Saturday, March 2, 2024

SAUR SEPUH IV, TERAKHIR BUAT IMAM TANTOWI


 Serial sandiwara radio Saur Sepuh, yang sampai kini masih di gandrungi masyarakat. Barangkali memang masih akan setia hadir di tengah-tengah penggemarnya. Tapi Saur Sepuh yang juga sukses di layar putih, nampaknya akan berakhir setelah seri keempat di selesaikan Imam Tantowi. 

Lho kenapa? Tantowi sendiri sadar, memang lewat Saur Sepuh imaginasinya bisa tertuang tuntas. Lewat film itu pula namanya menjadi tenar, yang tentu saja diikuti rezeki. "Tapi, rasanya saya akan segera meninggalkan dunia film. Lalu, mengalihkan profesi", tukas sutradara asal kota Tegal, Jawa Tengah, yang kini sedang mempersiapkan Saur Sepuh IV, kepada Majalah Film. 

Yang di jadikan alasan untuk meninggalkan dunia film, di samping sedikit protes terhadap keadaan, juga rasa lelah setelah 8 tahun menjadi sutradara. Tentang protesnya, Towi panggilan akrabnya memang tak mau membeberkan. "Sekarang ini saya masih kerja di film. Kurang baik kalau protes itu di besar-besarkan!" kilah Towi memberi alasan. 

Tentang Saur Sepuh IV, yang katanya film terakhir, setidaknya keterlibatannya dengan PT, Kanta Indah Film, perusahaan yang selama ini memproduksi Saur Sepuh, kabarnya juga tidak melibatkan bebrapa bintang pendukung Saur Sepuh terdahulu, Elly Ermawati, Murtisaridewi, Fendy Pradana. "Dalam seri ini, ceritanya memang Mantili tak ada. Juga Lasmini, yang di mainkan Murti. Sedangkan Fendi Pradana memang mengundurkan diri karena kontraknya sudah habis!", jelas Towi. 

Ia juga jelaskan, rencana suting film "terakhirnya itu," katanya, akan mulai sekitar pertengahan Januari 1991. Lokasinya masih tetap di daerah Pangandaran, Jawa Barat. "Mudah mudahan, walaupun dengan pemain baru, yang selama ini belum banyak di kenal, tapi masih mendapat sambutan Masyarakat. Dulu, pemain-pemain yang kemudian tenar itupun, tak pula di kenal orang kecuali Elly lewat radio!" katanya. 


Demikian kutipan singkat tentang film Saur Sepuh terakhir yang di sutradarai oleh Imam Tantowi yang di ambil dari Majalah film No. 118/86 Tahun VII , 5 - 18 Januari 1991. 

Sunday, February 25, 2024

MENGENAL CORRY MOCHTAR, SOSOK NENEK LAWU DALAM FILM SAUR SEPUH 3

 


Bagi pecinta film Saur Sepuh yang sudah menonton filmnya secara lengkap dari Saur Sepuh 1 hingga Saur sepuh 5 tentu tidak terlewatkan dengan Saur Sepuh 3 Kembang Gunung Lawu dimana Lasmini yang di perankan oleh Murtisaridewi menjadi tokoh sentral dari film ini. Dari sekian banyak pemeran di Saur Sepuh 3, ada satu peran yang cukup mencuri perhatian yaitu nenek Lawu yang menjadi guru dari lasmini dimulai saat Lasmini di lemparkan ke jurang oleh para pemerkosanya dan di tolong oleh sesosok perempuan tua yang kemudian di kenal dengan nenek lawu. 

Siapakah pemeran Nenek Lawu? Dia adalah Corry Mochtar. Siapakah Corry Mochtar? dia adalah isteri dari aktor Mochamad Mochtar yang merupakan aktor lawas yang banyak juga membintangi film-film di kala itu. Moch. Mochtar mengawali karir berfilmnya pada tahun 1939 melalui film alang-alang hingga meninggal pada tahun 1981 sudah banyak film yang di bintanginya. Moch. Mochtar menikah dengan Corry Mochtar pada tahun 1948. Sebelum di nikahi Moch. Mochtar, Corry di kenal sebagai seorang penyanyi namun setahun setelah menikah dengan Moch. Mochtar ia ikut main film setelah diajak suaminya pada tahun 1949 dengan film pertamanya "Airmata mengalir di Citarum". 


Corry Mochtar lahir pada tahun 1926 dan sudah menggeluti sekitar 40 film saat Corry ikut bermain dalam film Saur Sepuh 3 Kembang Gunung Lawu garapan Imam Tantowi sebagai Nenek Lawu guru Lasmini. Di film ini Corry harus berciat-ciat untuk mengajar Lasmini bermain silat. "Saya sendiri nggak tahu kenapa saya bisa dan punya tenaga berlebih untuk melakukan semua itu, Tapi saya percaya ini semua adalah rahmat Tuhan," Tutur Cory Mochtar saat di wawancara oleh majalah Film. 




Setelah ditinggal oleh suaminya pada tahun 1981, Corry Mochtar yang saat film Saur Sepuh 3 mulai di garap , berusia 63 tahun  itu kemudian berjalan sendiri meniti karir untuk bisa bertahan hidup meski sebenarnya honor film tidaklah seberapa. Akan tetapi hal itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti untuk memperbaiki rumahnya di bilangan Condet. Meskipun anak-anaknya sebenarnya juga sudah melarangnya.  Tapi Corry Mochtar tidak bisa menolak ketika datang tawaran untuk bermain film. dan Nenek berusia 63 tahun tersebut juga bertekad untuk terus bermain film sampai akhir hayatnya. 

