayang. Kalau kita tidak masuk kedalam gedung bioskop maka sulit untuk menemukan poster-poster film yang terpasang. Meskipun demikian kemudahan teknologi saat ini memudahkan setiap orang di manapun berada selama masih ada sinyal internet maka bisa mencari di mesin pencarian tentang film-film yang beredar. Baik melalui layar HP maupun melalui komputer atau laptop. 

Namun demikian bagi saya peribadi menikmati sebuah poster film melalui media hp sangat tidaklah memuaskan. Tetap saja ketika kita melihat visualisasi sescara fisik akan terpuaskan dengan sendirinya. Sebagai pecinta film-film silat/laga kehadiran buku poster ini tentu saja disambut baik. dan layak untuk di koleksi. 

Btw masih bisa di order lho buku ini hingga akhir September 2022. Yuk yang minat ikutan cetak boleh juga lho di order. Buku ini di cetak terbatas atas inisatif beberapa penyusun yang suka dan cinta akan film film Indonesia bertema silat/laga sekaligus sebagai wujud untuk mengapresiasi film Indonesia pada masa yang lalu. 


Silahkan yang mau pre order