Kalau kita menonton film Saur Sepuh 3, Sosok Nenek lawu memang sangat terwakili ketika di perankan oleh Cory Mochtar, meskipun dalam beberapa adegan masih menggunakan peran pengganti laki-laki. Maklum saja di usia segitu tentu saja sangat rentan untuk melakukan adengan berbahaya.  Masih ada yang ingat adegan apa saja yang diganti oleh pemeran pengganti? Adegan yang saya ingat adalah saat Nenek Lawu menggendong Lasmini terbang (menggunakan tali sl ing) dan juga adegan mengajari Lasmini silat di Air terjun maupun saat jumpalitan mengajari Lasmini silat, menggunakan stuntman. 

Meski minim informasi tentang Corry Mochtar namun dari fuilm-film yang pernah di bintangi tentu saja cukup mumpuni untuk seorang aktris kala itu. Filma lain selain saur sepuh 3 yang pernah di bintangi oleh corry Mochtar antara lain , Apa Salahkmu (1976), Tanah Harapan (1976), Tiada seindah Cintamu (1977), Sejuta serat Sutera (1981), Tongkat Sakti (1982)

Monday, February 12, 2024

10 PENDEKAR PILIHAN DALAM FILM INDONESIA


Pendekar. Apa yang terbayang dalam fikiran kita ketika di sebut dengan kata pendekar? Sebutan pendekar biasanya mengacu kepada tokoh jagoan dalam yang bertema silat, terutama silat silat klasik. Adakah pendekar yang menjadi jagoan dalam film-film yang pernah di tonton? 

berikut ada 10 pilihan pendekar dalam Film Indonesia yang sering ada di film-film.




1
. Barry Prima

Humbertus Knoch atau lebih di kenal dengan Barry Prima adalah pemain film yang lahir 19 Agustus 1954. Barry Prima menjadi ikon pemain film silat Indonesia hingga saat ini. Memulai karirnya di film Primitif pada tahun 1979 sebagai film pertamanya. Kemudian pada tahun 1981 Jaka Sembung sebuah film bertema kepahlawanan melawan penjajahan Belanda, Barry Prima menjadi tokoh sentralnya sebagai Parmin atau lebih di kenal dengan Jaka Sembung. Dari Film Jaka Sembung yang di angkat dari komik karya Djair inilah nama Barry Prima mulai di kenal luas oleh masyarakat dan tawaran-demi tawaran kian membanjiri dengan tema-tema film silat klasik maupun Modern. 

Kerap bermain sebagai pendekar dalam film-filmnya dengan watak protagonis, Barry Prima menjadi pemenang, meskipun dalam beberapa film sosok Barry Prima bukanlah sebagai aktor laga terus namn daya tariknya tetap menjadi nilai jual tersendiri. Pendekar watak putih, demikian lah yang sering di perankan oleh Barry Prima. Sebutlah film-film Barry Prima seperti Jaka Sembung, Mandala dari Sungai Ular, Pendekar Ksatria, Golok Setan, Malaikat Bayangan, Jurus Dewa Naga, Siluman Srigala Putih dan Kamandaka, dan banyak Lagi meskipun ia juga kalah dan tewas dalam film seperti Menentang Maut, Perhitungan Terakhir, dan Srigala. 

Barry Prima sangat pas sekali berpasangan dengan Eva Arnaz yang juga sempat mejadi istrinya. Dalam beberapa film, Barry Prima kerap sekali bermain dengan lawan antagonis seperti Advent Bangun, maupun Joseph Hungan. Advent Bangun dan Joseph Hungan kerap menjadi musuh bebuyutan dalam film. Sebagai bintang film laga, Barry Prima boleh di bilang menjadi aktor laga Nomor 1 di Indonesia karena hingga saat ini belum menemukan aktor sekaliber Barry Prima dengan tema film-film laganya yang melekat. Sehingga tidak berlebihan kalau Barry Prima merupakan salah satu aktor Legend tanah air. 

Barry Prima masih aktif bermain film maupun sinetron hingga sekarang. 



2. Advent Bangun

    Thomas Advent Perangin angin Bangun atau lebih di kenal sebagai Advent Bangun adalah seorang karateka yang kemudian terjun ke dunia film. Peran-peran Advent bangun cukup bervariasi tidak hanya sebagai orang baik saja namun sebagai orang jahat. Namun demikian, Advent Bangun lebih melekat sebagai tokoh antagonis di bandingkan dengan tokoh protagonis. Pria Kelahiran Kaban Jahe 12 Oktober 1952 ini berperan aktif dalam perfilman Indonesia sebagai aktor yang memerankan baik pendekar maupun bukan. 

Advent Bangun merupakan salah satu aktor laga yang legend, kiprahnya dalam dunia perfilman cukup di perhitungkan dengan kepiawaiannya dalam berakting dengan peran-peran silat/laga. Dalam beberapa film laga, advent Bangun berperan sebagai pendekar baik melawan bangsanya sendiri maupun bersama-sama bangsanya sendiri . Advent bangun juga sering beradu akting dengan Barry Prima seperti dalam film Pendekar Ksatria dan Pendekar Bukit Tengkorak keduanya beradu akting untuk menjadi musuh. Namun demikian selain bermain sebagai tokoh jahat, ia juga berperan sebagai pendekar baik seperti dalam film Satria Bambu Kuning, Buronan Gembong Wulung, Bang Somat Tangan satu dan lainnya. Selain sebagai aktor, di akhir hidupnya Advent Bangun juga di kenal sebagai pendeta. 

Sehingga Advent Bangun layak di sebut sebagai pendekar film Indonesia karena berbagai akting filmnya. Advent Bangun Meninggal dunia pada 10 Februari 2018. 


3. George Rudy

Tjwan Hien (lahir 30 Oktober 1954), lebih dikenal sebagai George Rudy atau lengkapnya George Rudy Abdulhady adalah salah satu aktor Indonesia yang lebih di kenal sebagai aktor spesialis laga. 

Kerap bermain sebagai Pendekar dalam sebuah film menjadikan nama George Rudy atau kalau di kampung-kampung nama George lebih di kenal sebagai Gege Rudy oleh para penonton Layar tancap maupun video yang sering di putar di hajatan-hajatan. Meski beberapa kali bermain sebagai tokoh jahat namun nama George Rudy di kenal sebagai pemain protagonis, sebagai pendekar baik yang akan menolong terhadap yang lemah. 

Georgeo rudy merupakan salah s atu pendekar yang juga bermain dalam film-film silat klasik maupun modern. Meskipun George Rudy juga bermain dalam film-film drama, namun namanya menjadi salah satu dari deretan pendekar yang ada di Indonesia. 



4. Ratno Timoer

Ahmad Suratno atau lebih di kenal sebagai Ratno Timoer merupakan salah satu pemain film yang layak di sebut sebagai pendekar film Indonesia. Pria Kelahiran 18 Maret 1942 memulai kiprahnya dalam perfilman Indonesia dalam film Si Pendek dan Sri Panggung. Ratno Timur banyak sekali membintangi film-film drama, namun kiprahnya lebih di kenal sebagai Si Buta Dari Gua hantu setelah ia memerankan tokoh Si buta sejak tahun 1970. Barda Mandrawata alias Si Buta menjadi sebuah nama yang ikonik bagi Ratno Timur, karena begitu di sebut Si Buta maka akan terbayang sosok Ratno Timur dengan pakaian khasnya seperti kulit ular. 

Selain sebagai Bintang Film, Ratno Timoer juga di kenal sebagai Produser dan Sutradara Indonesia. Ratno Timoer meninggal Dunia pada 22 Desember 2002.



5. Teddy Purba

Sosok Pendekar yang ke 5 adalah Teddy Purba. Aktor Kelahiran 20 Mei 1956 memulai debutnya pada tahun 1979 melalui film Antara aku dan Dia, kemudian di susul film Benci tapi Rindu dan film ketiganya adalah Manusia berilmu gaib. Dalam film pertama dan ke3 Teddy berperan sebagai pemuda yang buruk rupa.  Nama Teddy kian melambung setelah membintangi film Gundala Putra Petir 1981. 

Namun demikian Teddy Purba juga bermain dalam-film silat klasik seperti Jaka Tingkir, Jaka Umbaran, Ajian Macan Putih, Tendangan Iblis dan Juga Banteng Mataram. Sehingga kehadiran Teddy dalam perfilman Nasional sebagai pendekar-pendekar yang di sukai para penonton. 

Karena minimnya informasi tentang Teddy Purba, tidak di ketahui apakah beliau masih hidup atau sudah meninggal. 


 


6. Willy Dozan

Billy Chong atau lebih di kenal dengan nama Willy Dozan merupakan pendekar ke 6 yang patut di acungi jempol. Aktor kelahiran 10 Februari 1957 memiliki darah Tionghoa ini lebih banyak bermain dalam fim-film Silat modern, namun demikian tidak berlebihan kalau Willy Dozan menjadi salah satu pendekar kebanggaan Indonesia. 

Karate Sabut Hitam merupakan debut dari Willy Dozan dalam perfilman Indonesia. Selain bermain dalam film-film Indonesia, Willy Dozan juga merupakan salah satu bintang kelas dunia dengan membintangi beberapa film Hongkong. Willy Dozan masih aktif dalam perfilman Indonesia hingga sekarang. 



7. Johan Saimima

Pendekar yang ke 7 adalah Johan Saimima. Aktor kelahiran 8 Agustus 1956 ini merupakan aktor spesialis laga, baik laga klasik maupun modern. Titik balik dari Johan Saimima adalah dalam film Ganesha 1983 yang ia bintangi. Sekaligus setelah memerankan film Ganesha nama Johan kian di perhitungkan. Johan Saimima banyak sekali membintangi film-film yang di produksi oleh Inem film. 

Lutung Kasarung dan Keris kalamujeng merupakan dua film Johan dengan pakaian klasih ala pendekar yang kita kenal dalam film-film. Pernah aktif bermain dalam sinetron-sinetron laga tanah air seperti Mahkota mayangkara, Singgasana Brama Kumbara dll. 



8. Tony Hidayat

Tony Hidayat merupakan salah satu pendekar dalam perfilman Indonesia. Sosoknya di kenal setelah bermain dalam film Wiro Sableng. Sehingga Sosok Tony Hidayat begitu ikonik sebagai pemeran Wiro Sableng. Meskipun Tony hidayat juga bermain dalam beberapa film drama seperti Istana Kecantikan yang beradu akting dengan Mathias Muchus dan Nurul Arifin. Namun imej yang melekat sebagai Wiro Sableng tetaplah Tony Hidayat. 

Tidak banyak informasi yang di dapat tentang Tony Hidayat namun demikian namanya akan tetap di kenang sebagai Wiro Sableng. 



9. Fendy Pradana

Pendekar ke 9 jatuh pada Fendy Pradana.  Slamet Effendy atau lebih di kenal dengan Fendy Pradana kelahiran 13 Februari 1965 merupakan aktor yang di dapatkan dari penjaringan untuk casting film Saur Sepuh pada tahun 1988 hingga akhirnya Fendy terpilih sebagai salah satu pemeran Saur Sepuh sebagai Brama Kumbara. 

Sosok Brama Kumbara merupakan sosok raja Madangkara yang terkenal arif dan bijaksana.Sehingga tidak berlebihan ketika nama Fendy Pradana sososknya sangat melekat sebagai Brama Kumbara. Selain membintangi Saur Sepuh, Fendy juga berperan sebagai Sembara dalam film Misteri Gunung merapi yang diangkat dari serial sandiwara Radio, namun pamor Sembara kalah dibandingkan sebagai Brama Kumbara. Film-film yang dibintangi oleh Fendy kebanyakan merupakan film dengan tema klasik sehingga tidak berlebihan kalau ia menjadi Salah satu pendekar dalam perfilman Indonesia. 



10. Benny G Rahardja

Pendekar ke 10 adalah Benny G Rahardja. Kerap bermain dalam film-film silat klasik, Benny G Rahardja sangat cocok di nobatkan sebagai Pendekar dalam perfilman Indonesia. Sebut saja Film-film yang pernah di bintanginya seperti Lara Jonggrang sebagai Bandung Bondowoso, Tutur Tinular 1 dan 4 sebagai Arya Kamandanu, Aji Pamungkas, Damarwulan Minakjinggo, Jaka Sembung dan Bergola Ijo semuanya merupakan film-film bertema silat klasik yang ia bintangi. 

Selain juga dalam film Sang Pembela , Benny juga berbaku hantam dengan lawan-lawannya. Sosok Arya Kamandanu merupakan sosok yang pas ketika di perankan oleh Benny G Rahardja. 

Namun Sayangnya minim sekali informasi tentang Benny G Rahardja pasca tidak bermain film.



Demikian kesepuluh Pendekar dalam film Indonesia yang perlu untuk diketahui meskipun banyak pemeran lain yang juga pantas di sebut sebagai pendekar, seperti avent Baron Hermanto, Avent Christie, Harry Capri, Chairil JM dan lain-lain. Beda orang beda pula pandangannya tapi paling tidak membuat kita kembali teringat akan sosok pendekar dalam perfilman nasional.  Semoga terhibur.

Saturday, February 10, 2024

SAUR SEPUH 1 SATRIA MADANGKARA

 


JUDUL FILM                        : SAUR SEPUH SATRIA MADANGKARA

SUTRADARA                       : IMAM TANTOWI

SKENARIO                           : IMAM TANTOWI

CERITA                                  : NIKI KOSASIH

PRODUSER                          : HANDI MULYONO

PRODUKSI                           : PT. KANTA INDAH FILM

TAHUN                                 : 1988

JENIS                                     : SILAT

PEMAIN                               : FENDY PRADANA, ELLY ERMAWATIE, MURTISARIDEWI, ANNEKE PUTRI, BARON HERMANTO,  HENGKY TORNANDO, CHITRA DEWI, LAMTING, ATIN MARTINO, YOSEPH HUNGAN, RUDI WAHAB, SIRJON DE GOUT, ATUT AGUSTINANTO

SINOPSIS :

Kerajaan Majapahit di landa kemelut. Sang Prabu Wikramawardana bermuram durja. Berembuk dengan Patih Gajah lembana, Narapati Raden Gajah dan senopati-senopati lainnya.

“Bre Wirabhumi mau melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit karena dia sebagai putera Ramanda Hayam Wuruk merasa lebih berhak dari aku yang  hanya seorang menantu,” Keluh sang Prabu. “Seharusnya dia memahami, isteriku adalah puteri Permaisuri, sedang dia terlahir dari seorang selir!”.

Raden Gajah melaporkan bahwa utusan Kiasar Yung Lo dari Cina, sudah memberikan pengakuan kepada Bre Wirabhumi yang mendirikan kerajaan Pamotan.  Maka Bre Wirabhumi dengan tekebur meminta dukungan dari negeri-negeri tetangga seperti kerajaan Pajajaran, Tanjung Singguruh, Sumedang Larang dan  juga sebuah kerajaan kecil nan makmur, Madangkara.

Hulubalang Rowi dan Pamotan, berpapasan dengan Hulubalang Ludaka dari Majapahit, di perbatasan Madngkara. Nyaris kedua utusan itu bentrok kalau tak di cegah oleh Senopati  Ringkin yang membawa kedua pihak ke keratin Madangkara.

Prabu Brama Kumbara sedang bersama permaisurinya, Harnum dan adiknya Dewi Mantili, disertai suami sang  adik , Patih Gutawa.

Menerima surat dari kedua utusan itu, sang Prabu tak bisa segera memberikan keputusan. Dengan bijaksan.

Prabu Brama kumbara menugaskan Tumenggung Adiguna membawa surat ke Pamotan, menghimbau Adiguna di cegat Tumenggung Bayan. Perselisihan berlanjut dengan adu kedigdayaan. Dengan Aji Cadas Ngamparnya, Tumenggung Bayan menghancurkan tubuh Adiguna.

Perbuatan Tumenggung Bayan membuat  Prabu Brama Kumbara sangat tersinggung. Ia Menugaskan Patih Gutawa dan Mantili membawa suratnya ke Majapahit. Lalu ia sendiri menyamar menjadi Satria Madangkara untuk menuntut balas kepada Bayan. Harnum juga menyamar sebagai pendekar kelana untuk mengikuti perjalanan Satria Madangkara. Mereka berangkat menunggang rajawali raksasa.

Patih Gutawa dan Mantili di sambut baik oleh Prabu Wikramawardana. “Aku mengerti sikap rajamu, sangat bijaksana kalau Prabu Brama Kumbara  memilih kerajaan Majapahit, bukan memihak aku atau siapa. Raja bisa berganti siapa saja, tapi Majapahit tetap Majapahit,”.

Satria Madangkara menantang Tumenggung Bayan bertarung satu lawan satu. Tolak Balik Aji Cakar Geni membuat sekujur tubuh Bayan terbakar hangus. Ternyata perkara tak berakhir sampai di sini, tunangan Bayan, pendekar wanita Lasmini yang menjadi guru silat di padepokan Bukit Kalam, bersumpah menuntut balas.

Tapi saat bertemu muka, dendam Lasmini berubah menjadi kekaguman seorang wanita terhadap seorang lelaki jantan. Apalagi setelah bergebrak, Satria Madangkara bisa merobohkannya dengan mudah.

“Kamu terlalu mempesona untuk menjadi musuhku, “ rayu Lasmini yang mulai kasmaran.

“Jangan!” Kamu harus tetap membenciku karena aku telah membunuh tunanganmu!” cegah Satria Madangkara.

Harnum dan Mantili menjadi sangat murka, dan mencari maki Lasmini.


Merasa tak mampu menandingi, Lasmini meminta bantuan gurunya, Si Mata Setan. Namun Satria Madangkara yang menguasai Ajian Serat Jiwa mampu mengusir si Mata Setan.

Peperangan Majapahit dengan Pamotan tak terelakkan lagi. Angkatan perang Majapahit di pimpin Patih Gajah Lembana yang menunggangi Gajah menyerbu Pamotan.

Lasmini bergabung dengan dua saudara seperguruan Bayan, Yakni Jasta dan Wangwa, serta guru mereka Jagadnata, mencegat rombongan Satria Madangkara. Dalam  pertarungan seru, Lasmini merapal ajian Sirep Megananda untuk menawan Patih Gutawa, Mantili dan Harnum. Sedangkan Satria Madangkara terpaksa menggunakan Ajian Serat Jiwa tingkat tinggi untuk menghancurkan Jagadnata yang kelewat berbahaya.

Serbuan Angkatan Perang Majapahit menghancurkan keraton Pamotan. Bre Wirabhumi melarikan diri naik perahu. Tapi Patih Gajah Lembana tak sudi melepaskannya. Dalam pertempuran, Patih Gajah Lembana berhasil memenggal kepala Bre Wirabhumi.

Prabu Wikramawardana tertunduk haru menerima persembahan kepala Bre Wirabhumi. “Kuburkan di desa Lung, dan dirikan diatasnya sebuah Candi, sebagai peringatan pada anak cucuku, betapa menyakitkan sebuah perang”.

Peperangan Majapahit  Pamotan telah berakhir, tapi justru Brama Kumbara menghadapi persoalan baru. Ia harus mencari Harnum, Mantili dan Gutawa yang di tawan dan di sembunyikan oleh Lasmini entah dimana.  Satria Madangkara bersuit memanggil burung rajawali raksasanya. Dengan menunggang burung rajawali itu, Brama Kumbara memulai perjalanan untuk mencari orang-orang kesayangannya hingga akhirnya dapat kembali bersama.

 

 

 

Monday, February 5, 2024

SUTING "SAUR SEPUH III" DAN KERBAU LASMINI PUN MENGAMUK


Kali ini saya akan menyadur ulang artikel dari majalah film No. 089/57 Th VI 25 Nov - 8 Des 1989 tentang Saur Sepuh 3 semoga bermanfaat buat yang belum pernah membacanya atau tidak tahu informasinya. 

Berikut kutipan lengkapnya. 

Kalau Murtisaridewi mengamuk di saat suting, itu biasa karena perannya sebagai Lasmini menuntut begitu. Tapi kalau kerbau yang mengamuk? Tak urung Imam Tantowi sendiri ikut repot. Dan itulah yang terjadi ketika suting "Saur Sepuh III" Kembang Gunung Lawu " berlangsung di Pangandaran - Jawa Barat. 

Pasalnya ketika gerobak yang di tarik kerbau sebagai kendaraan Lasmini di hadang anak buah juragan Basra, terjadilah perkelahian satu lawan lima. Perkelahian itu rupanya tak cuma membuat pengiring Lasmini Kabur karena takut tapi juga membuat sang kerbau kalang kabut. Akibatnya kerbau tersebut ingin  ngacir juga. Ia berontak dari tali yang melingkari lehernya. Dan itu sudah cukup membuat kayu kemudi grobak patah dan Tantowi teriak , Cut!.


Suting berhenti, sang kerbau di tenangkan. Tapi, nah ini begitu kerbau di keluarkan, Tantowi tiba-tiba berteriak. Rupanya ada yang salah, "Mana orang-orang art?, teriaknya. Buru-buru semua orang datang da mencoba memperbaiki kayu gerobak yang patah.  "Sial, lama-lama bisa mati saya, lambat sekali kerjanya. Bawa paku, kawat dan martil tidak?" tanya sutradara ini pada salah seorang kru art yang terpaksa diam membisu. Dan Tantowi pun segera mengambil alih martil lalu bekerja sendiri. 

Kemarahan-kemarahan seperti itu agaknya memang bukan mutlak milik Tantowi saban suting berlangsung. Beberapa sutradara lain juga pernah mengalami dan melakukannya. "Kesal sih, " Kilah Tantowi. Dan ketika gerobak sudah di perbaiki, suting di lanjutkan lagi. Tapi kali ini bukan sang kerbau yang bikin ulah, justru Lasmini yang tak konsentrasi. Adeganpun terpaksa di ulang-ulang hingga 12 take. 

Kenapa sampai begitu banyak di ulang?" Soalnya kita ingin menyajikan yang terbaik," jawab Tantowi. Dan yang terbaik itu, menurutnya tak cuma dalam soal penyajian adegan, tapi juga perlengkapan suting. "Untuk saur sepuh II ini kami pakai lighting H.M.I sebanyak 5 buah. Di Indonesia belum ada yang punya lighting seperti ini. Kalaupun ada baru Soraya Film. Itupun cuma dua boah. Soalnya harganya mahal. Rp. 10 Juta satu buah, "turut Tantowi. Menurutnya kegunaan lighting H.M.I ini cukup besar. "Lampu ini bisa mengatasi ketiadaan cahaya matahari. Jadi suting tidak terganggu kalau matahari tidak ada. Lagi pula bisa menembus tirai hingga menimbulkan bayang-bayang yang asli. "Jelasnya. 

Menurut Tantowi, lampu seperti itu pulalah yang digunakan ketika Soraya membuat  film "Pembalasan Ratu pantai selatan," Dan hasilnya k kata Tantowi, cukup menakjubkan. "Itu baru mereka pakai dua buah. Kami pakai lima sekaligus, katanya lagi . Soalnya lampu begini bisa menambah suasana gambar menjadi sesuai seperti yang kita ingini." tuturnya. 

Dengan peralatan yang seperti itu, Tantowi mengharapkan "Saur Sepuh III" bisa menjadi film dengan ilai lebi. Tapi sayang, ketika kemudian suting harus berlanjut sore hari, dimana Lasmini harus di gantung sungsang, Tantowi menghentikannya dn kita tak tahu sampai dimana kehandalan spotlight barunya. "Sudah sore. Saya harus kembali ke jakarta karena besok harus ke Surabaya," kilahnya. Dan di Surabaya Tantowi memang melakukan bargaining untuk film "10 November".

Tuesday, January 30, 2024

SUTING FILM SAUR SEPUH DI WAY KAMBAS, MALAM TERAKHIR KABEL DI PUTUS GAJAH LIAR

 


Balik lagi ya kali ini tentang saur sepuh Satria madangkara lagi saat suting di Way Kambas. Di ambil dari bonus Majalah Film No. 056/24 Tahun IV, 20 Agustus - 2 September 1988. berikut kutipannya.

Pertengahan Juli lalu (Tahun 1988), Majalah Film bersama 20 wartawan film Ibukota, selama tiga hari mengikuti Imam Tantowi ke Pusat Latihan Gajah (PLG), Karangsari Way Kambas, Lampung Tengah. Tantowi, Sutradara film aksi itu memang sedang merampungkan  pembuatan film kolosalnya "Saur Sepuh, Satria Madangkara," di daerah yang penduduknya mayoritas bersuku Jawa itu. 

Di Saat puluhan Kru dan para pemainnya, seperti Elly Ermawaty, Anneke Putri, Fendy Pradana, Lamting, Hengky Tornando, Atut Agustinanto, Atin Martino dan lain-lain, Tantowi berbaur  dengan puluhan figuran yang diambilnya dari penduduk setempat plus gajah-gajah yang mulai jinak di PLG itu. "Ini suting terakhir Saur Sepuh yang mengambil adegan peperangan antara pasukan Majapahit yang menunggang gajah dengan pasukan kerajaan Pamotan," ujar Tantowi.

Dan, adegan itulah yang selama tiga hari, dari pagi hingga malam, di sut kameramen Herman Soesilo di Way Kambas. Ada tembok tinggi kerajaan Majapahit yang panjangnya 26 meter dan tingginya 8 meter, terbuat dari lukisan triplek, lalu ada belasan ekor kuda dan lima ekor gajah serta puluhan figuran. 

Mengambil adegan yang serba kolosal itu, tak kurung Tantowi naik pitam. betapa tidak, puluhan orang di harapkannya menuruti komandonya. Tapi dasar para figuran itu awam terhadap dunia film, begitu Tantowi teriak "Cut!" mereka masih saja berkelahi dengan pasangannya. Atau belum lagi Tantowi teriak "Action,!", mereka sudah mendahului berakting. Tak heran kalau tantowi sambil melap keningnya yang penuh keringat karena cuaca emmang sangat  panas , harus berkali-kali mengulang adegan. 

Belum lagi kuda-kuda yang ketakutan ketika bertemu dengan gajah-gajah pasukan Majapahit. Begitu Tantowi teriak action dan camera mulai bekerja, eh kuda-kuda tunggangan para ksatria Madangkara malah lari ketakutan saat di depannya terlintas gajah-gajah itu. Terpaksa Tantowi pakai cara lain, kuda-kuda di pegangi para pemiliknya. 

Suting film sampai selesainya memakan waktu hingga 5 bulan itu, di lampung agaknya merupakan film merupakan suting punyaknya setelah di Sumba. Pangandaran dan Jakarta malam terakhir suting, seluruh kru dan Tantowi sendiri jadi kalangkabut karena munculnya seekor gajah liar yang sempat memutuskan kabel diesel. 

Rupanya, baik Tantowi maupun paawang-pawang gajah yang ada di way Kambas, tidak lebih dulu kompromi dengan 3000 ekor gajah liar yang masih berkeliaran di lokasi suting.

Syukur, Sanga Noppharwan, seorang pawang gajah asal thailan, berhasil menghalau gajah liar itu, jika tidak?" Bisa bisa suting di Way Kambas ditambah waktunya", tutur seorang kru Tantowi. 

Selain Tantowi selama tiga hari ini juga yang cukup repot, Elly dan Annake karena terpaksa memenuhi permintaan foto bersama dari penduduk setempat. Kerjaan yang menyenangkan tentunya. 

Tuesday, January 23, 2024

FILM PERTAMA LAMTING PERAIH MEDALI EMAS SEAGAMES 1987


Bagi penggemar Saur sepuh dan sinetron tutur tinular pasti mengenal nama "Lamting" . Dalam Saur Sepuh ia lebih dikenal saat berpasangan dengan Joseph Hungan sebagai Kijara dan Lugina, sementara kalau di Tutur Tinular Lamting berperan sebagai pendekar Lou Shi Shan. Ternyata nih ya Lamting sebelum terjun ke dunia film merupakan atlet Taekwondo yang sudah membawa harum nama bangsa Indonesia. 

Dan Film Saur Sepuh merupakan film pertama yang dia bintangi. Seperti apa sosok Lamting itu. Berikut cuplikan berita yang di ambil dari Bonus Majalah Film No. 056/24 Tahun IV tanggal 20 Agustus - 2 September 1988.

Lelaki 24 tahun kelahiran Bandung ini memang di kenal pendiam. Mulutnya tidak akan bicara kalau orang lain tidak lebih dulu memulai. Ia berkesan dingin. Dan ketika ia kemudian di minta berperan sebagai Patih Lodaya, dari kerajaan Pamotan dalam film "Saur Sepuh Satria Madangkara" yang sedang di garap Imam Tantowi, peran itu memang pas untuknya. Sebab kesan itulah yagn agaknya di harapkan sutradara. 

"Ini film pertama saya. Sebelumnya cuma jadi instruktur (pelatih silat) para pemain saja," ujar Lamting. Taekwondoin DAN II berkulit putih dan bertubuh tinggi ini. Lantas bagaimana rasanya main film?" Lebih ringan dari latihan Tae Kwon Do. Di Taekwondo lebih berat. Capek, karena memutuhkan stamina yang cukup besar. Cuma di film capek menunggu waktu suting. Ia yang membuat saya suka enggak sabar," tutur lelaki yang lahir 17 April 1964 ini. 

Anak bungsu dari 4 bersaudara pasangan Bapak salam dan nyonya Lise ini, ngakunya enggak tahu kenapa ia diminta main film. "Memang sebelum "Saur Sepuh" saya sudah diminta banyak produser untuk main film. Tapi kesibukan saya di Tae Kwon Do tidak memungkinkan", ujarnya. Di Saur sepuh inipun karena ada waktu lowong. Kalau tidak ya enggak bakalan main film," katanya. 

Sebagai Taekwondoin, Lamting sendiri sudah berkali-kali ikut kejuaraan dan menjadi juara. Tahun 1984,1985 dan 1987 ia keluar sebagai juara nasional di kelasnya. Sedangkan tahun 1986 ia meraih medali perak pada Asian Games di Seoul dan tahun 1987 tampil sebagai juara di Sea Games Jakarta dan meraih Emas. "Sekarang saya sedang menunggu hasil kerjurnas taekwondo. Juaranya nanti akan bertanding dengan saya untuk seleksi ke Olimpiade," ujarnya. "Saya memang tinggal menunggu juara di kelas saya,! katanya lagi. 

"Kalau memungkinkan saya memang akan terus menggeluti dunia film," Ujar Lamting serius.
"Tapi saya tidak akan berhenti jadi Taekwondoin"; tambahnya. 

Perihal namanya sendiri, Lamting mengaku tidak punya nama lain. "Itu nama saya yang asli. Bukan singkatan dan enggak ada embel-embel lainnya. Itu nama saja sejak lahir kok," katanya lagi. 

Cowok pendiam yang suka sendiri ini, ketika disinggung tentang pacar hanya tersenyum. "Belum ada, saya memang belum mau pacaran kok," jawabnya. "Sungguh kalau sekedar teman wanita sih ada, Tapi yang seiur belum, " katanya lagi. 

Monday, January 22, 2024

DIBALIK TERPILIHNYA PT KANTA INDAH FILM YANG MEMPRODUKSI "SAUR SEPUH" SATRIA MADANGKARA

 


Ada apa di balik terpilihnya PT. Kanta Indah Film sebagai rumah produksi yang memproduksi film Saur Sepuh? ternyata sebelum PT. Kanta Indah film ada tiga rumah produksi yang sedianya akan membuat film Saur sepuh. 

Mari Simak petikan artikel Bonus Majalah Film No. 056/24 Tahun IV, 20 Agustus - 2 September 1988 dengan judul "Akhirnya, Inilah Saur Sepuh Itu".

Kesempatan memang menjadi milik orang yang gesit. 

Drama radio "Saur Sepuh" yang di udarakan lewat 250 stasiun radio di berbagai wilayah di Indonesia tiba-tiba seperti melahirkan fenomena tersendiri. 

Para Pendukung sandiwara ini, yang cuma suaranya saja yang di kenal, lalu lebi di dekatkan dengan penggemarnya yang selalu membludag lewat hiburan panggung. Lalu muncul nama-nama populer macam Elly Ermawatie, Ferry Fadly atau Novia Kolopaking, 'dinasti' Saur Sepuh perdana. 

Kepopuleran drama "Saur Sepuh" yang di udarakan ulai Februari 1984 ini, tercium juga bau komersilnya oleh orang film. Syahdan beberapa produser tanpa kencanpun, mulai mengontak Kalbe Farma, perusahaan farmasi yang punya hak milik "Saur Sepuh". Ada Tobali Film, Garuda Film serta Inem Film. 

Dari penjajagan dengan mereka, pihak Kalbe nampaknya lebih condong memilih Garuda Film . Tapi menghubungi produser Garuda tak mudah. Apalagi waktu itu Hendrick Gozali pergi ke Hongkong. Sejak itu putus kontak Kalbe dan Garuda. 

Produser Lain, Kanta Indah Film adu nasib hubungi Kalbe atas desakan Sutradara Imam Tantowi yagn tergiur memfilmkan "Saur Sepuh" yang bisa kolosal. Kanta mulai membujuk Kalbe dengan memutarkan film-film silat yang pernah di produksi macam "Kelabang Seribu", "Mandala", "Pendekar Ksatria", dan lainnya. Kalbe berubah pikiran melihat kesungguhan Kanta dan Imam. "Baik, Kalbe setuju asal yang menyutradarai Imam Tantowi", ujar pihak Kalbe. 

Tobali Film tak mau kalah, Ia tawarkan uang "beli" Saur Sepuh sebanyak Rp. 50 Juta. Tapi mana Kalbe, yang telah di keluarkan duit Rp. 5 Milyard untuk radio Saur Sepuh itu, menganggap uang segitu berharga. 

Bahkan kepada Kanta Film, Kalbe menjanjikan kalau film Saur Sepuh nanti jadi dibuat dan Kanta Kekurangan duit, Kalbe akan bantu. "Dari kami syaratnya cuma satu, bikin film Saur Sepuh sebagus mungkin." ujar A.O Hndriyono, Asisten Manajer Marketing Kalbe Farma di mobil pribadinya saat suting di Lampung kepada Majalah Film. 

Semula Kanta menganggarkan film ini kelak cuma menghabiskan Rp. 70," tut0 juta. Tapi sampai suting terakhir di Pusat Latihan Gajah Way Kambas, Lampung, telah menghabiskan  Rp. 800 juta.

Dan ini tak jadi masalah, sebab menurut orang terpercayadi Kalbe ini, pihaknya juga membantu finansial pada Kanta Indah Film. "Soal besarnya itu rahasia perusahaan," ucapnya. Bagi kami keuntungan dari film ini tak jadi masalah besar. Kalau Masyarakat puas,kami pun cukup puas," tuturnya dalam gaya dipropmasi seorang bisnis. 

Maka Kantapun lalu menghubungi para pemain Saur Sepuh diantaranya Ferry Fadly dan Elly Ermawati. Namun Ferry Fadly yang sudah di kontrak Kanta, Menurut Fadly, sengaja di permainkan pihak Kanta, lantaran Saur Sepuh belum mulai juga saat Ferry di kontrak 4 bulan lalu. 

Dan Tobali Film masuk mencoba membujuk Ferry agar menyeberang ke pihaknya untuk bikin film Saur Sepuh. Maka muncul Saur Sepuh lain kalau mau di sebut "palsu". Gembor-gemborpun mulai. Orang bingun Saur Sepuh model apa ini. Pihak Kalbe perlu turun tangan. Lewat Iklan di koran mereka memberitahu, bahwa hak pemfilman Saur Sepuh hanya di berikan pada Kanta Indah Film. Sejak itu Tobali nyerah lalu merombak skenario Saur Sepuh menjadi Brahmana Manggala. 

Tobali ngebut produksi, bahkan sebelum Saur Sepuh selesai suting pada 25 Juli ini, film Brahmana Manggala sudah beredar. Celakanya beberapa distributor dan pihak gedung bioskop mulai nakal dengan menyebut inilah film Saur Sepuh. 

Tentu Saja Kanta atau sutradara Imam Tantowi yang namanya di bawa-bawa jadi kheki, meski tak mau berbuat banyak. "Akhirnya toh orang tahu bahwa film itu bukan Saur Sepuh," ujar Tantowi. Hal ini juga di akui oleh Kalbe sendiri yang melihat iklan menyesatkan tentang film Brahmana Manggala di beberapa daerah. 

Sebuah kesempatan telah terlewati sudah. Dan Kanta film plus Imam Tantowi telah menyergapnya. Tinggal kini menguji sejauh mana kesempatan kolosal ini dimanfaatkan dan di olah untuk di uji oleh masyarakat yang kadung demen sama Saur Sepuh. Dan ini benar-benar tantangan seharga Rp. 1,2 milyard. Sebab pihak Kalbe juga memberi syarat bahwa film ini harus di promosikan secara besar-besaran dengan pesan sponsor perusahaan obat ini, tentu saja.

Dan kesempatan ini terjadi setelah nanti film Saur sepuh dengan Elly Ermawati diedarkan serentak dengan 80 kopi pada 1 September 1988 dan di lanjutkan Saur Sepuh jilid II (yang belum di buat) dan direncanakan beredar 25 Desember. Itupun kalau jadi lho!.